MATA TERTUTUP: Rima dan Perjuangan Kesetaraan | Your Favorite Devil's Advocate
film

MATA TERTUTUP: Rima dan Perjuangan Kesetaraan

Sabtu, September 29, 2018

MATA TERTUTUP: Rima dan Perjuangan Kesetaraan

“Sekarang luruskan niat, kita akan hijrah pergi ke tempat yang mulia. Renungkan!” 

Hai. Kali ini, saya datang sebagai seorang pandir. Ingin menyampaikan perihal besar yang begitu getir. Beberapa waktu yang lalu, aksi terorisme sedang begitu marak di negeri yang saya singgahi. Pemberitaan dari berbagai media pun membuat keadaan semakin gonjang-ganjing. Alih-alih memberi peringatan dini, ketakutan dan kengerian malah tersebar begitu mudah hanya dengan satu kali klik. 

Selain banyaknya artikel-artikel berita terkait aksi terorisme yang sedang terjadi, ternyata banyak juga yang turut membagikan pengalaman pribadi perihal “perekrutan” yang pernah dialami. Berawal dari tersebarnya tangkapan layar status Facebook Yunita Dwi Fitri yang berjudul “Saya Hampir Jadi Teroris” di Twitter, cerita demi cerita lain pun terkuak ke muka publik. 

Dari sekian banyak cerita yang ada dan sempat saya baca, semuanya memiliki pola yang sama. Kesamaan pola tersebut ternyata menggiring memori saya pada sebuah film yang dirilis pada tahun 2011 silam. Film yang, bagi saya, begitu berani mengungkap fakta besar yang pernah terjadi di masyarakat kita. 

Mata Tertutup (2011) oleh Garin Nugroho 


Berbeda dengan kebanyakan art film yang disutradai olehnya, Mata Tertutup hadir dengan begitu lugas. Minim akan simbol dan narasi penuh metafor sebagai kekhasan film garapan Garin lainnya. Namun, setidaknya konsistensi Garin terhadap isu sosial dan moral masih tetap terasa. Kali ini, aksi terorisme dan gerakan radikal di negeri inilah yang menjadi sorotan utama. 

Karena film ini sudah rilis tujuh tahun yang lalu, mungkin tulisan kali ini akan berlimpah spoiler. Yha, saya bilang duluan supaya netizen tidak protes di belakang. Huh. 

Mata Tertutup dibuka dengan adegan indoktrinasi di dalam sebuah mobil. Itulah proses pertama dari rangkaian “hijrah” menuju negara yang disebut-sebut lebih diridai Allah. Rima, yang diperankan oleh Eka Nusa Pertiwi, berada di dalam mobil tersebut dengan serbuan kalimat dogmatis di balik kain hitam yang menutup matanya. 

Seperti yang disebutkan dalam cerita orang-orang yang saya temukan, kelompok ini—yang kemudian akan merujuk pada nama Negara Islam Indonesia (NII)—menargetkan muda-mudi yang sedang terombang-ambing. Entah dalam hal pencarian jati diri, maupun kegalauan kisah cinta remaja yang sulit dihindari. Posisi mereka yang tidak ajeg itulah yang membuatnya menjadi sasaran empuk dari kelompok radikal ini. 

Pencarian tempat agar perempuan lebih dihargai. 

Rima, sebagai salah satu tokoh sentral di dalam Mata Tertutup, menampakkan pencarian yang begitu jelas. Paham feminis yang dianutnya sangat nyata tanpa harus disuarakan. Mulai dari keingintahuannya, tulisan-tulisannya, sampai sekelebat buku berjudul Perempuan di Titik Nol karangan Nawaal el Sadaawi yang ada di kamarnya. 

Dari diskusi-diskusi yang seringkali dilakukannya bersama dengan Pak Muklis, yang menjabat sebagai Hakim Negara Islam Indonesia, memberikan Rima secercah harapan bahwa kebobrokan NKRI dan pandangan sebelah mata terhadap perempuan akan lenyap di NII. Kesetaraan yang dicarinya muncul. Walau ternyata, yang didapatkan hanyalah semu. 

Bergabungnya Rima di NII seperti membawa angin segar. Sebab, banyaknya anggota yang mampu direkrutnya secara otomatis juga membawa banyak rupiah pula. Pujian dan penghargaan dari Pak Muklis pun datang pada Rima. Jelas saja, dia merasa bahwa di sanalah tempat yang selama ini diimpikan. Perempuan tidak bisa dipandang sebelah mata! 

Namun kemudian, kejanggalan mulai muncul ketika Rima mendatangi kediaman Pak Muklis dan bertemu dengan istri serta anak-anak beliau. Anak-anak yang demam tergeletak di lantai dengan alas karpet tipis. Sang istri yang hamil besar pun masih harus melakukan kegiatan rumah yan membuatnya letih. 

Rima kebingungan, beginikah perlakuan Hakim Negara Islam Indonesia terhadap perempuan dan anak? 

Sampai pada suatu siang, Rima berdiri tegak dalam barisan di markas NII untuk mendaftarkan diri sebagai Ulil Amri (Tentara Islam Indonesia). Ketika sampai pada gilirannya, panitia pendaftaran yang ada di harapannya menatap tak percaya. Selepas mengecek kembali daftar peserta, bapak berkopiah di hadapan Rima mengatakan bahwa perempuan tidak akan bisa menjadi Tentara Islam Indonesia. 

Sudah. Rima, si gadis cerdas, pun akhirnya sadar bahwa bukan tempat itulah yang sebenarnya dia inginkan. Perjuangan-perjuangan yang dia lakukan tak ubahnya sebagai abdi kepada mereka yang memegang kuasa. Rima kecewa. Menarik dirinya keluar dari jeratan. Dan, menjalani hidupnya kembali sebagai aktivis perempuan. 

Dari cerita Rima, saya sadar bahwa hidup yang sebenar-benarnya harus terus kita jalani, apa pun yang terjadi. Sebab, lari bukanlah solusi. Berpindah bukan melulu berbuah baik. Bisa jadi, hanya sebuah manipulasi. 

Dunia, dengan atau tanpa kata terorisme, tetap penuh dengan berbagai macam terror. Maka itu, baiknya kita membuat tameng-tameng yang dapat melindungi diri dari hal-hal kotor. Ketika kamu bisa menjadi kepala untuk menunjukkan kaki-kakimu ke mana akan melangkah, jangan mengekor. 









Tabik! 





Pertiwi

You Might Also Like

12 komentar

  1. Saya jadi penasaran sama filmnya. Sepertinya seru sih dari share reviewnya jadi makin penasaran pengen nonton langsung.

    BalasHapus
  2. Penasaran sama ending-nya. Bagaimana ya proses berpikir perempuan seperti RIma setelah ditolak menjad "tentara"?

    BalasHapus
  3. Film ini berdasarkan kisah nyata, ya? Coba cari ah filmnya

    BalasHapus
  4. Berpindah mungkin memang bukan solusi terbaik buat semua orang, tapi berpindah bisa jadi ajang untuk melihat masalah dari sudut pandang lain.

    Btw. Saya jadi penasaran nih sama filmnya. Film2 Garin emang bagus2 sih ya.

    BalasHapus
  5. wuahhhh aku penasaran mbakk.. hijrah emang bagusss banget tapi takut salah langkah

    BalasHapus
  6. Wah, penasaran dengan apa yang selanjutnya dilakukan oleh rima sebagai aktivitas perempuan nih. Berapa rate dari film ini mba menurut mba sendiri?

    BalasHapus
  7. Wah film lawas ya? Lalu apa yg kemudian dilakukan oleh Rina mbak?
    Btw ini diangkat dr kisah nyata kah?

    BalasHapus
  8. Waah filmnya kelihatannya seru Tiw aku penasaran. Masih bs ditonton di Youtube kah?

    BalasHapus
  9. Film Garin Nugroho yg aku suka banget itu Soegija. Belum nonton yg Mata Tertutup. Selalu suka film2 Garin karena pasti pemandangannya enak dilihat dan nambah wawasan juga

    BalasHapus
  10. Aku penasaran pengen nonton filmnya langsung deh, bagus ini ini spoilernya bikin penasaran.hehe

    BalasHapus
  11. Aku belum pernah nonton tentang mata tertutup ini, sepertinya keren yaaa.. Sutradaranya aja Garin Nugroho ya khaaan

    BalasHapus

Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer