Bermula sejak sekitar dua mingguan sebelum menikah, aku merasa pencernaanku menjadi jauh lebih berantakan. Aku akui, sih, di saat-saat tersebut memang kegiatanku sedang sangat banyak. Ya, akibat dari membuat konsep pernikahan ala-ala begitulah jadinya. Namun Alhamdulillah, berjalan lancar dan aku bahagia.
Dengan tekad yang begitu besar untuk menekan anggaran dan menyajikan hasil sesuai konsep sederhana yang sudah dibicarakan, banyak hal yang akhirnya datang memenuhi isi kepala. Stress, deh, jadinya. Nah, ternyata stress ini juga bisa jadi salah satu penyebab susah buang aing besar. Well, enggak nyaman banget, Gengs. Makanya, jangan biarin numpuk deh itu kotoran di dalam perut!
Setelah aku teliti, ternyata enggak hanya stress yang jadi penyebab sulit BAB-ku beberapa waktu terakhir. Ada beberapa faktor, nih, di antaranya:
- Jarang mengonsumsi buah dan sayur. Ya ini sudah barang pasti menimbulkan sulit BAB, sih. Kalau diingat-ingat, pada fase itu aku makan benar-benar ala kadarnya banget. Pokoknya apa saja yang mudah untuk ditemukan, ya aku makan. Karena merasa masih begitu banyak hal yang harus dikerjakan dan kekurangan waktu luang.
- Kurang minum air putih. Anjurannya, kan, mesti dua liter setiap hari, ya? Namun, ya, dengan alasan yang sama seperti sebelumnya, aku seringkali lupa untuk mengalirkan air putih di kerongkongan. PR besar yang masih jadi tanggunganku, sih, ini.
- Minim kegiatan fisik. Ya, walaupun apa yang aku kerjakan begitu banyak dan padat, aku mengerjakannya secara remote. Sambil duduk santai atau bahkan tidur-tiduran. Yang banyak bergerak hanya jemari tangan dengan mata yang tidak sanggup lepas lama dari layar. Millennial banget, yakan?
- Stress akut wkwkwk. Ya namanya juga lagi persiapan untuk mengubah status lajang jadi istri orang, jelas stress ini mah.
Itu dia kira-kira beberapa kesalahanku pada beberapa minggu terakhir yang mengakibatkan sembelit. Memasuki bulan Ramadan ini, aku rasa aku mesti lebih waspada dan segera atasi susah BAB ini. Sebab, keadaan seseorang yang sedang berpuasa katanya bisa meningkatkan risiko sembelit sampai dua kali lipat, lho. Duh, yang ini belum kelar, masa mau ditambah lagi?
Sadar enggak, sih, kalau pola hidup kebanyakan dari kita pada saat bulan suci ini malah lebih banyak enggak sehatnya? Atau aku doang, ya? Wahaha!
Mana, nih, suaranya yang selalu menjadikan gorengan sebagai takjil wajib untuk berbuka? Mana juga yang seringkali mengadakan buka bersama teman sejawat di restoran cepat saji atau tempat makan lain yang menunya kebanyakan lemak? Minumnya es dengan rasa macam-macam terus sampai lupa minum air putih pasti ada, dong? Coba sini ngaku dulu yang siang hari saat puasanya hanya diisi mager-mageran dan menjadikan “tidur adalah ibadah” sebagai sebuah acuan?
Duh, kalau beberapa hal yang aku pertanyakan di atas sudah membuat kamu menunjuk diri kamu sendiri sebagai jawaban, yuk sudah saatnya berbenah dan jangan biarin numpuk segala hal buruknya.
- Perbanyak konsumsi buah dan sayur di saat sahur dan berbuka. Enggak perlu dipertanyakan lagi, ya. Buah dan sayur membawa banyak sekali serat dan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh kita, khususnya sistem pencernaan untuk melancarkan kinerjanya.
- Kurangi makanan berlemak dan makanan cepat saji. Bukan enggak boleh, lho, ya. Hanya kurangi saja. Sebab, segala hal yang berlebihan tidak disukai oleh Allah, bukan? Hiyaaa.
- Perbanyak minum air putih. Kalau aku baca-baca dari berbagai sumber, kekurangan konsumsi air putih oleh tubuh kita bisa menimbulkan beragam penyakit. Salah satunya ya sembelit. Jadi, sebagai obat yang paling murah dan mudah, ayolah jangan ditinggal dan dilupain.
- Jangan mager! Memang, sih, aku sendiri mengakui bahwa keadaan kita yang sedang berpuasa seringkali menimbulkan kemageran yang tidak tertahankan. Maunya gegoleran dan merasa lemas tak berdaya. Namun, kalau kita menyugesti diri kita agar lebih produktif, kita pasti bisa melewati hari-hari puasa kita dengan bersemangat!
- Belajar manajemen stress. Yang satu ini enggak kalah penting dari poin-poin yang sudah disebutkan tadi. Menurutku pribadi, percuma saja rasanya kalau kita sudah mengonsumsi makanan dan minuman sesuai dengan anjuran, tapi isi kepala dan hati kita tetap berantakan. Sebagai manusia moody yang mudah sekali stress, aku suka sekali mengatasi hal tersebut dengan bermeditasi. Enggak usah terlalu lama dalam sehari, lima belas menit bisa jadi cukup untuk masuk dan lebih mengenal siapa dan apa yang sedang diri kita butuhkan untuk kemudian menemukan solusi logis yang tepat.
- Sedia obat pencahar. Sebagian orang, termasuk aku sebelumnya, seringkali menganggap bahwa mengonsumsi obat pencahar bukanlah tindakan yang tepat dalam keadaan apa pun. Namun, ternyata untuk kondisi tertentu, kita tetap memerlukan bantuan obat pencahat untuk melancarkan BAB kita, lho. Jadi, jangan mikir dua kali lagi untuk sedia obat pencahar di rumah!
Omong-omong perihal obat pencahar, tentunya kita harus tetap memerhatikan obat yang kita pilih, dong. Enggak boleh sembarangan, karena bisa berakibat fatal pada tubuh kita. Bukannya sembuh, malah makin parah. Enggak mau, kan? Maka, perlu jeli dalam memilih obat pencahar yang aman dan sudah terdaftar di BPOM.
Aku pribadi, kalau sudah membicarakan perihal obat pencahar, yang terbayang di kepalaku hanya satu: Dulcolax! Dengan pamornya di masyarakat yang sudah tidak bisa diragukan lagi, produk satu ini juga aman dan sudah terdaftar di BPOM. Ditambah lagi, Dulcolax punya banyak varian yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan segala usia.
- Dulcolax tablet, diperuntukkan bagi dewasa dan anak dengan usia di atas sepuluh tahun. Bisa diminum satu sampai dua tablet dalam satu hari, sesuai dengan petunjuk dokter. Jangan dikunyah atau digerus, ya. Harus langsung ditelan.
- Dulcolax sirup, diperuntukkan bagi orang dengan konstipasi ringan. Untuk balita pun disarankan untuk mengonsumsi varian yang ini, ya.
- Dulcolax supositoria, varian yang ini bukan untuk diminum, ya. Cara kerjanya dengan dimasukkan ke dalam rektum melalui anus, lalu ditahan sekitar lima belas menit. Disarankan untuk tidak banyak bergerak saat proses berlangsung. Setelahnya, obat akan luruh dengan sendirinya.
Nah, karena sudah ada solusinya, jangan sampai sembelit membuat ibadah puasa kamu jadi terasa semakin sulit, ya!
Tabik!
Pertiwi