Raung buldozer gemuruh pohon tumbang
Berpadu dengan jerit isi rimba raya
Tanggal 5 Juni lalu baru saja diperingati sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia, dan tetiba lagu milik Iwan Fals ini berputar berulang kali di kepala. Ada perih yang menyelimuti dada, tentang jerit yang lantangnya tak terdengar di tengah tumbangnya habitat mereka. Ada pakan yang lenyap. Ada rumah yang hilang. Ada rangkul yang binasa. Ada masa yang tawanya direnggut tak bersisa.
O-ho-o-o, jelas kami kecewa
Menatap rimba yang dulu perkasa
Kini tinggal cerita pengantar lelap si buyung
Dan kami, #EcoBloggerSquad bersama dengan Auriga Nusantara, membahas Fakta tentang Kebakaran Hutan dan Lahan yang selalu berulang dari tahun ke tahunnya. Tau gak, sih? Kebakaran hutan yang terjadi pada tahun 2019 lalu adalah yang paling merisaukan dalam periode dua dekade belakangan. Terlepasnya 708 juta ton emisi gas rumah kaca (CO2 e) dalam peristiwa tersebut merupakan angka yang sangat tinggi. Melebihi emisi tahun 2015, bahkan hampir dua kali lipat lebih besar daripada kebakaran di sebagian amazon, Brazil (CAMS, 2019).
Hangusnya hutan dan lahan sebesar lebih dari 1,6 juta hektar di tahun tersebut pun membawa negara kita pada urutan keenam di dunia untuk emisi CO2 terbesar secara keseluruhan. Yap, posisinya tepat di belakang Amerika Serikat, Cina, India, Rusia, dan Jepang. Tentu, ini bukan suatu prestasi yang patut untuk dibanggakan.
Bencara erosi selalu datang menghantui
Tanah kering kerontang, banjir datang itu pasti
Kemarau panjang seringkali dituding sebagai pemicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Namun, dari fakta yang terjadi menunjukkan bahwa kebakaran terus terjadi bahkan di tahun-tahun yang tidak memiliki kemarau panjang. Dari sinilah faktor lain muncul ke permukaan sebagai musababnya; ulah manusia. Misalnya seperti pembakaran hutan yang gak sesuai dengan aturan atau penebangan hutan tanpa penanaman kembali.
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) bukan hanya berdampak pada kesehatan, pendidikan, dan lingkungan hidup manusia aja. Namun, seperti yang kusebutkan di awal; yang tumbang habitatnya, yang lenyap pakannya, yang hilang rumahnya, yang binasa rangkul hangatnya, yang direnggut tanpa sisa tawanya; tumbuhan dan satwa. Masih adanya tangan-tangan yang tega kepada sesama makhluk hidup demi keuntungan kayak gini nih yang mesti sama-sama kita beri perhatian lebih.
Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi
Punah dengan sendirinya akibat rakus manusia
Selain hutan, tangan-tangan yang tega itu juga seringkali melakukan pembakaran terhadap lahan gambut. Padahal, lahan gambut merupakan lokasi yang cukup sulit terjadi titik api. Sebab, sifat tanah gambut yang menyerupai spons akan menyerap dan menahan air secara maksimal. Gak heran kalau lahan gambut dimanfaatkan sebagai cadangan air saat musim kemarau tiba.
Lalu, kok bisa kebakar? Kesengajaan tangan-tangan “nakal” tadi berupaya untuk mengeringkan resapan air yang ada di lahan gambut. Hingga kemudian akan lebih mudah terbakar dengan sedikit saja terjadinya gesekan. Nah, masalahnya kemudian adalah jika terjadi kebakaran pada lahan gambut akan sulit terdeteksi. Kalau kebakarannya sudah membesar, maka pemadamannya menjadi sangat sulit. Duh, rumit ya?
Lestarikan hutan hanya celoteh belaka
Lestarikan hutan mengapa tidak dari dulu saja?
Dampak yang lebih besar dari kebakaran hutan dan lahan juga dapat melebar sampai ke ranah hubungan internasional antarnegara. Pemicunya tentu saja dengan adanya “ekspor asap” yang meluas sebagai terusan dari karhutla yang terjadi di negara kita.
So, ya, yuk gandengan tangan sama-sama untuk lebih peduli pada isu-isu lingkungan semacam ini! Kita bisa mulai dari hal-hal sederhana seperti berbagi di berbagai media sosial, menanam pohon, berdonasi, atau memakai produk-produk eco label untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Kalau ada di antara kalian yang membutuhkan daftar perusahaan apa saja yang sudah eco friendly dan gak berkaitan dengan kegiatan pembakaran hutan, bisa langsung mampir ke media sosial Auriga Nusantara, ya. Mereka punya data lengkapnya dan siap membantu kita-kita yang mau peduli dan mengulurkan tangan untuk bumi.
Twitter: @auriga_id
Instagram: @auriga_id
Youtube: Auriga Nusantara
Website: auriga.or.id
Tabik!
Pertiwi