Surat Cinta: Pleidoi untuk Tuanku | Your Favorite Devil's Advocate
loveletter

Surat Cinta: Pleidoi untuk Tuanku

Rabu, April 08, 2015

Surat Cinta: Pleidoi untuk Tuanku

Sebelum membaca, saya akan mempersiapkan Anda sekalian memasuki sebuah dunia yang tak asing pastinya. Ini adalah sebuah dunia yang kita sebut dengan Maya. Pemimpinnya bernama Satya. Seorang pemimpin yang terlalu arifnya hingga rakyatnya menderita. Dan inilah kisahnya…

***
Hai, Tuanku!

Karena kecintaanku kepada Tuan, Hamba mengirimkan surat cinta ini untuk Tuanku.

Tuanku, Hamba punya beberapa pertanyaan. Jikalau Tuan bersedia menjawab pertanyaan Hamba, Hamba akan sangat senang rasanya.

Tuan, mengapa Tuan bersedia begitu baik hatinya hingga rela mengabaikan rakyat Tuan? Tuan, rakyat Tuan yang begitu setia sesungguhnya sedang merindukan kenyamanan, mengapa pula Tuan begitu peka hingga tak dapat juga melihatnya? Tuan, begitu ramahnya Tuan hingga meninggalkan kami dalam kebingungan.

Surat Cinta: Pleidoi untuk Tuanku

Sembah untuk Tuanku, untuk segala kemurahannya yang mengantarkan kami pada kesepian dan kehilangan. Terima kasih, Tuan. Kami bahagia, sangat bahagia. Iya, hingga kini terpecah belah.

Mengapakah Tuan begitu baiknya? Sehingga Tuan hanya mengurusi satu teritori saja. Lihat, Tuanku, teritori lain menunggu perhatianmu. Mereka menunggu, dan baiknya kamu selalu menyambut penantian kami dengan abaimu.

Tuanku, begitu tersohor namamu hingga banyak sekali hujat dari rakyat yang mencintaimu. Termasuk aku. Sebegitu sibuknya Tuanku untuk mengurus namanya yang semakin dan semakin melambung. Mengatasnamakan kami dan kerajaan ini, sementara Tuanku lupa pada kami. Ah, sungguh makmur negeri ini.

Tuanku, lewat surat ini kuingin sampaikan pesan pula dari beberapa hamba sepertiku. Tuanku yang arif pekertinya, taukah bahwa banyak sekali rakyat yang kecewa?

Surat Cinta: Pleidoi untuk Tuanku

Tuan, begitu bijaknya Tuan hingga mengulangi hal yang sama. Dahulu, pernah juga terjadi, Hamba pula saksinya. Tuanku, mengapa harus sebegitu pintarnya untuk kembali menumbuhkan benih-benih kecewa?

Kolonimu menghujatku, Tuan. Iya, kolonimu yang begitu patuh pada panduanmu. Sedang aku hanyalah hamba jelata yang menuntut kebahagiaan bersama. Salah? Maaf, Tuan. Namun, satu tetap satu dan aku ada untuk menjaga semua itu tetap utuh.

Tuanku, begitu konsistennya dirimu hingga kami harus pula berpindah kerajaan lagi dan lagi. Tiga kali, Tuan. Kami lelah mengikuti titahmu yang entah. Tuanku pengingat yang baik, hingga melupakan kenang yang kami rajut dari awal dan membiarkannya hilang hanya karena alasan yang memuakkan.

Surat Cinta: Pleidoi untuk Tuanku

Lihat, Tuan! Rakyatmu semakin makmur! Keluh di setiap penjuru! Dan abaimu masih tetap nomor satu!

***

.... Dan inilah akhir dari kisah kerajaan kami. Runtuh. Rakyatnya kabur. Rajanya tak mau tau. Enyah semua, berbakti pada entah yang tak tau kapan sirna.






Salam,




Hamba Jelata

You Might Also Like

22 komentar

  1. Jika tuanmu mengabaikan mu.. tenanglah..
    kamu masih punya rakyat disekitar kerajaan bobrok itu.
    Sungguh tuammu tidak akan berdaya melawan rakyatnya.

    Mari bangun kerajaan baru bersama rakyat jelata lainnya.
    tidakkah kau tau disebrang sana juga ada kerajaan yang ditinggal pergi oleh tuan mereka. Tapi mereka rakyat ranger mungkin bisa dikatakan berhasil.

    *tssah.. gue ngomen apa sih..
    #SokTahu
    #SokIkutCampur

    BalasHapus
  2. JB lagi bermasalah, Wiiii? ._. *tudepoin*

    BalasHapus
  3. apa tuanku yang dimaksud bersifat lalim?

    BalasHapus
  4. Surat terbuka buat Raja JB...
    Sejak ganti platfoam gw jg jarang main Tiw kek kuburan gitu. Sepii

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kuburan deket rumah gue banyak yang pacaran kalo sore-sore. Malem juga kadang ada. Kuburan rame, Zis!

      Kayaknya lebih sepi. *eh

      Hapus
    2. Ah gue ketawa aja ah HAHAHA

      Hapus
  5. Tuan~ Tuan~ Sadarlaaah Tuaaan~ *ngeluarin jurus kame-kameha*

    BalasHapus
  6. wah surat sindiran untuk raja JB ya, mudahan tuanku mendengarnya, dan membuat kerajaan berjaya kembali dan rakyatmu kembali makmur.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga dia bisa melek dulu biar bisa baca :))

      Hapus
  7. Tuan oh Tuan. Tuanku Imam Bonjol di duit gocengan. *liat isi dompet*

    Ngggg... nggak semua komunitas itu berjalan baik, Wi. Beginilah rasanya. Dan menjadi tuan itu nggak semudah yang dikira. ( mencoba melihat dari sudut pandang yang lain )

    Tapi gue punya pesen tambahan : Apalah arti SEO jika kenyamanan itu nggak ada lagi seperti dulu? Gue lebih suka orangnya dikit tapi bisa seru-seruan daripada rame tapi malah bisu. Seperti kata seseorang, "Satu sahabat lebih baik daripada seribu teman yang palsu", gitu kan, ya? Itu saja. :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. I know, gue aktif di banyak komunitas kok. Cuma yang ini lain aja, gak mau nerima masukan. Lebih suka mengabaikan ahahaha

      Coba lo bilang gitu gih ke dia, bakal ditanggepin apa enggak.

      Hapus
  8. Wih.. surat terbuka buat JB.
    Jujur, sejak ganti platform, aku belum registrasi lagi (apa udah tapi lupa, ya?)
    Sepi gitu sekarang..

    BalasHapus
  9. Sekarang JB-nya nggak bisa dikunjungi juga. Semenjak thread tempat aku dan delsi nyepam diapus, aku mulai jarang sih. *ampun* xD

    Kemaren ikutan registrasi ulang di rumah yang baru, tapi karena nggak ada yang dikenal dan diajak ngomong sok akrab lagi, jadinya nggak main-main lagi. Tapi semoga entar semuanya baikan lagi yah. Ngerasa kehilangan aja kalo mencar-mencar. Karena aku mulai aktif ngeblog setelah gabung ama JB. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya sama. Apalagi gue, pertama banget akrab aja sama Kevin. Gak ada lago orang-orang yang dulu, mah. Sedih atuhlah. Tapi mau gimana? Selama kebijakannya masih terus gitu dan semua masih cuma maunya nurut aja ya gak akan berubah.

      Hapus

Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer