Adik kelas sudah lebih dulu
Hati cemas merasa masih begini
Teman baik sudah di-DO
Tahun 2016 lalu, lagu berjudul Koboy Kampus milik The Panasdalam ini sering sekali terdengar di telingaku. Digaungkan oleh sekelompok mahasiswa tingkat akhir di bawah pendopo salah satu fakultas di kampus. Dari situ aku tahu, ternyata banyak juga rakyat Republik The Panasdalam di situ.
Aku mengenal The Panasdalam pertama kali saat mengikuti acara #BedaIsMe: Jakarta untuk Toleransi di Lembaga Bantuan Hukum Jakarta pada tahun 2013 lalu. Lirik-liriknya yang mind blowing langsung lekat di telingaku saat itu. Awalnya, aku sempat mengernyitkan dahi saat nama band yang dipelopori oleh Pidi Baiq ini disebut. “Kenapa panas dalam, sih? Bikinnya pas lagi gak enak badan?”
Dan, selepas menonton film Koboy Kampus pada pre-screening tanggal 18 Juli 2019 lalu, aku baru mendapat jawaban atas pertanyaanku. Ternyata, enggak senyeleneh kedengarannya, nama The Panasdalam memiliki makna yang sangat bagus. Aku enggak mau sebut, ah, supaya kamu nonton langsung. Ehehe.
Kenapa, sih, tertarik untuk menonton film Koboy Kampus?
Walaupun tanggapan Pidi Baiq terhadap tulisanku tentang trilogi Dilan di Opini beberapa waktu lalu kurang baik, tapi aku tetap mengapresiasi karya lainnya yang kuanggap patut. Sportif, ya. Terutama untuk lagu-lagu The Panasdalam. Nah, ini yang awalnya membuatku tertarik. Kemudian, saat menonton trailer-nya….Ada Jason Ranti yang berperan sebagai Pidi Baiq sang imam besar Republik The Panasdalam di sana! Pun, ada beberapa scene yang menampilkan Danilla. Ini sudah merupakan magnet tersendiri untukku yang telinganya terbiasa disuguhi musik-musik indie dalam keseharian.
Lewat lagu Berdistraksi, aku tahu Danilla sejak sekitar tiga tahunan yang lalu. Lirik-liriknya memang enggak banyak metafor, seperti yang biasa kusuka, tapi isinya logis. Sementara, kubaru tahu Jason Ranti beberapa bulan lalu lewat ngobam di channel Youtube Gofar Hilman. Kesannya? Ehehe.
“Gondrong!”
Kemudian, cara bicara Jeje khas sekali. Menggemaskan. Dan ketika mendengar lagu-lagunya, isi liriknya cukup kritis dalam menanggapi hal-hal yang ada di sekeliling. Sekejap saja kulangsung jatuh hati.
Maka, enggak pakai ba-bi-bu lagi, kuharus menonton film ini!
Film Koboy Kampus, gebrakan baru yang ditunggu!
Aku baru tahu, bahwa film ini ternyata disutradarai langsung oleh Pidi Baiq dan Tubagus Deddy. Dalam konferensi persnya disebutkan bahwa obrolan tentang Koboy Kampus sendiri sudah ada sejak tahun 2013. Namun, pembuatan filmnya sendiri baru dijalankan pada 2018 lalu.
Proses pengambilan gambar pun ternyata cepat sekali, lho, hanya satu bulan. Namun, diakui setelahnya bahwa penyuntingan film Koboy Kampus memakan waktu yang cukup panjang.
Aktor-aktor yang berperan di dalam film Koboy Kampus ini mengakui bahwa proses yang mereka lakukan di dalamnya sangat menyenangkan. Santai. Dan Pidi Baiq sebagai sutradara dan penulis naskahnya pun cukup luwes dengan membebaskan para aktor agar bisa tetap menjadi dirinya sendiri. Kesulitannya hanyalah… susah serius! Wahaha. Wajar, sih, ya.
Nah, apa hasilnya bisa bagus ya dengan proses yang demikian itu? Film Koboy Kampus ini sangat jauh lebih bagus dari film Dilan, kok. Eh. Hehehe. Kamu harus nonton dulu, baru bisa tahu. Film ini akan dirilis pada tanggal 25 Juli 2019 nanti. Tandai kalender kamu, ya!
Gimana kesan setelah nonton film Koboy Kampus?
Nostalgia yang bermakna
Dengan posisi sebagai mahasiswa lama yang belum juga berniat melenggangkan kaki dengan sebuah ijazah, film ini terasa sangat relate dengan keadaan yang sedang aku jalani sekarang. Bukan hanya itu, gambaran mahasiswa fakultas seni rupa dan desain di dalamnya pun sangat nyata. Karena, ya, aku yang merupakan mahasiswa fakultas bahasa dan seni ini pun merasakan hal yang serupa. Jujur, jadi rindu sekali suasana aktif di kampus bersama teman-teman.Mungkin, jika film ini ditonton oleh mereka yang berada di kampus pada masa yang sama, di tahun 90-an, akan lebih terasa lagi kerinduan di dalamnya. Akan lebih banyak lagi nostalgia yang terkuak ke permukaan. Karena, mulai dari setting tempat, suasana, pakaian, cara berkomunikasi, bahkan tone filmnya pun seolah begitu sengaja mengarahkan kita pada memori lampau yang tersimpan di kepala.
Dialog asal yang terasah
Sekumpulan mahasiswa yang tergabung dalam Republik The Panasdalam di dalam film Koboy Kampus ini memang digambarkan sebagai orang-orang yang nyeleneh. Mereka terkesan tidak peduli dengan apa yang ada di sekitar, tapi pada obrolannya dapat terlihat bahwa mereka memiliki pemikiran yang jauh di depan.Namun, ya, namanya juga minoritas. Jelas akan kalah dengan gerakan massif yang sedang terjadi di sekitar. Aku punya satu kutipan yang sangat aku suka di film Koboy Kampus tersebut. Walaupun digambarkan beda zaman dengan sekarang, tapi kurasa kalimat ini akan tetap relate untuk waktu yang sangat panjang:
“Kalau ada orang yang menghina ajaran agama lain, itu berarti mereka sedang menghina agamanya sendiri,” Pidi Baiq, dalam film Koboy Kampus.
Menghibur dan menggelitik
FYI, aku suka sekali dengan film yang serius. Film yang membuatku berpikir keras selepas menontonnya. Makanya, ketika aku butuh warna dalam hal tontonan, secara tidak langsung aku pun memiliki standar. Seringkali terjadi, aku tidak dapat merasakan kelucuan saat menonton film komedi. Padahal, orang-orang di dalam teater yang sama sudah tertawa sampai berairmata.Dan terima kasih, karena film Koboy Kampus punya jokes yang bukan hanya sekadar pantas untuk ditertawakan, tapi juga menyematkan pekerjaan rumah untuk diselesaikan. Satir yang dikemas dalam wadah yang ringan. Apalagi, humor Pidi Baiq bisa disuguhkan dengan sangat baik oleh Jeje. Pidi Baiq bikin filmnya yang kayak gini terus aja, ya….
Sebenarnya, aku masih mau membicarakan banyak hal lagi tentang film Koboy Kampus ini. Namun, kutakut spoiler ehehe. Pokoknya jangan lupa tanggal 25 Juli 2019 nanti filmnya sudah tayang!
“Kita dibesarkan dari rentetan peristiwa-peristiwa yang tidak bisa dilupakan,” Pidi Baiq, dalam film Koboy Kampus.
Sudah, sudah, jangan tanya kapan saya diwisuda, ya. |
Tabik!
Pertiwi