Aktivitas memasak sehari-hari yang kulakukan tidak pernah lepas dari pemanfaatan minyak goreng. Mulai untuk menggoreng hidangan utama hingga membuat sejumlah menu kudapan pasti sangat bergantung pada produk itu. Namun, di balik keasyikan mengolah makanan tersebut, ada hal yang terus menggangguku, yaitu pemanfaatan minyak jelantah atau sisa.
Akan sangat disayangkan jika setelah tidak dipakai lagi, minyak jelantah dibuang secara serampangan. Terkadang aku masih memakainya lagi, sih, tapi lambat laun kualitasnya memburuk dan tidak efektif untuk menggoreng lagi. Jika sudah begitu apa yang harus kita lakukan? Buang? Buang ke mana?
Taukah kamu jika minyak jelantah sebenarnya bisa dipakai sebagai bahan bakar nabati (biofuel) untuk Kapal Laut dan Kapal Penangkap Iklan. Makanya di sejumlah kampung-kampung mulai membuat kegiatan pengumpulan limbah rumah tangga sebagai bahan baku non-fosil. Gerakan semacam ini penting sebagai upaya menuju transisi energi yang lebih ramah lingkungan.
Kenapa Perlu Melakukan Transisi Energi?
Seperti yang bisa kita rasakan bersama jika dunia tempat kita tinggal semakin hari semakin mengkhawatirkan. Cuaca tak menentu, kualitas udara buruk, hingga banjir yang datang dengan cepat merupakan alarm bahwa krisis iklim telah terjadi dan makin mengkhawatirkan. Salah satu pemicunya adalah timbulnya efek gas rumah kaca yang menyelimuti atmosfer bumi.
Gas Rumah Kaca dapat menyebabkan tiga hal:
- Naiknya kumpulan polusi yang menyelimuti atmosfer bumi.
- Perlahan suhu permukaan bumi meningkat dan membuat perubahan cuaca secara luas dalam jangka waktu yang panjang.
- Perubahan iklim menyebabkan terjadinya bencana lingkungan
Oleh karena itu, transisi energi diperlukan untuk mengurangi selimut polutan yang berasal dari efek gas rumah kaca yang telah menyelimuti atmosfer bumi untuk mencegah timbulnya bencana lingkungan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mencatat bahwa efek gas rumah kaca yang paling sering memicu bencana ada di Indonesia, Ada berbagai macam yang bisa menandakannya, seperti cuaca ekstrem, kebakaran hutan, banjir bandang, hingga tanah longsor. Deretan masalah ini bisa kita hindari kalau mau menerapkan transisi energi.
Langkah Kecil yang Nyata
Sebuah hal yang wajar jika sebagai penduduk biasa mempertanyakan sumbangsih nyata apa yang bisa dilakukan untuk ikut mendukung transisi energi. Sebab jika dilihat dari cakupan masalah yang besar, maka mau tak mau yang paling berpengaruh terhadap realisasi transisi energi ini adalah pemangku kebijakan negara.
Tapi jangan khawatir, di level mikro pun kita juga dapat bertindak meski hanya menjangkau perubahan kecil. Seperti cerita di awal tulisan ini, Kita bisa mulai dengan menyalurkan minyak jelantah ke tempat yang tepat. Jangan biarkan minyak jelantah tersebut terbuang percuma begitu saja. Selagi masih bisa dimanfaatkan, maka manfaatkanlah.
Selain itu, tentu saja penting untuk mengubah kebiasaan menyalakan listrik yang tak perlu. Terus mulai mengurangi menggunakan transportasi pribadi, terlebih untuk aktivitas yang sebenarnya bisa ditempuh dengan jalan kaki. Tapi kalau mau lebih effort lagi, maka pasanglah panel surya sebagai sumber energi di rumah. Dengan begitu kamu telah membantu mengurangi aktivitas pertambangan sekaligus menciptakan habit baru yang ramah dengan lingkungan.
Nah, bagaimana dengan ceritaku hari ini? Kuharap kita bisa sama-sama berkontribusi dalam terciptanya transisi energi untuk mewujudkan bumi yang bebas dari ancaman kerusakan di masa yang akan datang. Menurutmu apakah transisi energi ini penting? Coba bagikan pendapat kamu di kolom komentar.