Cara Sederhana Menikmati Libur yang Singkat | Your Favorite Devil's Advocate
article

Cara Sederhana Menikmati Libur yang Singkat

Jumat, Juni 12, 2015

Cara Sederhana Menikmati Libur yang Singkat

Semester yang rumit untuk mahasiswa woles sepertiku akhirnya hamper selesai. Megap-megap sudah kami berusaha melewati makalah demi makalah yang menjadi tugas akhir dan soal-soal UAS yang rumit. Anyway, UAS belum juga selesai. Satu hari berwarna merah di kalender serasa mukjizat. Indah! Maka itu, jangan pernah lewatkan sedikit pun dengan sia-sia. Dan inilah cara sederhana menikmati libur yang singkat ala Pertiwi Yuliana.


Ada satu hari yang nikmat digandeng untuk bermalasan. Tapi, ada satu ajakan yang sulit untuk ditiadakan. Maka di sanalah aku, di bawah sebuah kursi kayu dengan payung yang meneduhkan dari matari siang itu.

Ada seorang bapak di hadapanku. Dengan tubuhnya yang gemuk, kulitnya yang hitam, dan batu akik yang menghiasi leher serta jemari tangannya. Nyentrik. Selebihnya, bapak ini tampak begitu biasa dengan tampilannya yang dibaut kaos hitam dan celana jeans-nya. Tapi tunggu, tunggu sampai kamu berbincang dengannya.

Okey, aku berada di sebuah tempat wisata, di tengah sebuah keluarga yang baru kukenal saat itu juga. Mereka ceria, lain dari keluarga yang kukenal sebelumnya. Uhm, baiklah, ini yang namanya bahagia? Enak juga, ya!

Seperti yang ada kebanyakan, bapak ini sempat membuatku canggung bukan buatan. Tapi perlahan, suasana mulai melebur dengan celotehan-celotehan asal. Bermula dari hal yang asal, memang, kemudian diikuti dengan kekaguman yang sampai kini masih lekat di ingatan.

Kuedarkan pandangan, hampir semua yang ada di tempat itu mengenal dan menghormatinya. Bagaimana cara terbaik untuk mendeskripsikannya, ya? Hm, yang jelas, bapak ini memang mengagumkan. Terlebih saat beliau memberiku kunci-kunci untuk sukses di depan. Wah! Aku simpan, aku simpan! Bahkan sudah hilang pula maluku untuk mengatakan, “Bentar, Om, aku catet dulu,” saat celotehnya masih mengudara dan itu sukses membuat beliau tersenyum karenanya.

Dengan mantap bapak ini menatap mataku dan mentransfer energi dari semua ucapannya. Ini menyenangkan. Aku membara saat itu juga. Mana pas banget lagi pakai kaos dan jilbab merah, ahahaha! Dengan seksama kusimak, sesekali kucatat supaya tak lepas ilmu berharganya.

Bapak yang mengaku tidak mempunyai titel apa pun yang mengiringi namanya ini nyatanya membawaku pada kuliah singkat berbobot 4 sks. Luar biasa! Ruar binasa! Beliau bilang, belajar ini-itu secara otodidak. Kutanya tipsnya, beliau tak menjawab. Ah, aku gagal curi ilmunya. Bayangkan, beliau bisa hafal seluruh nama tanaman yang ada di tempat itu. Dan beberapa sempat pula dijelaskannya satu-satu padaku. Mulai dari namanya hingga ada berapa jenis dia di dunia. Kurasa bapak ini menelan ensiklopedia tumbuhan. *eh

Beliau bilang, di dalam tubuh manusia selalu ada tujuh kejahatan—entah dengan atau tanpa disadari oleh manusianya. Dan tugas kita adalah melawan tujuh kejahatan itu dengan tujuh kebaikan yang harus kita tanamkan. Aku banyak belajar menjadi pribadi yang tangguh dan cerdas dari obrolan saat itu.

Kunci untuk menjadi seorang leader itu 3A, katanya: asah, asuh, asih.

ASAH
Ini perihal skill, kemampuan, kebisaan, atau apalah namanya. Ini modal utama untuk menjadi seorang leader. Kalau gak bisa apa-apa, gimana bisa dipercaya untuk menjadi seorang leader bagi orang banyak, yakan?

ASUH
Kalau sudah punya skill yang bagus, kita juga harus bisa mengasuh siapa-siapa saja yang ada di bawah kita. Agar apa? Ya, percuma kalau bisa sendirian tapi yang lainnya enggak, toh? Dalam sebuah tim, jangan mau pintar atau bisa sendiri aja. Gabuyeee~~~

ASIH
Ini senjatanya, mengasihi seluruh yang ada. Jangan takut kehabisan kasih sayanglah pokoknya. Sesame makhluk Tuhan, kan, diwajibkan untuk saling menyayangi. Nah, ini juga berpengaruh pada kinerja nantinya. Dengan kasih sayang, kita bisa membuat tim nyaman. Dan kenyamanan itu pula yang akan berdampak pada hasil nantinya.

Tuh, itu baru sedikit, lho. Baru sedikit. Masih banyak tips-tips lainnya yang akan tetap aku pegang dan aku jalankan.

Perkenalkan, bapak ini adalah bapak yang pada saat pertama melihatku langsung mengatakan, “Ini, nih, calon mantu gue?”

Terima kasih, Om. Terima kasih sudah membuat satu hari berwarna merah itu menjadi sesuatu yang berharga. Tiwi bahagia! Dan inilah cara sederhana menikmati libur yang singkat ala Pertiwi Yuliana.





Salam,





Pertiwi Yuliana


*NB: Udah gak sama anaknya, tapi tetap kagum sama bapaknya.

You Might Also Like

14 komentar

  1. Mau pamer putus caranya keren juga. Hahaha. NB yang apalah itu. XD

    Hati-hati pake merah-merah, diseruduk banteng!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Merah-merah biar banyak cinta yang mendekat :/

      Hapus
  2. bagus bagus..tulisannya kebaca banget enggak mirip tulisan tangan, nggak ada huruf sambungnya juga trus presisi antar imbuhan dengan katanya pas..

    BalasHapus
  3. Jadi ini tulisan tentang liburan bersama bareng orang tua pacar ? hahaha bagus bagus, sambil menyelam minum air, sambil liburan sekalian nyari ilmu dari calon mertua :D

    BalasHapus
  4. Wah si om gahul ya pake gue gue. :))

    BalasHapus
  5. Udah gak sama anaknya?? Sayang banget si calon mantu ih...

    BalasHapus
  6. Wah wah . Bapaknya keren. Y udh sama Bapaknya aja. Haha

    BalasHapus
  7. Deketin bapaknya aja, Tiw, siapa tau berkah :)

    BalasHapus

Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer