Cerita Para Rasul Ulul Azmi | Your Favorite Devil's Advocate
article

Cerita Para Rasul Ulul Azmi

Rabu, Agustus 18, 2021

Cerita Para Rasul Ulul Azmi


Di tengah polemik pandemi yang tengah mendera seluruh kalangan masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial, sampai kepada simpang siur tentang kekhawatiran kapan wabah ini akan berakhir, sebagai umat muslim tentu kita bisa kembali merefleksikan sejarah dari para Rasul yang memiliki keteguhan hati yang amat kuat. Sebagai sosok panutan, para Rasul ulul azmi telah memberi contoh kepada umat muslim di seluruh dunia bahwa hidup memang harus dijalani dengan penuh kesabaran. Apa yang kita alami saat ini tentu tidak seberat yang dialami oleh para Rasul terdahulu.

Beberapa cerita dari para Rasul ulul azmi dapat kita baca di bawah ini:

  • Nabi Nuh AS diuji oleh Allah SWT dengan banjir bandang yang mengharuskannya membuat kapal dengan ukuran besar, dan membawa serta di dalamnya kaum beriman serta hewan berpasang-pasangan. Bayangkan saja keteguhan Nabi Nuh AS kala itu, beliau harus meninggalkan banyak sisi berharga dalam hidupnya agar bisa terus menuntun kaum beriman supaya terhindar dari hukuman Allah SWT. Jika Nabi Nuh AS tidak memiliki keteguhan hati yang kuat, bisa jadi saat itu tidak ada lagi manusia serta hewan yang selamat di muka bumi ini.
  • Nabi Ibrahim AS yang kala itu berhadapan dengan raja Namrud sebagai seseorang yang tidak setuju jika berhala terus dianggap sebagai Tuhan, mendapati fakta bahwa beliau berakhir diatas bara api yang menyala-nyala. Nabi Ibrahim AS dijatuhi hukuman mati oleh raja Namrud, namun Allah SWT berkehendak lain. Nabi Ibrahim AS selamat karena pertolongan Allah, dan sebab beliau memiliki keteguhan hati yang sangat kuat. Jika waktu itu Nabi Ibrahim AS tidak percaya akan pertolongan Allah SWT, tentu akhir dari kisah selamatnya Nabi Ibrahim AS dari hukuman mati tersebut akan jauh berbeda.
  • Nabi Musa AS sebelum kelahirannya pun sudah diuji dengan kenyataan bahwa Fir’aun tidak menghendaki bayi laki-laki untuk lahir, namun Allah SWT menyelamatkan beliau dari kebiadaban Fir’aun agar dapat tumbuh dan menyebarkan agama Allah SWT kepada kaumnya. Ketika Nabi Musa AS berhadapan dengan Fir’aun dan dipaksa untuk mengajak orang-orang beriman melakukan perjalanan jauh guna menghindari kebengisan Fir’aun, Allah SWT memberikan mukjizat kepada beliau berupa tongkat yang bisa membelah laut merah, sehingga Nabi Musa AS dan para pengikutnya bisa selamat dari kejaran Fir’aun dan para pasukannya. Keteguhan hati Nabi Musa AS dalam menghadapi cobaan demi cobaan tentu perlu kita contoh.
  • Nabi Isa AS yang dikhianati oleh pengikutnya sendiri juga memiliki keteguhan hati yang patut kita tiru. Beliau tidak serta merta murka dan malah menyalahkan segalanya kepada Yudas karena ia telah mengkhianati Nabi Isa AS. Beliau tetap percaya jika pertolongan Allah SWT itu nyata, dan seperti kita tahu setelahnya Nabi Isa AS diangkat ke surga oleh Allah SWT karena keteguhan hati beliau tersebut.
  • Nabi Muhammad SAW sebagai utusan akhir zaman dan teladan bagi kita semua adalah bagian dari para Rasul ulul azmi, sebab beliau begitu sabar dan tabah menghadapi banyak cobaan yang menimpa hidupnya. Nabi Muhammad SAW ditinggal oleh kedua orang tuanya ketika usia beliau masih sangat kecil, hingga beliau harus tinggal bersama sang paman. Nabi Muhammad SAW kemudian diuji lagi ketika Abu Tholib sang paman meninggalkannya ketika nabi berusia 40 tahun. Belum lagi fitnah keji dari Abu Lahab dan Abu Jahal yang terus memusuhi beliau, maka sungguhlah nabi Muhammad SAW adalah suri tauladan yang amat baik bagi kita semua.

Pada cerita diatas, kita dapat bercermin dengan apa yang tengah kita alami saat ini. Ketika keteguhan hati pada diri sendiri meningkat, tentu Allah SWT akan menyelamatkan kita dari segala bahaya yang mengintai. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah SWT, dan semoga kita adalah orang-orang yang tetap percaya bahwa pertolongan Allah SWT itu nyata adanya.

You Might Also Like

0 komentar

Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer