Andhika Manggala dan Proses Menghargai Perempuan | Your Favorite Devil's Advocate
DISPARITAS

Andhika Manggala dan Proses Menghargai Perempuan

Sabtu, Februari 11, 2017


“Lo, tuh, jadi cewek jangan kepinteran. Nanti gak ada yang mau sama lo. Gak laku lo.”

“Lah, emang kenapa?”

“Ya cowok bakal sungkanlah kalo punya cewek yang lebih pinter, mending cari yang lain.”

“Oh, hahaha. Yaudah, gak apa-apa.”

“Batu lo dibilangin.”

Hidup itu penuh dengan pilihan. Hal klise yang sering digaungkan oleh banyak orang. Namun sayangnya, tidak sedikit pula yang menutup pilihan untuk orang lainnya atas alasan-alasan yang tidak masuk akal. Katanya hidup itu pilihan, mau ke mana dan bagaimana ada di tangan kita. Namun, masih ada langkah yang terus terhalang oleh patok-patok yang dipasang dengan sembarang.

Lalu, di mana letak pilihan jika ada saja pihak-pihak yang senantiasa menebar keharusan?

***

Di awal semester satu perkuliahan, seorang kakak tingkat di komunitas Bengkel Sastra mengatakan bahwa sebetulnya kami beruntung ada di jurusan bahasa dan sastra Indonesia, sebab kami mempelajari apa yang tidak dipelajari oleh jurusan lain: sudut pandang. Saya percaya, karena setiap kali saya berbicara dengan mereka, saya selalu mendapatkan hal baru untuk dicerna.

Perlahan mata saya dibuka akan hal-hal yang jauh lebih luas, tidak melulu berpatok pada diri sendiri. Sehingga, bisa lebih banyak melihat kemungkinan lain dari apa yang terjadi. Sedikit banyak mental saya dilatih untuk tidak terlalu sensitif. Kalau istilah gaulnya, sih, biar gak gampang baperan. Sebab, itu merugikan. Hem… ulang. Sebab, itu sangat merugikan. Banyak sekali terjadi gesekan antarindividu, antarkelompok, maupun antara individu dengan kelompok yang didasari oleh hal tersebut. Mulai dari saling tak bertegur sapa, adu mulut, sampai pada pertumpahan darah. Semua bisa terjadi karenanya. Seram, kan, ya?

Sebab itulah saya lebih menyukai dunia perdiskusian—bahkan seringkali perdebatan, dengan cara yang elegan—yang bisa membuat saya lebih tau banyak hal dan membaca karakter orang. Ini menyenangkan. Wawasan bertambah dan pandangan dari berbagai sisi lain lebih terasah. Pun tidak dapat dipungkiri, kebiasaan ini bisa membuat saya tetap tenang di depan banyak orang. Nah, lebih menyenangkan lagi ketika saya mendapatkan teman diskusi—dan juga debat, tentu saja—yang seimbang. Maka dari itu saya senang mengenal Ilham.

Karena seringnya kami membicarakan banyak hal berdua, tetiba kami sepakat untuk membuat mainan baru. Supaya lebih terkesan serius, mainan baru itu kami beri nama DISPARITAS yang akhirnya resmi lahir setelah sebelumnya tertunda oleh banyak hal.


Apaan, sih, Disparitas?

Disparitas adalah akronim dari diskusi paradoksal dan realitas. Untuk penjelasan lebih lengkapnya, bisa baca di Disparitas dan Isi Kepala Suami Idaman. Saya tidak akan menjelaskan soal Disparitas secara utuh di sini. Karena… basi, ah. Sudah terlalu biasa menjelaskan perihal apa yang mau dikerjakan di blognya sendiri. Makanya, kami numpang di blog lain. Ehe. He. He.

Selain numpang menyelipkan penjelasan soal Disparitas di blog orang yang nama kontaknya paling panjang di handphone saya ini, kami—saya dan Ilham—juga mengajak Om Dhika untuk berdiskusi. Diskusi santai, sih. Ngobrol sambil tjurhat, yang ujungnya Om Dhika memberikan petuah manis untuk hubungan kami.

Andhika Manggala Putra Pratama Partakusumah.

Hal pertama yang saya pikirkan saat melihat nama di atas adalah… ini namanya pasti gak muat di buletan LJK (lembar jawaban komputer).

Ehehehe~

Perkenalan saya dengan Om Dhika dijembatani oleh komunitas Warung Blogger. Selaku salah satu admin komunitas tersebut, Om Dhika tampak sangat asyik dan bersedia menerima keluhan ini-itu dari para anggota. Yha, setidaknya pengalaman saya menumpahkan keluhan ke Om Dhika bilang begitu, sih, ya. Hahaha.

Dalam tulisan saya mengenai film PINK, saya menyatakan bahwa selama hidup saya, saya baru mengenal dua laki-laki baru di kehidupan nyata saya. Alhamdulillah, ternyata postingan tersebut membawa saya mengenal satu lagi laki-laki baru di dalam lingkaran saya: Om Dhika.

Sosok Om Dhika sebagai laki-laki yang sudah berkeluarga tetapi menjunjung kesetaraan laki-laki dan perempuan tentunya sangat menarik untuk dikulik lebih dalam lagi. Sebab, katanya, Om Dhika ini semasa mudanya adalah bad boy. Koloni Young Lex yang hilang. Yha, Tiw, yha. Tapi pinter, katanya. Katanya, lho, ya. Nah, dari Andhika yang bad boy (dan playboy) ke Om Dhika yang sekarang kayaknya cukup kontras, ya?


Menghargai sebuah proses.

Buah dari kesalahan di masa lalu memang seringkali menjadi tamparan dan pengingat yang baik agar tidak mengulanginya lagi. Ini pun terjadi di kehidupan Om Dhika dan istri. Kesewenangan Om Dhika saat masih berpacaran sempat terjadi. Mulai dari menerima tantangan teman-temannya untuk jadian dengan bintang kelas—yang adalah istrinya sekarang—padahal gak suka, sampai pada selingkuh yang menjadi titik balik perubahannya.

“Gue terima taruhan karna ngerasa ‘harga diri’ aja dianggap gak mampu dapetin bintang kelas,” ungkap Om Dhika.

Perempuan sebagai objek masih sering kita temukan dan sangat akrab hingga sekarang. Mereka seringkali tidak mendapat tempat sebagai subjek, atau parahnya membuat mereka bahkan merasa tidak pantas untuk berlaku sebagai subjek. Kejadian Om Dhika yang sudah lampau tersebut jika diangkat ke kehidupan sekarang saya rasa masih ada. Dan banyak. Dan entah sampai kapan akan selesai. Untuk itulah, interupsi dari sisi perempuan mestinya terus digaungkan.

Namun, Om Dhika mengungkapkan bahwa penerimaannya akan taruhan yang diajukan teman-temannya tersebut hanya sebatas untuk menyelamatkan harga diri. Uang taruhan yang tidak pernah diambil dan kenyataan bahwa Om Dhika sesungguhnya merasa iba karena perempuan dijadikan objek taruhan bisa menyelamatkannya darinya dari golongan laki-laki kurang ajar tingkat dewa.

Seperti yang sudah diakui sebelumnya, Om Dhika masa itu adalah seorang playboy. Apalagi dengan hubungan yang tanpa didasari rasa suka, membawa Om Dhika pada kesalahan fatal berupa perselingkuhan. Tapi jangan salah, dari sanalah kesadaran mulai tercipta. Saat di mana kesalahannya dimaafkan, Om Dhika bertransformasi menjadi lebih baik dari sebelumnya.

“Tanpa sadar pun gue masih suka jadi pelaku (kesewenang-wenangan) mungkin. Karna kita gak tau batas idealnya.” – Andhika Manggala Putra Pratama Partakusumah, Desember 2016.

Selama sudah sampai pada titik kesadarannya, sih, kurasa gak apa-apa, Om. Perbaikan diri pasti akan mengikuti nanti. 

Nyolong di IG Om Dhik :3
Prestasi perempuan dan harga diri laki-laki.

“Itu karena dengan apa yang kita punya. Kita bakal jadi punya standar yang beda juga menyesuaikan dengan apa yang kita punya.  Arogansi manusia.”

Saya sebetulnya cukup kagum dengan kecongkakan dari Om Dhika. Pasalnya, saya seringkali mendapati laki-laki yang justru menghindar dari perempuan-perempuan yang menempati posisi bintang kelas. Parahnya, malah diminta untuk jangan terlalu pintar. Hahaha. Walaupun Om Dhika menerima taruhannya jelas karena merasa lebih tinggi dengan ungkapannya demi harga diri, beliau mengatakan tidak mempermasalahkan perihal bintang kelasnya. Sebab untuk jadi pintar, baik, bodoh, maupun nakal adalah hak masing-masing orang.

Well, kami harus menghindari nilai yang terlalu jelek, agar jangan dianggap tolol; tetapi jika nilai kami terlalu baik, orang akan menganggap kami sok ilmiah atau sok intelektual, dan tak seorang pun akan mau kawin dengan kami. Kami ingin menamatkan studi sebaik mungkin tanpa membuat perkawinan menjadi mustahil bagi kami.”

Ungkapan di atas didapatkan dari obrolan antara Simone de Beauvoir dengan salah satu mahasiswi berprestasi yang hanya menghasilkan karya biasa-biasa saja di salah satu perguruan tinggi perempuan di USA pada tahun 1940-an lalu. Perempuan-perempuan harus menekan potensinya demi keseimbangan peran ganda yang mereka punya: ingin bekerja dan ingin memiliki kehidupan pribadi yang bahagia.

Tapi kan itu zaman baheula, Tiw.

Masa, sih, zaman sekarang peristiwa kayak gitu udah gak ada sama sekali? Dosen perempuan saya sempat curhat di kelas tentang dirinya dan temannya, dengan kasus yang sama persis. =)

Dengan tekanan publik yang begitu besar, perempuan menjadi mudah untuk diyakinkan. Jika mereka terus-menerus diberi tau bahwa perempuan di masa lampau tidak pernah menghasilkan sesuatu yang bernilai besar, itu adalah untuk meruntuhkan semangatnya. So, please, untuk kalian perempuan yang baca ini, jangan mudah terpengaruh oleh omongan-omongan klise hanya karena takut gak laku. Justru, saya rasa, perempuan memang wajib menjadi pribadi yang cerdas.

Sebab…

Kecerdasan anak sangat dipengaruhi oleh faktor genetik ibu.

“Pengaruh itu sedemikian besar karena tingkat kecerdasan kromosom X berasal dari ibu. Oleh karena itu, ibu yang cerdas berpotensi besar melahirkan anak yang cerdas pula. Dengan demikian, lebih baik memiliki ibu yang cerdas daripada ayah yang cerdas.” – Dr. Ben Hamel, ahli genetika dari UMC Nijmegen Netherlands.

Perkiraan lain yang dilontarkan oleh Dr. Bernard Devlin dari fakultas kedokteran Universitas Pittsburg, AS, menyatakan bahwa faktor genetik memiliki peranan sebesar 48% dalam membentuk IQ sang buah hati. Sisanya barulah faktor lingkungan, termasuk ketika anak masih di dalam kandungan.

Dengan fakta dan data dari ahli yang menyatakan demikian, maka saya rasa tanggapan Om Dhika mengenai hal di atas sudah tepat. Membiarkan perempuan untuk mengasah kemampuan pikirnya adalah modal untuk ke depan. Sementara, jelas, mengesampingkan intelejensi perempuan merupakan kekeliruan. Siapa yang gak mau punya keturunan yang cerdas, kan?

Kemajuan yang ada saat ini sesungguhnya secara perlahan sudah memberi celah kepada perempuan untuk ambil bagian di tiap lini masyarakat, termasuk soal pendidikan. Tinggal bagaimana kita memanfaatkan apa yang disediakan. Jika sarana kekiniannya tersedia tetapi isi kepala kita masih tetap patuh pada kekunoan, kita akan tetap sulit untuk bergerak. Bukan hal yang konyol kok jika perempuan mau lebih unggul dari laki-laki. Dan bukan hal yang bodoh jika laki-laki mengizinkan perempuannya untuk bersaing dengan seluruh kemampuannya sendiri.

Bukannya malah jauh lebih romantis dan mengasyikkan, ya? Kita bisa lihat dari gambaran keluarga Om Dhika yang sejak dulu hingga sekarang tetap tampak bahagia.

Idungnya persis! Ini Ilham yang nyolong dari FB Om Dhika hahaha~
Kalau begitu, saya mau mengucapkan selamat terlebih dahulu kepada keluarga kecil yang hadir di postingan saya kali ini:
  • Untuk Om Dhika, karena punya istri yang cerdas, sabar, baik hati, dan sering membanggakan suaminya di depan teman-temannya sehingga Om Dhika ngetop plus ngehits sebagai suami idaman.
  • Untuk Mbak Iki Moga Utami, karena punya suami yang sudah bertransformasi menjadi laki-laki yang memahami perihal kesetaraan, memiliki jiwa pelindung, dan juga penyayang.
  • Untuk Om Dhik dan Mbak Iki, karena sudah dikaruniai buah hati yang menggemaskan seperti Dek Daffa. Semoga nambah lagi, buat nemenin Om Dhik main PS, katanya.
  • Untuk Dek Naufal Daffa, karena punya ayah dan bunda yang ternyata sejak bertahun-tahun lalu sweet abis. Ham, mau, Ham. Egimana…
Semoga selalu utuh dalam selimut kebaikan. Aamiin.

