ALLIANZ LIFE CHANGER: Mengubah Masa Kini dan Masa Mendatang dengan Asuransi Milenial | Your Favorite Devil's Advocate
article

ALLIANZ LIFE CHANGER: Mengubah Masa Kini dan Masa Mendatang dengan Asuransi Milenial

Selasa, Juni 12, 2018

ALLIANZ LIFE CHANGER: Mengubah Masa Kini dan Masa Mendatang dengan Asuransi Milenial

Sebagian orang mengidamkan perubahan ke arah yang lebih baik untuk hidupnya. Sebagian lainnya mengidamkan hal yang lebih dengan membuat perubahan bagi hidup banyak orang. Kamu, akan memilih salah satunya saja atau berusaha untuk menjadi keduanya? 

Saya percaya, sebagian besar generasi milenial akan menjawab ingin keduanya. Sebab, kecenderungannya untuk lebih unggul dibanding yang lainnya masih begitu kuat. Mengembangkan bisnis pribadi, melindungi kehidupan masyarakat di sekitar untuk mendapat peluang usaha yang besar dan pendapatan yang tak terbatas, serta mengembangkan model bisnis yang bisa diwariskan kepada generasi selanjutnya bukan lagi menjadi pilihan. Ya, tapi sebuah keharusan. 

Dengan karakter milenials yang demikian, mereka diperkirakan akan menduduki porsi tenaga kerja di seluruh dunia sebanyak 75% pada tahun 2025. Luar biasa, ya? 

Peluang ini ternyata dilirik oleh PT Asuransi Allianz Life Indonesia atau Allianz Life dengan pembuatan formulasi strategi pemasaran barunya yang disebut dengan Allianz Life Changer. Strategi tersebut dilakukan untuk mengubah paradigma industri asuransi dari yang sebelumnya hanya fokus menjadikan industri investasi menjadi sebuah industri proteksi.



Allianz Life Changer merupakan salah satu langkah strategis untuk mengantisipasi dan mengoptimalkan pertumbuhan pasar di masa depan yang kini didominasi oleh kaum milenial. Selanjutnya diharapkan dengan melatih milenial pada bidang tersebut bisa menjadi solusi yang baik bagi mereka yang membutuhkan proteksi. 

ALLIANZ LIFE CHANGER: Mengubah Masa Kini dan Masa Mendatang dengan Asuransi Milenial

Kenapa, sih, pelatihan ini diperlukan oleh kaum milenial? 


Kenyataan bahwa para milenial menguasai sebagian besar pasar saat ini ternyata belum dibarengi dengan pemahaman pentingnya perencanaan keuangan melalui asuransi. Hasil survey yang dilakukan oleh Allianz menyatakan bahwa hanya ada sekitar 31% dari generasi milenial yang memiliki perencanaan keuangan matang. Namun, baru 2% yang memiliki perencanaan keuangan yang baik. 

“Allianz menyadari bahwa perlindungan asuransi maupun perencanaan keuangan yang baik merupakan bagian penting dalam upaya mengubah diri sendiri maupun orang lain secara finansial,” ungkap Joos Lowerier, Country Manager dan Presiden Direktur Allianz Life Indonesia. 

Life Changer: Capturing the Future Customer 


Kamis, 7 Juni 2018 lalu, saya berkesempatan untuk hadir di kantor pusat PT BUSS, Neo Soho Capital, Jakarta Barat dalam seminar yang diadakan oleh Allianz bertajuk “Life Changer: Capturing the Future Customer”. Di sana, dipaparkan secara menyeluruh terkait temuan riset Acenture Strategy mengenai perilaku konsumen dan karakteristik milenial. 

Nah, dari karakteristik milenial yang ditemukan tersebut, ditemukanlah sebuah hipotesis yang menyatakan bahwa pengenalan asuransi yang baik terhadap kaum milenial tersebut adalah melalui benda yang paling dekat dengannya: gawai. Siapa yang dari mata melek sampai merem lagi selalu sama gawai? Ngaku! 

Allianz Life Changer merupakan salah satu langkah strategis untuk mengantisipasi dan mengoptimalkan pertumbuhan pasar di masa depan yang kini didominasi oleh kaum milenial. Selanjutnya diharapkan dengan melatih milenial pada bidang tersebut bisa menjadi solusi yang baik bagi mereka yang membutuhkan proteksi.

Pendekatan terhadap kaum milenial mengenai asuransi, gimana sih? 


Pendekatan para agen asuransi kepada milenial sudah tidak bisa lagi menggunakan cara-cara konvensional di awal demi membantu mereka untuk lebih memahami seluk-beluknya. Allianz sebagai asuransi jiwa terbaik tentunya telah menyiapkan segalanya untuk kemulusan program Life Changer ini. Mulai dari pengajuan asuransi, pelayanan polis, sampai pada klaim yang dibutuhkan. 

Selama ini, banyak yang mengeluh tentang klaim asuransi yang maharibet. Namun, Allianz lebih dulu menyoroti ini dan membuat aplikasi khusus untuk menangani klaim nasabahnya. Jadi, kalau mau klaim enggak perlu ribet isi form ini-itu dan nunggu lama untuk pencairan dananya, tinggal foto bukti transaksi untuk diunggah melalui aplikasi dan dana sudah bisa didapatkan dalam 3-7 hari. Kalau lebih dari tujuh hari, Allianz menyediakan kompensasi berupa voucher belanja juga, lho. 

Selain itu, Allianz juga membuat berbagai macam kegiatan menarik yang bisa diikuti oleh para milenial. Saya pernah mengikuti salah satunya, yaitu Allianz Sweat Challenge yang diadakan di Allianz Ecopark Ancol. Saya akui, Allianz memang cukup terampil untuk menyematkan gelar asuransi milenial ke dalam dirinya dengan segala rangkaian kegiatan yang dilakukan. 

Sekarang, tinggal bagaimana kamu. Mau ikut bergandengan tangan dengan Allianz untuk menjadi Life Changer demi mengubah masa kini dan masa mendatang? 

Informasi lebih lanjut bisa didapatkan di: 
Web: www.allianz.co.id
Instagram: @allianzindonesia 
Twitter: @AllianzID 
Facebook: https://web.facebook.com/AllianzIndonesia/ 

Allianz Life Changer merupakan salah satu langkah strategis untuk mengantisipasi dan mengoptimalkan pertumbuhan pasar di masa depan yang kini didominasi oleh kaum milenial. Selanjutnya diharapkan dengan melatih milenial pada bidang tersebut bisa menjadi solusi yang baik bagi mereka yang membutuhkan proteksi.







Tabik!




Pertiwi

You Might Also Like

4 komentar

  1. Sepertinya aku belum termasuk dari 2% orang yang memiliki pengelolaan finansial yang baik. DUh, mesti berbenah nih ya. Saatnya Life Changer!! Tetetetterereeeetttt..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kamu kok kayak power ranger mau berubah gitu sih wkwkkw

      Hapus
  2. Literasi perencanaan keuangan bener-bener diperlukan nih, diadakan setiap berkala sepertinya akan banyak terus peminatnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya sepertinya demikian, soalnya penting sih untuk kehidupan.

      Hapus

Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer