“Kalau udah lulus kuliah, kamu mau kerja apa?”
Yep, enggap jarang aku—ataupun mungkin juga kalian—mendapatkan pertanyaan demikian. Ada yang bertanya karena memang peduli, ada pulang yang melempar pertanyaan hanya untuk sekadar basa-basi.
“Aku mau jadi bloger aja, ah.”
Jawaban yang kemudian membuat banyak darinya terheran-heran, bahkan tertawa. Memangnya kenapa?
Dunia digital sekarang ini sudah maju semakin pesat. Hal tersebut tentu saja membawa banyak peluang lain yang mungkin disadari dan mungkin juga tidak. Ada banyak lapangan pekerjaan baru yang bisa jadi dulunya tidak pernah terpikirkan sama sekali. Salah satunya, ya, menjadi narablog seperti yang aku jalani saat ini.
Banyak perusahaan besar yang pada kenyataannya memilih untuk menggunakan jasa bloger untuk mengiklankan produk mereka secara halus dengan sentuhan personal. Nah, efek personal itulah yang kemudian diharapkan bisa membangun kepercayaan lebih luas di masyarakat untuk meningkatkan nilai jual.
Semakin ke sini, ternyata peluang tersebut semakin terendus oleh mereka yang memang menamakan diri sebagai masyarakat urban melek digital. Bloggers bermunculan di mana-mana dengan jumlah yang luar biasa. Berbagai niche disematkan sebagai branding dirinya untuk memperkuat kepercayaan di hati brand maupun masyarakat.
Namun, dari apa yang aku lihat di keseharian, banyak juga dari mereka yang menggunakan label “lifestyle blogger” sebagai jawaban untuk kumpulan tulisan mereka yang tidak bertema khusus di dalam blognya.Ya, dengan alasan jangkauannya yang lebih luas,padahal mah biar bisa ambil job apa saja ehehehe.
Yep, enggap jarang aku—ataupun mungkin juga kalian—mendapatkan pertanyaan demikian. Ada yang bertanya karena memang peduli, ada pulang yang melempar pertanyaan hanya untuk sekadar basa-basi.
“Aku mau jadi bloger aja, ah.”
Jawaban yang kemudian membuat banyak darinya terheran-heran, bahkan tertawa. Memangnya kenapa?
Dunia digital sekarang ini sudah maju semakin pesat. Hal tersebut tentu saja membawa banyak peluang lain yang mungkin disadari dan mungkin juga tidak. Ada banyak lapangan pekerjaan baru yang bisa jadi dulunya tidak pernah terpikirkan sama sekali. Salah satunya, ya, menjadi narablog seperti yang aku jalani saat ini.
Banyak perusahaan besar yang pada kenyataannya memilih untuk menggunakan jasa bloger untuk mengiklankan produk mereka secara halus dengan sentuhan personal. Nah, efek personal itulah yang kemudian diharapkan bisa membangun kepercayaan lebih luas di masyarakat untuk meningkatkan nilai jual.
Semakin ke sini, ternyata peluang tersebut semakin terendus oleh mereka yang memang menamakan diri sebagai masyarakat urban melek digital. Bloggers bermunculan di mana-mana dengan jumlah yang luar biasa. Berbagai niche disematkan sebagai branding dirinya untuk memperkuat kepercayaan di hati brand maupun masyarakat.
Namun, dari apa yang aku lihat di keseharian, banyak juga dari mereka yang menggunakan label “lifestyle blogger” sebagai jawaban untuk kumpulan tulisan mereka yang tidak bertema khusus di dalam blognya.Ya, dengan alasan jangkauannya yang lebih luas,
Hal tersebut juga menjadi pekerjaan rumah untukku pribadi. Bagaimana agar “lifestyle blogger” bukan hanya sekadar opsi terakhir alih-alih mengerucutkan tulisan dalam satu tema saja?
Bicara tentang gaya hidup memang tidak akan ada habisnya, ada saja yang bisa dijadikan bahan. Namun, aku pribadi mulai memilih gaya hidup seperti apa yang sebenarnya ingin aku bahas di dalam tulisan. Beberapa yang aku pasti hindari adalah bahasan mengenai agama, politik, dan beauty.
Aku mulai membuat label-label baru seperti techno, travel, social media, dan finance karena ternyata tulisanku mengenai empat bidang itu cukup banyak juga. Tentu saja, aku tetap mempertahankan tulisan-tulisan sebelumnya yang menyangkut dunia sastra dan hiburan seperti buku, film, dan musik.
Namun, sebutan “lifestyle blogger” ternyata enggak hanya mempengaruhi apa yang ada di dalam blog ini, tapi juga aku secara pribadi. Utamanya jelas lewat tampilan, sih. Karena, buatku, bagaimana kita terlihat di hadapan orang lain adalah yang akan merepresentasikan keseluruhan dari kita. Ya, jadilah aku suka ribet sendiri sama printilan gaya hidup demi menunjang tampilan yang simple tapi tetap elegan.
Gimana? Tampilanku dari ujung kaki sampai ujung rambut ditambah Acer Swift 5 dan Mini Clubman ini sudah tampak asyik sekali, kan?
Memang, ya, kolaborasi sempurna antara Acer x MINI Maxindo ini benar-benar mendukung gaya hidup premium masyarakat urban. Kenapa aku bisa bilang kolaborasi sempurna?
Kalau alasan personalnya, sih, karena sejak kenal rangkaian produk Acer Thin and Light rasanya udah jatuh hati dan ingin memiliki. Sementara, MINI Maxindo punya mobil-mobil yang menggemaskan sekali sampai jadi idaman pandir satu ini. Kalau keduanya digabungkan dalam satu gaya, jelas saja enggak ada lawan! Ahaha itu alasan personalnya.
Mereka juga pakai kolaborasi Acer dan MINI Maxindo, lho! |
Nah kalau alasan yang jauh lebih logis yang aku dapat saat menghadiri acara kolaborasi mereka di MINI Maxindo Jakarta beberapa waktu lalu, karena rangkaian laptop premium Thin and Light (Swift, Switch, Spin) dari Acer dan jajaran mobil berkelas dari MINI (Clubman, Countryman, Cabrio) menjadi pilihan tepat yang fungsional dan elegan bagi mereka yang modern. Terlebih lagi, Acer memiliki lineup produk Thin and Light terdepan di dunia; mulai dari laptop tertipis di dunia (Swift 7) dan laptop teringan di dunia (Swift 5).
“Kolaborasi kami dengan MINI Maxindo ini didasarkan pada kesamaan target audience. Produk tipis dan ringan kami yaitu Swift, Switch, dan Spin, serta lineup mobil berkelas dari MINI keduanya menyasar masyarakat urban yang menikmati kebebasan, individualitas, dan gaya hidup premium dan kontemporer,” ujar Suryadi Hiumanbrata selaku Product Manager Acer Indonesia.
Kolaborasi tersebut merupakan kesempatan yang sangat baik untuk memperluas jangkauan pelanggan masing-masing, terutama dari kaum urban. Memang, di zaman ini bukan waktunya lagi untuk saling bersaing. Tapi bagaimana kita bisa melihat apa yang lebih dari pihak lain dan melakukan kerjasama sebagai bentuk kolaborasi. Well, bagiku, #AcerxMiniMaxindo melakukan hal yang sangat tepat di bagian ini.
Aku kasih beberapa perpaduan kolaborasi yang apik dari Acer Indoensia dan MINI Maxindo yang sangat memungkinkan kamu untuk eksplorasi gaya hidup yang lebih menawan dan #PassionToWin, nih:
Swifty Beautiful
Untuk kamu dengan personality yang elegan dan mature seperti gayaku di atas tadi, Acer Swift series yang dipadukan dengan Mini Clubman adalah kompinasi yang bisa kamu pilih. Sebab, laprop Acer Swift yang tipis, elegan, dan sleek memungkinkannya dibawa ke mana pun dan MINI Clubman yang melambangkan perpaduan gaya dan fungsi sangat cocok menemani produktivitas sehari-hari.
