“Kalian boleh maju dalam pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja, tapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal hanya hewan yang pandai.” – Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia (1980).
Bismillahirrahmanirrahiim.
Lepas dari semester enam perkuliahan sama artinya dengan
ketuk palu pengukuhan status sebagai mahasiswa tingkat akhir. Rasanya?
Nano-nano.
Senang, pasti. Sebab langkah menuju mimpi tinggal sedikit
lagi. Sebab tak perlu pusing lagi ke sana kemari cari biaya kuliah dengan tetap
berusaha fokus pada perkuliahan yang dijalani. Sebab tak perlu lagi frustrasi
karena harus dengan berat hati menolak tawaran kerja yang datang silih
berganti. Takut, ada. Sebab bisa atau tidaknya lulus tepat waktu karena sempat
adanya kendala. Bingung, jelas. Sebab sebelumnya, kuliah hanya sekadar duduk di
dalam kelas. Kali ini tuntutannya: harus benar-benar dapat memantaskan diri
sebagai manusia yang berkelas, bukan hanya sekadar bebas.
Hal yang paling menjadi momok untuk posisi seperti ini—tidak
lain dan tidak bukan—adalah skripsi. Yes.
SKRIPSI. Sekali lagi: S-K-R-I-P-S-I.
Tapi, kali ini aku bukan mau membahas perihal skripsi, ya. Bahaya.
Nanti aku panik. Eh. Hahaha!
Walaupun statusnya adalah mahasiswa tingkat akhir yang bisa
dibilang menjadi “dewa” di kampus, tetap aja masih mahasiswa. Sama, masih
dengan segudang kesibukannya. Mulai dari kuliah, berorganisasi, kumpul dengan
teman komunitas, melakukan kewajiban sebagai pekerja paruh waktu, hangout bersama, sampai refreshing sendirian. Dengan semua list kegiatan yang dimiliki, tetap saja kita tidak boleh melupakan
kewajiban besar sebagai mahasiswa tingkat akhir.
Sebagian orang memilih untuk mengurangi kegiatan, mencabut
diri dari kerumunan orang, dan diam sendirian. Mungkin agar lebih cepat
menemukan ilham. Namun sebagian lainnya memilih untuk tetap pada kegiatan
normal. Sulit? Pastilah. Dari perihal membagi waktu, hati, sampai pikiran. Tampak
sangat krusial, ya? Ya, memang.
Untuk mereka yang memilih tetap pada kegiatan yang biasa,
tentu tas beserta isinya menjadi sesuatu yang sangat berharga. Bisa dibilang,
sebagian kehidupan kita terletak di sana. Okey, itu berlebihan, tapi tak apa hahaha!
Sebab barang-barang penunjang semua kegiatan harus ada. Gak mungkin kan kalau
dengan banyaknya kegiatan harus bolak-balik ke rumah? Sangat buang-buang waktu
pastinya.
Okey, jadi aku mencoba untuk merumuskan barang-barang apa
aja yang sekiranya wajib ada di dalam tas mahasiswa tingkat akhir yang masih
memutuskan untuk aktif di sana-sini:
- Alat tulis
Yah, namanya juga masih mahasiswa, barang
satu ini tentunya wajib dibawa. Apalagi untuk mereka yang masih punya utang di
beberapa mata kuliah. Untuk yang biasanya pinjam sana-sini, harus dikurangi
nih. Dengar-dengar, semakin tinggi tingkat perkuliahan, para mahasiswa ini akan
semakin individualis. Istilahnya, “Elo-elo, gue-gue.” Walaupun gak semuanya
begitu, tapi lebih baik kita menyiapkan sendiri, kan? Toh, kita memang
membutuhkannya. Baik untuk mencacat materi kuliah maupun ide lain yang
seringkali berseliweran.