Untuk gambaran Om Dhika masa kini, silakan dicek di blognya Ilham, ya.








Tabik!




Pertiwi




* Mungkin akan ada postingan selanjutnya yang masih berkaitan dengan hasil ngobrol bareng Om Dhika, soalnya bahasannya banyak dan lumayan asyik. Sayangnya, gak bisa dibikin satu postingan. Kepanjangan hahahak. 
** Kami ngepoin banyak foto Om Dhika, kok gayanya gitu semua, ya? Hm... 

You Might Also Like

46 komentar

  1. yang trambutnya masih panjang emang lebih mirip disebut gerombolannya yanglex sih.

    jangan takut nggak ada yang mau sama kita karena kita terlalu pinter dan justru bikin jodoh kita minder. toh kita sendiri tahu, sejak kita lahir, kita sudah mempunyai jodoh kita masing-masing, hanya saja mungkin belum dipertemukan.

    justru, kalau kita ingin mendapatkan jodoh yang sepadan, ya kita juga harus memantaskan diri. kalau kita mau jodoh kita baik, pinter, ya kita juga harus seperti itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Muahaha +1 penguatan Om Dhik mantan koloni Young Lex.

      Yap, saatnya kita memantaskan diri untuk dapat pasangan yang baik. Yang lebih baik. Gak usah takut dibilang ini-itu muehehe~

      Hapus
    2. astagaaaaa :'(( padahal waktu gondrong lebih deket ke rocker ketimbang rapper.

      Hapus
    3. Lama-lama malah mirip Andhika Kangen Band i, Om. :(

      Hapus
  2. Mas Dika iki emang pancen pongah bhet. Nganti ngelus dodo. Tapi emang bener-bener mencerahkan ngobrol sama doski. Meski Mas Dika tinggal di Jakarta, tapi kapan-kapan kita ke Bandung yuk.

    Oiya, Masdik itu kan bagus-bagus wallpaper bikinannya. Berikutnya bikin ngobrol lagi bertiga bahas kiat-kiat photoshop. Hahahaha. Semua aja diobrolin anjaaay..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha puas pesta congkak!

      Yuk, Bandung. Lulus duluk tapi heu~

      MARI KITA NDISEN! Perang disen lagi hayuk. Nanti aku privat sm Om Dhik. :3

      Hapus
    2. Kalau ngobrolin disen, kayanya gue harus pasang rate deh.

      Hapus
  3. Yoi, kenapa yak? Apa salah jika perempuan lebih pintar? Haha. Kayaknya anggapan ini sudah ada sejak zaman dahulu kala. Hehe.

    BalasHapus
  4. Ucha aka dhika ini emang orangnya asik makanya guee rekomendasikan jadi admin wb dulu sekali..
    Tulisan yang mantap nihh..

    Jadi perempuan emang susah apalagi kalau nggak berpendidikan dan berkatakter..
    Teman diskusi yg menyenanglann

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, Kak Ajen. Jadi perempuan itu susah. Perjuangannya gak selesai-selesai. Mangattt!

      Hapus
  5. Keren blognya, bagi template nya dong kak.

    BalasHapus
  6. bolak balik baca ini, hm. tiwi mengemas ceritanya dengan sangat apik dan manis. aku pun mengenal beliau dan memang seperti itulah beliau, sosok inspiratif. dan, ya. jadi perempuan memang ribet tapi aku sudah lama hidup menjadi apa adanya dan sesuaku dan tidak memusingkan hal-hal lain. waktu hduku akan habis percuma kalau mikir yang ribet-ribet.

    pengin berpikir ala ala feminisme tapi hidupku udah lah begini aja :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Udah boleh geer belom kalo Uni yang bilang begini? :(

      Sejauh yang aku tau, Uni humanis kok muehehe

      Hapus
  7. Aku pun pernah ngerasain dicecar dengan "lo jangan terlalu pinter. Ntar laki minder" nah aku padahal merasa biasa saja. Aku pikir sih perkara jodoh udah diatur dan bukankah bisa merupakan suatu tantangan buat lelaki kalau pasangannya pintar? Ya nggak sih? Hehe.

