Resep Bahagia Lewat Ketawa | Your Favorite Devil's Advocate
article

Resep Bahagia Lewat Ketawa

Kamis, Agustus 27, 2020

Resep Bahagia Lewat Ketawa

Terkadang, kita terlalu menuntut diri untuk selalu memancarkan bahagia pada sekeliling. Sementara melupa bahwa lengkung senyum di bibir belum sepenuhnya datang dari hati. Kemudian, bagaimanakah cara yang tepat untuk kita menjemput suka cita sejati?

Ikhas. Demikian yang dibeberkan oleh salah satu komika favoritku, Ardit Erwandha, dalam Fun Talk di IG Live @homecreditid ketika ditanya perihal resepnya bahagia. Terbiasa mengolah tragedi yang ditambah waktu untuk menjadi komedi tampaknya cukup mengasah Ardit untuk lebih menerima segala peristiwa yang ada. Termasuk di masa pandemi yang sedang kita alami bersama sekarang.

Daripada terus bersedih dan merasa terpuruk, menjalani dengan sebaik-baik yang bisa dilakukan menjadi satu-satunya pilihan paling bijak. Aku pribadi pun percaya demikian. Mengambil setiap hikmah dari kejadian dan memanfaatkannya demi hidup dalam waktu yang terus bergerak.

Ardit juga menyatakan bahwa waktu-waktunya di rumah aja saat ini malah membuatnya lebih produktif dalam menulis materi untuk stand up comedy. Kalau dipikir-pikir, benar juga sih. Peningkatan produktivitas yang demikian pun kurasakan dalam membuat konten-konten sebagai caraku mengaburkan diri dari perihal di luar kehendak genggaman jemari.

Kita enggak pernah tau kapan pandemi ini akan berakhir. Jika hanya berdiam diri dan menunggu, kita hanya akan tenggelam dalam sedih. Kalau sudah tercebur ke dalam lautan, mau tidak mau kita harus dapat berenang agar dapat sampai ke tepian. Jangan hanya menunggu orang lain datang dan menyelamatkan. Napasmu keburu habis di tengah penantian.

Oh iya, dalam obrolan dengan Ardit pada 26 Agustus 2020 lalu, aku menangkap satu hal yang sangat menarik. Ardit menceritakan bahwa turunnya dia ke dunia stand up comedy merupakan sebuah terapi untuk dirinya sendiri dalam mengatasi ketidaknyamanannya berbicara dengan orang lain. Jadilah dia curhat di atas panggung sembari membuat gelak tawa pecah untuk orang lain. Semua dapat lega dan bahagianya.

Kemudian, gimana sih caranya membuat kisah yang kita angkat—yang sebagian besarnya adalah kisah pribadi—bisa membuat orang lain turut menikmati, terhibur, dan bahkan menertawakannya?

Konten yang relate-able jelas merupakan hal utama yang paling disarankan oleh Ardit. Memilih materi dengan cakupan yang lebih luas dan memanfaatkan pengalaman massal menjadi jalan ninja dalam menimbulkan gelak sebagai respon dari cerita yang telah dibawakan. Susah enggak, sih, nyari pengalaman massal yang relate ke penonton?

Masuk ke poin selanjutnya, riset penonton. Sebelum membuat materi untuk sebuah acara, biasanya Ardit akan bertanya kepada panitia perihal penontonnya, seperti: tujuan event, mayoritas profesi penonton, rentang usia, dan lain sebagainya. Tujuannya, kembali ke poin sebelumnya, untuk mendapatkan pengalaman massal yang dapat diolah.

Selanjutnya, hal yang paling penting: jadilah diri sendiri. Buat sesuatu yang dapat menghibur diri kita sendiri dulu sebelum ditujukan untuk menghibur banyak orang lainnya. Karena jika diri kita sendiri terhibur dengan apa yang kita bawakan, maka rasa senang dan bahagia itu bisa sampai dengan sendirinya kepada penonton.

Oh iya, pesan lain dari Ardit dalam membuat materi adalah memahami kondisi yang ada. Sebab, banyak kasus yang muncul atas penempatan komedi yang kurang tepat. Yap, tragedi plus waktu akan menjadi komedi. Namun, pemilihan waktu yang tidak sesuai bisa berakibat tragedi sebelumnya menjadi sebuah tragedi lain yang tidak diinginkan. Enggak mau dong, ya?

“Kenyamanan adalah musuh seniman. Karena kalau hidup lo nyaman, lo gak punya masalah. Kalo gak punya masalah, lo gak punya materi,” demikian yang disampaikan Ardit selanjutnya perihal caranya mengatasi stuck dalam menulis materi.

Kenyamanan memang seringkali menjadi suatu hal yang membahayakan. Untungnya, kata Ardit, pada akhirnya dia dapat kembali menulis materi karena kebutuhannya akan uang untuk hidup sehari-hari. Realistis sekali, ya? Bagus! Wahaha!

Memerhatikan orang-orang yang ada di jalan menjadi pilihan Ardit untuk kembali me-refresh pikirannya. Menarik, nih. Kalau aku sendiri biasanya hanya mengganti kegiatanku dengan hal lain yang bisa kulakukan. Missal stuck nulis, ya yaudah aku tinggalin dulu. Kemudian aku menggambar atau sekadar menyetel musik dan bernyanyi-nyanyi kecil. Setelahnya, aku baru bisa kembali pada tulisan yang sudah kutinggalkan tadi.

Asli sih obrolan bareng Ardit di IG Live Fun Talk #AyoMajuBersama @homecreditid ini relate banget sama aku sebagai sesame content creator. Rasanya mau berterima kasih banget kepada Home Credit Indonesia yang udah ngajak Ardit Erwandha buat ngangkat materi ini di Live-nya. Jadi makin semangat buat bikin hal-hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain kalau begini.

Enggak sabar deh mau ikutan IG Live Fun Talk lainnya yang diadain setiap Rabu malam di Instagram @homecreditid. Yang belum pernah ikutan, coba intip juga deh. Seru-seru!







Tabik!





Pertiwi

You Might Also Like

5 komentar

  1. Dulu aku menganggap kata ikhlas itu artinya kalah sama keadaan, dan malah justru memegang erat2 apapun yang takut kehilangan akunya. Lama-lama malah jadi beban, nah kemudian saat mencoba ikhlas memang jadi lebih terasa ringan dan enak juga dijalani, termasuk senyum :)

    BalasHapus
  2. Yang ini setuju banget "pada akhirnya dia dapat kembali menulis materi karena kebutuhannya akan uang untuk hidup sehari-hari." Hahaha...

    Pada akhirnya kenyamanan akan tergeser dengan kebutuhan. Dapat deh materi lagi. Atau didapet-dapetin. Xiii

    BalasHapus
  3. Dalam keadaan apapun kita harus usahakan ketawa ya Tiwi. Semuanya pun akan terasa enteng dihadapi jika kita bahagia. Jadi pengen nonton live talknya home credit.

    BalasHapus
  4. Ya Allah...
    Yang terpenting memang hati yang bahagia yaa..
    Semoga semua masalah bisa diselesaikan dengan jalan yang baik kalau hati tenang.
    Kuncinya, bahagia dulu.

    BalasHapus
  5. Ikhlas justru jadi amunisi perlawanan, bukan kekalahan. Mantap kali diskusinya yak.

    BalasHapus

Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer