Ada apa dengan senja?Bukan apa-apa, senja hanya sedang menitikkan air matanya yang rindu akan malamSenja berharap dapat menemui malam sejenak sebelum kepergiannya tibaHai, malam!Masihkan bulan menemanimu di sana?Senja masih sendiri, masih berusaha mengkristalkan harapannya hanya demi menanti yang tak pastiBisakah melihat ketulusan di sana?
Ketika mata tak sanggup lagi memancarkan cahaya, seketika itu pula aku terdiam tanpa kata. Meraba yang entah bertujuan untuk apa dan membalikkan senyuman menjadi kegilaan. Lelah tak kuasa menerka, beribu cacian seolah sirna. Megutuk pada fajar yang terlalu cepat menampakkan diri dan meraung pada pagi yang menyiksa hati. Keinginanku untuk mengawali hari, sirna begitu saja di pelupuk mata. Bukan salahnya atau pun mereka. Ya, semuanya kembali padaku.
Membuka kisah lama yang pahit bukanlah hal yang biasa kulakukan. Namun entah, kini aku ingin bercengkerama dengan kesedihan. Sejenak saja, sebelum aku menutup mata dan kembali dengan aura yang selalu berpura-pura. Menutupi kesenduan kembali dengan tampak depan yang selalu ceria. Senyum palsu. Selalu.
Demi apa pun gue hampir nangis gara-gara blog ini ga bisa kebuka tadi! Gue ga inget sama sekali kalo gue ganti password, maaf ya blog-ku tercinta *peluk cium sampai mati rasa*
Blog ini udah nemenin gue dari tahun 2010, ga bakal mau kehilangan walaupun banyak postingan lamanya yang udah gue hapus. Tapi tetep aja, memori tentang itu semua ga bakal bisa kehapus begitu aja. Dan di sini, di blog ini, gue nuangin segalanya. Once again, love you more my beautiful blog!
Bersama keheningan yang bertahta aku memejamkan mata. Mencari sebuah kenikmatan yang telah lama sulit kudapatkan. Sesuatu yang membingungkan itu datang lagi. Aku enggan untuk terperosok lagi, jatuh lagi dan perih lagi. Masih adakah sebuah kesungguhan yang akan menyapaku dalam kesendirian? Berlari dari satu sosok yang sempat merajai aku, namun kemudian aku bertemu lagi dengan sosok lain yang membelengguku. Ya, ini semua memang salahku. Aku yang membiarkan diriku terjatuh lagi. Seharusnya aku memang boleh jatuh, tapi jangan terhuyung-huyung. Karena luka sesungguhnya tak akan menyayat lebih dalam dari yang kita izinkan. Aku masih lemah, aku masih mudah dikuasai oleh rasa.
Ketika aku harus bersembunyi di balik pijar cahaya mentari di siang hari, di sana aku menemukan kamu dengan candamu. Dimana kamu yang tak sempurna entah mengapa selalu saja dapat menyunggingkan senyuman. Aku tak takut lagi untuk berdiri tegap menantang sang surya karena kamu, dengan kamu sadari ataupun tidak, telah menopangku untuk bertahan tanpa ketakutan. Kamu bukan indah, namun pribadimu sungguh mengagumkan. Mengenalmu adalah anugrah. Dan berada di sampingmu adalah...
Ini tentang aku, tulisanku dan sepercik cinta yang kutemukan di keasrian Rumpin. Itu semua kurangkum dalam tulisan amatir yang entah layak atau tidak disebut sebagai artikel. Ada yang pernah mengkritik bahwa bahasa yang kugunakan di sini masih..... apa ya? Aku lupa istilah yang digunakannya haha, maaf.
Sebuah kesalahan sempat terjadi. Berawal dari kesalahan dan berakhir dengan sebuah kesalahan pula. Memang, hidup itu tak semulus paha Cherrybelle. Sempat menyadari sesuatu yang kurang mengenakan akhir-akhir ini, dan semuanya terjawab kemarin. Cukup berterima kasih atas segala ke-"kepo"-an yang sempat datang untuk bertanya ini itu. Baiklah, yang bersangkutan kurasa sudah cukup mengerti. Semoga tak ada kesalahan-kesalahan lain yang menyusul.
Tidak. Aku tidak dengan bodohnya sengaja menyandungkan kakiku untuk jatuh di tempat itu. Bahkan aku pun tak pernah sedikit pun berpikir untuk jatuh lagi. Namun kembali pada rasaku yang begitu enggan untuk kukendalikan. Si-pemberontak-kecil itu mulai membara pada tempat yang tak seharusnya. Aku tau ini adalah sebuah kesalahan. Aku ingin melangkah mundur dengan pasti, namun entah si-pemberontak-kecil itu tak mau mengikuti inginku.
Setahun yang lalu, saya duduk di kelas 3 SMA dan pada periode itu saya mulai mendalami EYD (ejaan yang disempurnakan). Sering saya mencatat apa-apa yang dibicarakan oleh guru ataupun pembimbing pendalaman materi terkait tentang EYD. Ada kalanya saya malas dan hanya mendengarkan, sungguh saya sesali hal itu. Karena ada yang terlewatkan di situ. Ya, penggunaan partikel "pun" yang sesungguhnya sering saya gunakan dalam menulis apa pun karangan saya. Sempat membuat bingung dan akhirnya ketika saya resmi bergabung sebagai anggota FAM Indonesia cabang Jakarta, saya bisa mengetahui lebih lagi tentang EYD dan pastinya penggunaan partikel "pun" di dalam kalimat. Ini dia:
Menulis
cerpen (cerita pendek) dapat menjadi permulaan karir yang baik sebagai
penulis fiksi. Menulis cerita yang sangat panjang, seperti novel
pastilah lebih membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup banyak. Belum
lagi mencari penerbit yang mau menerbitkannya. Cerita pendek dapat
menjadi terobosan dalam karir menulis. Lebih banyak alternatif bagi
penulis cerita pendek untuk dikenal, daripada novel. Majalah dan koran
banyak yang menerima cerita pendek. Blog bisa juga menjadi alternatif
dimuatnya cerita pendek di internet. Seringnya nama penulis muncul dalam
cerita pendek yang dimuat di berbagai majalah dan koran, bisa menjadi
pertimbangan positif bagi penerbit, bila penulis tersebut menyodorkan
naskah cerita yang lebih panjang seperti novel ke penerbit.
Aku menyempatkan diri melihat ke luar jendela di tengah kesibukanku. Gelap. Entah mengapa suasana sendu menguasai hatiku. Di tengah kegelapan di atas sana seolah muncul kata-kata yang ingin ku ucapkan pada seseorang yang jauh di sana. Aku tak sanggup mengungkapnya karena memang mungkin aku tak berhak atas dirinya. Hanya dua kata yang selalu membuatku menangis, aku rindu.
“Bi, Dira mau ngomong nih sama
lo!” teriak Rian pada Bianka yang berjalan tak jauh di hadapannya. Dira hanya
terdiam mengikuti langkah Rian yang merangkul sahabatnya, mencoba memberi
dorongan semangat.
Bianka
dengan cueknya menoleh ke arah sumber suara yang memanggilnya. “Apa sih?”
Dira terdiam, Rian yang angkat
bicara. “Dira suka sama lo, lo mau ga jadi ceweknya?”
Tanpa kata,
tanpa jawaban, Bianka kembali melangkahkan kakinya menjauh dari pertanyaan yang
sama. Ini ketiga kalinya, namun kembali tidak sesuai dengan harapannya.
“Pengecut!”
umpatnya dalam hati.
Perjalanan
pulang yang menyebalkan. Dan besok dia harus kembali ke sekolah, bertemu dengan
orang yang sama atau bahkan pertanyaan yang sama.
Panduan dasar selama menulis:
1. komitmen
2. improvisasi
3. penguasaan tata bahasa
Assalamualaikum :)
Hari ini kelas pertama angkatan kedua, ya? Saya mengucapkan selamat bergabung untuk murid-murid baru :)
Sebelumnya, saya admin pengganti untuk sementara menggantikan tugas admin NB yang sedang sibuk sampai sekitar satu bulan ini. Semoga tidak ada yang keberatan, dan berhubung saya juga masih belajar jadi alangkah baiknya kalau kita belajar bersama, gak ada senioritas dan serius tapi santai saja.
Indah itu maya dan kebodohan adalah nyata
Kehancuran bukanlah harapan namun
bayangnya kian mendekat
Berlari dan terus berlari namun tetap
diam di tempat
Kebodohan lainnya adalah menghindar
Ketakutan yang membuat gila terus
menjamah
Kini hati menjadi beku tanpa rasa cinta
Cinta itu fatamorgana
Mencari yang tak seharusnya
Menunggu namun tak berguna
Terapung dalam angan yang menggelora
Kenikmatan di balik kesedihan
Dalam sedalam lautan
Tinggi setinggi awan
Luas seluas samudra
Mampukah menopang impian akan keindahan?
Samar-samar…
Menjauh dan semakin menjauh
Langkah terhenti di titik yang buram
inspirasi:
hari senin lagi nunggu dendy di depan lab bio ditemani suara gemericik air terjun buatan (lebay :p), entah kenapa gue pengen nulis yang kaya gini
angkasa yang tak bersahabat
awan hitam beriringan menampakkan kemuraman sang langit
aku menopang dagu menikmati suasana ini
lara bertahta dalam hati
menghujat tiap-tiap mereka yang menghakimi
aku berkuasa atas diriku!
tiada satu pun yang dapat mengusik
aku adalah aku!
awan hitam beriringan menampakkan kemuraman sang langit
aku menopang dagu menikmati suasana ini
lara bertahta dalam hati
menghujat tiap-tiap mereka yang menghakimi
aku berkuasa atas diriku!
tiada satu pun yang dapat mengusik
aku adalah aku!
-->
Aku benci aku!Haruskah cinta berakhir duka?Haruskah berakhir dengan nestapa?
Atau hanyalah aku yang berduka di atas nama cinta yang bermakna?
***
Awan mendung menutup langit senja yang banyak dikagumi. Cahaya jingga dan kuning serta semburat merah yang indah itu mengilang entah kemana. Kawanan burung yang terbang dengan pola menawan seakan enggan menampakkan wujudnya. Hawa dingin menusuk dalam sampai ke tulang. Lian merapatkan tubuhnya memeluk kedua lututnya. Dari balik jendela dengan teralis besi itu dapat dilihatnya keadaan di luar sana. Muram. Suasana yang senada dengan suasana hatinya.