- Buku catatan
Ah, yang ini sih biasanya sepaket, ya, sama
poin sebelumnya. Buat apa punya alat tulis kalau media tulisnya gak ada? Sebagian
orang memilih untuk mencacat di dalam gawai miliknya atau mengambil foto materi
yang terpampang di depan kelas, tapi kalau buatku pribadi mencatat di buku
tulis bisa lebih efektif dan mudah diingat. Lagipula bahayanya bisa saja
data-data yang ada di gawai yang kita miliki itu hilang. Ya, ini pengalaman
pribadi dan itu menyesakkan.
- Buku-buku bacaan
Gak ada salahnya, lho, pergi hangout dengan bawa buku bacaan. Selain sebagai
teman setia di perjalanan, bisa juga menjadi penghilang kejenuhan. Poin ini
bukan hanya merujuk pada buku yang sekadar penghibur semata, ya. Bisa juga
diganti dengan buku-buku referensi yang menjadi kebutuhan kita dalam pembahasan
skripsi yang sudah kita tentukan. Lumayan, ilmunya dapat, kesenangannya pun
dapat.
- Handphone
Era digital, ketinggalan telepon genggam
bisa jadi bencana besar. Bagi mahasiswa tingkat akhir yang punya kepentingan
sendiri untuk “mengejar” dosen pembimbing, jelas sangat penting. Kita bisa
lebih mudah mengetahui apakah dosen tersebut hadir. Bisa lebih mudah dalam
membuat janji. Ya, walaupun beberapa dosen punya aturan sendiri dalam
menentukan pertemuannya dengan mahasiswa bimbingannya, setidaknya adanya
telepon genggam dapat sedikit memudahkan kendala.
- Headset
Sebagai orang yang mudah bosan, ini
merupakan barang yang penting. Kalau sedang sendirian, menunggu teman, atau
bahkan menemani kita dalam pembuatan tulisan (re: bisa skripsi atau blog juga).
Banyak gunanya pokoknya. Sebab, kalau buatku pribadi, headset seringkali menempel di telinga dalam keadaan apa saja.
- Laptop
Yak, yang namanya mahasiswa tingkat akhir,
sedang menjalani skripsi (ditambah dengan status sebagai blogger, freelance content
writer, dan editor), laptop merupakan senjara perang yang wajib dibawa. Masuk
ke dalam hutan belantara tanpa senjata bisa berisiko mati sia-sia. Jadi, gak
perlu dijelaskan lagi seberapa penting hal yang satu ini. Sudah tau, kan, pasti?
=)
- Charger
And the
last but not least, charger. Well,
dengan barang-barang elektronik yang ada di dalam tas seperti handphone dan
laptop, sungguh hal yang akan menjadi sangat memusingkan jika kita tidak
membawa charger. Pengisi daya akan
selalu dibutuhkan, apalagi kalau intensitas kita dalam menggunakan benda-benda
elektronik tersebut sangat besar. Jadi, jangan sampai ketinggalan!
Nah, itu dia beberapa barang yang—menurutku—wajib untuk
dibawa oleh para mahasiswa tingkat akhir yang masih mau aktif berkegiatan. Kalau
ada yang mau menambahkan, boleh share
di kolom komentar ya.
Kendala akan selalu ada.
Aku pun demikian, keadaan laptop yang patah (beneran patah
engsel-engselnya, gak tau nyebutnya apa, pokoknya itu) bisa menghambat
segalanya. Tadinya ke mana-mana selalu dibawa. Tapi, ya, sekarang jelas harus
disesuaikan. Pengin beli yang baru, tapi budget
minim. Sampai beberapa teman mengusulkan, “Kenapa lo gak beli tablet aja, sih,
Tiw?” Benar juga, sih.
Original image source: teknologi.news.viva.co.id |
Selain dapat mengatasi masalah budget minim, tablet juga lebih mudah untuk dibawa ke mana-mana
karena lebih ringan, tetapi tetap dengan kemampuan yang bagus tentunya. Nah,
untungnya sekarang ini ada sangat banyak harga
tablet yang berada di kisaran Rp1.000.000-Rp3.000.000 yang bisa kita
dapatkan. Bukan hanya murah, gadget
tersebut pun berasal dari merk yang cukup ternama, dan mempunyai kualitas yang
tidak diragukan.