    BalasHapus
  8. Hihi.. baca tulisan tiwi lalu bilang hmm hmm iya sih.. hmm begitu ya.

    Baru mengenal om dhika dan ketemu skali dan gambarannya ya seperti yg tiwi tulis... dan membaca tulisan2 om dhika di blognya memang kerasa sih bagaimana pemikirannya dalam memandang perempuan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Modern dan suka romantis-romantis kampret gitu, kan, ya? Hwahaha.

      Hapus
  9. Saya setuju wi, soal faktor ibu yg jadi faktor dalam cerdasnya seroang anak. Genetika seorang ibu biasanya menurun kepada anaknya, seperti jg soal kepintaran dan kecerdasannya akan menurun kpd ibu, bukankah ada istilah "bahasa ibu" bukan "bahasa bapak"? Hal ini disebabkan urusan domestik mengurusi anak itu lebih banyak dilakukan oleh seorang ibu, jadi ya wajar saja jika cerdas atau tidaknya seorang ibu akan mempengaruhi perkembangan kecerdasan anaknya...

    Ibaratnya gini, ibu itu orang pertama yg dikenal seorang anak selain bapaknya, namun dalam urusan domestiknya, seorang ibu lebih besar pengaruhnya ketimbang ayah, karena dia mengandung 9 bln, menyusui, memandikan, menimang2,melatihnya bicara, memberinya Kasih sayang, bukankah ada lagu Kasih sayang ibu itu sepanjang masa, atau surga berada di telapak kaki ibu, ya itu karena seorang ibu sangat penting pengaruhnya bagi kehidupan seorang anak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dua-duanya penting, baik ibu maupun bapak. Gak ada bapak, gak ada anak, gak bisa jadi ibu. Nah wakakakak. Aku ngomongin dari segi biologisnya aja itu.

      Hapus
  10. Ya sangat bersyukur ya jika mendapat istri yg memiliki kecerdasan, hal ini akan berpengaruh dalam bagiamana dia akan membesarkan anaknya nanti :)))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, segeralah menikah dengan perempuan yang cerdas. :))

      Hapus
  11. Ini ada konspirasi apa nih hehehehe. Memang sosok inspirator yang bisa jadi acuan. Keren mas. Semoga terus jadi baik dan menyenar hal positif

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahaha bukan, bukan konspirasi kok. Memang Om Dhik tampak menonjol dengan pemikirannya.

      Hapus
  12. Wuih...Om Ucha pernah selingkuh. Seruw seruw nih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Zaman baheula itu, udah disadarkan oleh kebaikan Mbak Iki. Muehehe.

      Hapus
  13. wiw pernah selingkuh nih seru tuh kayanya kalo jago selingkuh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya tau kamu malas blogwalking dan baca sampai habis.

      Hapus
  14. Angkat topi untuk Mas Dhika, Mas Ilham dan Mba Tiwi....

    Perempuan dan Laki Laki akan selalu mendapatkan tempat dan peranan masing masing.dan itu unique.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, udah ada porsinya sendiri-sendiri kok. Jadi, jangan saling membatasi.

      Hapus
  15. Jadi "Om" Dhika itu seperti ini ya.... hmmm blom pernah ketemu sama Mas Dhika, tapi memang selalu mengagumi tulisannya yang romantis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu kenapa pake kutip, Mbak? WAKAKAKAKAK.
      Kalo ketemu mah Om Dhik kayak ABG gayanya :p

      Hapus
  16. Oh, jadi dulu playboy, hem....
    Emang ya selalu ada anggapan perempuan jgn terlalu pinter, bla bla bla. Kudu liat dr sudut pandang lain biar sama2 menghargai

    BalasHapus
  17. Perempuan pintar itu tak lain utk anak2nya bkn membodohi suaminya. Salut dg pasangan ini

    BalasHapus
  18. Semakin pintar cewe malah semakin aku Suka... :)

    BalasHapus
  19. Huo huooo

    Keren sih mau sharing yah.
    Padahal ini masuk urusan rumah tangga lho sampe bilang pernah selingkuh wkwkw

    Tapi emang dari segala kejadian, pasti ada yang bisa di ambil hikmahnya

    Btw.. istrinya om dhika cantik..
    udh gitu.. bintang kelas yah?
    Keren :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masa lalu, kan habis itu tobat ehehehe.

      Iya, baik pula. Idaman!

      Hapus
  20. apa sudah habis tokoh masyarakat yang lebih gimana gitu sehingga membahas tokoh #PojokWB


    pissss

    BalasHapus

Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer