Aku sedang duduk sendiri, terdiam di tengah duniaku sendiri. Dunia imajinasi yang selalu memanjakan aku. Aku dan duniaku. Temaniku merintih dalam harap penuh makna. Akankah?
Untaian kata terlontar begitu saja. Jemari menari dengan indahnya. Aku dan harapku yang tak lekang oleh waktu. Merintih dan tertatih menanti perhatiannya teralih. Aku...
Bertanyalah pada cermin itu, aku memang masih sendu...
Malam, selalu menjadi tempatku mencurahkan segala yang kurasa
Kini sakit lagi yang ingin kubagi
Bersiaplah, tisu-tisu itu akan basah
Aku tak melulu meminta makna, namun bisakah sekali saja kau memandangku ada?
***
Ada apa dengan senja?Bukan apa-apa, senja hanya sedang menitikkan air matanya yang rindu akan malamSenja berharap dapat menemui malam sejenak sebelum kepergiannya tibaHai, malam!Masihkan bulan menemanimu di sana?Senja masih sendiri, masih berusaha mengkristalkan harapannya hanya demi menanti yang tak pastiBisakah melihat ketulusan di sana?
Ketika mata tak sanggup lagi memancarkan cahaya, seketika itu pula aku terdiam tanpa kata. Meraba yang entah bertujuan untuk apa dan membalikkan senyuman menjadi kegilaan. Lelah tak kuasa menerka, beribu cacian seolah sirna. Megutuk pada fajar yang terlalu cepat menampakkan diri dan meraung pada pagi yang menyiksa hati. Keinginanku untuk mengawali hari, sirna begitu saja di pelupuk mata. Bukan salahnya atau pun mereka. Ya, semuanya kembali padaku.
Membuka kisah lama yang pahit bukanlah hal yang biasa kulakukan. Namun entah, kini aku ingin bercengkerama dengan kesedihan. Sejenak saja, sebelum aku menutup mata dan kembali dengan aura yang selalu berpura-pura. Menutupi kesenduan kembali dengan tampak depan yang selalu ceria. Senyum palsu. Selalu.
Demi apa pun gue hampir nangis gara-gara blog ini ga bisa kebuka tadi! Gue ga inget sama sekali kalo gue ganti password, maaf ya blog-ku tercinta *peluk cium sampai mati rasa*
Blog ini udah nemenin gue dari tahun 2010, ga bakal mau kehilangan walaupun banyak postingan lamanya yang udah gue hapus. Tapi tetep aja, memori tentang itu semua ga bakal bisa kehapus begitu aja. Dan di sini, di blog ini, gue nuangin segalanya. Once again, love you more my beautiful blog!
Bersama keheningan yang bertahta aku memejamkan mata. Mencari sebuah kenikmatan yang telah lama sulit kudapatkan. Sesuatu yang membingungkan itu datang lagi. Aku enggan untuk terperosok lagi, jatuh lagi dan perih lagi. Masih adakah sebuah kesungguhan yang akan menyapaku dalam kesendirian? Berlari dari satu sosok yang sempat merajai aku, namun kemudian aku bertemu lagi dengan sosok lain yang membelengguku. Ya, ini semua memang salahku. Aku yang membiarkan diriku terjatuh lagi. Seharusnya aku memang boleh jatuh, tapi jangan terhuyung-huyung. Karena luka sesungguhnya tak akan menyayat lebih dalam dari yang kita izinkan. Aku masih lemah, aku masih mudah dikuasai oleh rasa.
Ketika aku harus bersembunyi di balik pijar cahaya mentari di siang hari, di sana aku menemukan kamu dengan candamu. Dimana kamu yang tak sempurna entah mengapa selalu saja dapat menyunggingkan senyuman. Aku tak takut lagi untuk berdiri tegap menantang sang surya karena kamu, dengan kamu sadari ataupun tidak, telah menopangku untuk bertahan tanpa ketakutan. Kamu bukan indah, namun pribadimu sungguh mengagumkan. Mengenalmu adalah anugrah. Dan berada di sampingmu adalah...
Sebuah kesalahan sempat terjadi. Berawal dari kesalahan dan berakhir dengan sebuah kesalahan pula. Memang, hidup itu tak semulus paha Cherrybelle. Sempat menyadari sesuatu yang kurang mengenakan akhir-akhir ini, dan semuanya terjawab kemarin. Cukup berterima kasih atas segala ke-"kepo"-an yang sempat datang untuk bertanya ini itu. Baiklah, yang bersangkutan kurasa sudah cukup mengerti. Semoga tak ada kesalahan-kesalahan lain yang menyusul.
Tidak. Aku tidak dengan bodohnya sengaja menyandungkan kakiku untuk jatuh di tempat itu. Bahkan aku pun tak pernah sedikit pun berpikir untuk jatuh lagi. Namun kembali pada rasaku yang begitu enggan untuk kukendalikan. Si-pemberontak-kecil itu mulai membara pada tempat yang tak seharusnya. Aku tau ini adalah sebuah kesalahan. Aku ingin melangkah mundur dengan pasti, namun entah si-pemberontak-kecil itu tak mau mengikuti inginku.