Sebagai referensi bagi kalian yang punya masalah yang sama,
berikut daftar harga tablet unggulan dimulai dari kisaran harga paling murah
beserta spesifikasinya:
Tablet dengan harga satu jutaan:
- Asus Fonepad 7
Bisa Dual-SIM, layarnya 7”, memori internal
4-8GB + microSD 64GB, RAM 1GB, Dual-core 1.2GHz, Intel Atom Z520, kamera 2MP,
baterai 4.030 mAh. Harga Rp1.300.000,00.
- Evercoss Evertab AT1A
Dual-SIM, layar IPS 7”, internal memori 8GB
+ microSD 32GB, kamera 3MP, prosesor Quad-core 1.3GHz. baterai 4.100 mAh. Harga
Rp1.249.000,00.
- Lenovo A3500
SIM, layar IPS LCD 7”, internal memori 8/16GB
+ microSD 32GB, RAM 1GB, kamera 5MP, prosesor Mediatek MT8382 Quad-core 1.3GHz
Cortex-A7. Harga Rp1.799.000,00.
Berikutnya adalah harga tablet dua jutaan:
- Xiaomi Mi Pad
No SIM, Layar IPS LCD 7,9”, Nvidia Tegra
K1, prosesor Quad-core 2.2 GHz Cortex-A15, memori internal 16/64GB +
microSD 128GB, RAM 2GB, kamera 8GB, baterai Li-Po 6.700 mAh. Harga
Rp2.999.000,00.
- HP Slate 7 VoiceTab
Layar IPS LCD 7”, Quad-core 1.2GHz Marvell
PXA1088, storage 16GB + microSD, RAM
1GB, baterai 4.100 mAh. Harga Rp2.699.000,00.
- Advan Signature T1Z
LCD IPS 7”, Mediatek 8392 Octa-core 1.2 GHz,
GPU Mali-450MP4, RAM 2GB, kamera 13MP, internal memori 16GB + microSD. Harga
Rp2.300.000,00.
- Evercoss AT8
Layar IPS WXGA 8”, Quad-core 1.2GHz, RAM
1GB, internal memori 16GB, kamera 8MP. Harga Rp2.300.000,00.
Terakhir, tablet dengan harga tiga jutaan. Kalau memilih
yang ini, pastinya kita akan mendapatkan tablet yang sudah sangat mumpuni. Ini
dia:
- Samsung Galaxy Tab 3V
Dual-SIM, TFT LCD 7”, Quad-core 1.3GHz, RAM
1GB, internal memori 8GB + microSD 32GB, kamera 2MP, baterai 3.600 mAh. Harga
Rp3.200.000,00.
- Asus Fonepad 8
SIM, LCD IPS 8”, Quad-core 1.3GHz, RAM1/2GB,
memori internal8/16GB + microSD 64GB, kamera 5MP, Li-Po 15.2 Wh. Harga
Rp3.000.000,00.
- Acer Iconia Tab 8 A1
LCD IPS 8”, Intel Quad-core 1.86 GHz, RAM
2GB, memori internal 16GB + microSD 32GB, kamera 5MP, baterai 4.600 mAh. Harga
Rp3.100.000,00.
Itulah daftar harga
tablet dari harga Rp1.000.000-Rp3.000.000 yang bisa menjadi pilihan. Jadi bingung
mau pilih yang mana. Namun mana pun yang akan dipilih, pastinya bukan hanya
harga yang jadi pembanding, tetapi juga spesifikasi. Kalau diperhatikan,
beberapa merk mempunyai harga lebih murah dengan spesifikasi yang lebih baik. Jadi,
mau bantu aku milih gak?
Bantu doa juga boleh kok supaya aku bisa lebih cepat
kumpulkan uang untuk beli tablet baru sebagai penunjang kegiatan dan semoga
skripsinya cepat selesai supaya bisa main tanpa beban ehehehe *ujung-ujungnya
minta doa, Tiwi banyak maunya*
Salam sayang,
Pertiwi Yuliana