Dari jejeran laptop Acer Swift Series, Acer memimpin laptop kategori tertipis di dunia lewat Acer Swift 7 dengan ukurannya yang kurang dari satu sentimeter (8.98 mm). Selain itu, dari Swift juga Acer menjawab kebutuhan pengguna akan sebuah laptop ringan dengan menghadirkan Acer Swift 5 yang kurang dari satu kilogram (970 gram).
Spin Your Lifestyle
Kalau kamu adalah pribadi yang fleksibel, practical, and adventurous, Acer Spin series dan MINI Countryman adalah pilihan idela untuk memenuhi dorongan diri akan petualangan dan eksplorasi cerita-cerita baru. Acer Spin series yang convertible dipadukan dengan MINI Countryman yang powerful mengantar penggunanya berkelana menjelajahi alam maupun kota untuk menyempurnakan aktivitas mereka.
Oh iya, hal yang paling menarik bagiku dari Acer Spin series ini adalah memungkinkannya untuk digunakan dalam empat mode: laptop, tablet, tent, dan sharing demi membantu kamu agar tetap aktif dan produktif dalam segala situasi.
Switch Your Style Anytime
Nah, buat kamu yang memiliki jiwa trendy dan attractive, Acer Switch series dan Mini Cabrio adalah representasi yang pas. Acer Switch series yang detachable dan dapat diubah ke dalam berbagai mode penggunaan cocok digunakan saat bepergian dan bekerja pada berbagai situasi dengan nyaman. Ditemani oleh MINI Cabrio yang praktis dan fleksibel dengan fitur open-roof untuk gaya hidup yang dinamis di mana saja.
Acer Switch series ini merupakan laptop premium yang dapat dilepas (detachable) antara screen dan keyboard-nya. Jadi, kamu bisa menggunakannya kapan saja sebagai tablet sesuai kebutuhan dan keinginan. Laptop ini hadir dengan desain compact dan slim dengan pilihan warna yang sangat aku suka: silver dan hitam. Kesan klasik dan elegannya sangat terasa uwuwuw.
Katanya, belum bisa dibilang jago main gitar kalau tangannya belum kapalan. Percaya?
Aku, sih, percaya aja awalnya. Apalagi, aku memulai perkenalanku dengan gitar lewat gitar akustik bersenar string. Iya, dulu belum tau sama sekali kalau ada gitar dengan senar nilon yang lebih bersahabat untuk pemula. Jadilah ujung-ujung jariku yang digunakan untuk menekan kunci-kunci gitar itu menjadi kapalan.
Apaan, sih, kapalan?
Kapalan merupakan sebuah kondisi di mana bagian kulit tubuh kita menebal. Biasanya, bisa terjadi di bagian yang seringkali mengalami tekanan. Walaupun terasa menebal, kasar, dan kurang sensitif, tapi jarang terasa nyeri kok.
Namun, tetap aja kucari cara menghilangkan kapalan setelah bermain gitar. Ya masa udah keren bisa nyanyi sambil main gitar, terus pas salaman sama orang tangannya kasar? Malu ehehe.
Kusempat tanya-tanya juga sama yang ngajarin main gitar supaya tanganku kembali mulus seperti sedia kala dengan tetap asyik bermain gitar. Bukan jawaban yang didapat, malah diketawain. Kan kesal. Katanya, biar sah jadi perempuan bergitar. YA GAK GITU JUGA, BOSQUE!
Well, ya, akhirnya setelah kucari tau sendiri, bertemulah aku dengan Callusol. Obat salep solusi 3 in 1 yang berkhasiat untuk mengatasi masalah kulit seperti kapalan, kutil, dan mata ikan ini merupakan brand nomor satu untuk menuntaskan masalah kulit tersebut. Senanglah udah bisa tau cara menghilangkan kapalan yang tepat.
Cara penggunaan Callusol juga terbilang cukup mudah, lho. Apalagi dengan adanya kuas di tutup botolnya yang sangat membantu untuk pengolesan.
· Oleskan Callusol pada bagian kulit yang bermasalah (kapalan, kutil, atau mata ikan). Dengan kuas yang ada di tutup kemasannya, pengaplikasian obat salep ini jadi lebih gampang tanpa harus repot cari aplikator supaya tangan kita enggak kotor.
· Tutup bagian kulit bermasalah yang sudah dioles Callusol tadi dengan kain kasa atau plester.
· Setelah didiamkan beberapa saat, buka kembali penutupnya dan bersihkan dengan air hangat di malam hari.
· Ulangi terus sampai kulit yang bermasalah menghilang.
Kenapa harus Callusol sebagai cara menghilangkan kapalan yang kupilih?
Alasan yang pertama, seperti yang telah aku singgung sebelumnya, bahwa Callusol merupakan brand nomor satu yang sudah dipercaya untuk mengatasi masalah kulit seperti kapalan, kutil, dan mata ikan. Karena aku adalah orang yang cukup percaya dengan review pasar, ya enggak salah dong kalau aku menambatkan hati pada obat salep ini?
Kedua, karena pamornya yang sudah tidak bisa diragukan dan dipercaya oleh masyarakat, produk ini pun mudah untuk ditemukan. Ya, aku kan suka malas ribet nyari ke sana kemari, ya.
Ketiga, kemasannya berupa botol kaca yang lebih aman.
Keempat, komposisinya terdiri dari polidocanol, asam laktat, dan asam salisilat yang merupakan zat untuk penipis kulit.
Kelima, paling penting nih, Gengs. Harganya terjangkau! Untuk kemasan botol 10 ml hanya Rp30.000 rupiah aja. Dengan jumlah yang minim, obat salep canggih ini bisa dengan cepat mengatasi masalah kulit kapalan, kutil, dan mata ikan yang kita punya.
Nah, jadi sekarang kusudah bisa bermain gitar dengan tenang karena didampingi Callusol. Enggak usah ribet nyari cara menghilangkan kapalan ke mana-mana lagi, deh. Jadi buat kamu-kamu yang lagi senang-senangnya belajar main gitar, enggak usah khawatir kalau tangan kamu kapalan, ya. Karena Callusol sudah membuktikan kinerjanya mengembalikan kemulusan kulitku. Tsaah!
Tabik!
Pertiwi
Aku selalu percaya, bahwa menulis bisa membawaku ke mana-mana. Keberadaan kakiku di langkah yang sedang kupijak sekarang adalah bagian kecil daripadanya. Kesukaanku menulis membuatku benar-benar percaya, bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia. Selama kita mau menjalaninya.
Sejujurnya, aku adalah seorang yang begitu malas. Segala bentuk keribetan dunia yang ada di depan mata, sebisa mungkin, aku hindari sejauh-jauhnya. Jadi, ya, enggak heran kan kalau kuliahku sampai saat ini belum selesai juga? Hahaha.
Aku memang tidak pandai untuk menghemat waktu kuliah, tapi kurasa aku cukup mahir menekan agar pengeluaranku tidak membludak. Namun, urusan finansial ternyata jauh lebih kompleks daripada sekadar menghemat uang yang sedang dipegang. Kembali, menulis membuatku lebih sadar dan peduli untuk urusan finansial.
Keberadaanku di sebuah perusahaan finansial sebagai penulis paruh waktu membuatku jauh lebih tau apa yang harus aku lakukan dengan sedikit uang yang aku genggam. Terlebih, dunia financial technology yang mulai merambah luas membuatnya jauh lebih mudah. Namun, perkembangan fintech ini sebenarnya menguntungkan atau malah merugikan, ya?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, rasanya kita perlu tau terlebih dahulu mengenai jenis-jenis bisnis di dalam dunia financial technology. Namun, aku akan menuliskan apa yang pernah aku alami lakukan saja. Jadi mungkin belum sanggup merangkum semua jenisnya.
Investasi
Bagi kamu, seberapa pentingnya masa depan? Menginjak apa yang orang sebut dengan quarter life, aku mulai banyak sekali memikirkan cara-cara yang mungkin bisa aku gunakan untuk lebih menjamin hidupku di masa yang akan datang. Hal pertama yang terlintas adalah investasi.
Berkat sedikit banyak pengetahuan yang aku dapatkan semasa menjadi penulis paruh waktu di perusahaan finansial seperti yang telah aku sebutkan tadi, aku memilih untuk memulai pengalaman investasiku dengan reksadana dan tabungan emas.
Ada banyak kok jenis investasi lainnya, tapi kupilih dua itu karena disebut-sebut paling mudah untuk pemula. Menyenangkannya, kini kita sangat dimungkinkan untuk berinvestasi dengan cara yang lebih gampang. Ya, apalagi kalau bukan dengan bantuan dunia digital?
Pembayaran
Yang ini jadi favoritku untuk kugunakan sehari-hari di ibukota, sih. Kalau kamu adalah seseorang yang seringkali melakukan transaksi dengan menggunakan uang elektronik/digital, berarti kamu pun sudah tidak asing dengan jenis fintech yang satu ini.
Yap, karena sejatinya budaya cashless mulai menjaring masyarakat untuk mengubah kebiasaannya. Apalagi, ada berbagai macam bentuk uang elektronik yang tersedia. Mulai dari kartu debit, kartu kredit, dan produk-produk fintech lainnya yang bisa dengan mudah didapat dan digunakan.
Peminjaman uang (peer to peer lending)
Well, untung poin satu ini, aku belum lama ini baru saja mencobanya. Dan, rasanya sungguh menyenangkan dan menguntungkan, tentu saja. Aku memosisikan diri sebagai pemodal, tapi kita juga dimungkinkan untuk meminjam dana jika membutuhkan dengan adanya jenis financial technology yang satu ini. Kalau kamu penasaran bagaimana kerjanya, kamu bisa mulai cari tau lewat dua start up yang aku rekomendasikan, yaitu: KreditCepat dan CashWagon.
Nah, dari sedikit yang aku tau ini, bisa enggak sih kita simpulkan jawaban dari pertanyaan yang sudah dilempar di awal?
Oke, mari kita mulai untuk bedah manfaat terlebih dahulu ya.
Perencanaan investasi menjadi lebih teratur
Beberapa medium yang memungkinkan kita untuk melakukan investasi online sekarang bukan sekadar menjadi wadah kita untuk itu, lho. Mereka juga menyediakan banyak sekali pengetahuan dan bimbingan untuk kita yang masih pemula.
Enggak usah terlalu khawatir akan salah langkah, sebab sudah ada ahlinya yang akan menuntun agar investasi yang kita tanam bisa berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan.
Kemudahan pembayaran
Jujur, ya, aku tuh orangnya sangat berantakan. Naruh uang aja bisa tercecer di mana-mana. Enggak hilang, memang. Apalagi lenyap dibelanjakan, enggak banget. Hanya seringkali terselip entah di mana. Kalau butuh, enggak ada. Giliran enggak butuh, muncul tiba-tiba. Ajaib, memang.
Sekarang, aku enggak seribet dulu lagi kalau mau bayar ini itu yang kubeli. Sebab, uang-uangku sudah aman di dalam berbagai kartu. Enggak mudah tercecer juga karena bentuknya yang lucu-lucu membuatku senang mengoleksi dan mengumpulkannya dalam satu wadah kartu yang selalu ada di mana pun dan kapan pun keberadaanku.
Penghematan
Bagiku pribadi, terasa betul bagaimana budaya cashless membuatku semakin irit dalam membelanjakan uang yang aku punya. Menjadikanku cukup malas memegang uang dalam bentuk fisik, sehingga mendorongku untuk menekan keinginan beli ini-itu.
Iya, soalnya rumahnya masih di kampung. Jajanan yang dekat adanya warung. Alhamdulillah belum ada mesin EDC di warung dekat rumahku. Ehehe.
Pinjam uang menjadi lebih mudah
Urusan finansial memang menjadi momok yang enggak ada habis-habisnya di dalam masyarakat. Dan, fintech membawa angina segar di tengah kegersangannya. Kalau perlu uang cepat, tapi malu sama saudara atau tetangga kalau pinjam, ini bisa jadi solusi yang sangat apik.
Enggak usah membayangkan banyaknya berkas yang harus kamu kumpulkan sebagai syarat peminjaman, proses yang harus kamu lakukan terbilang mudah dan cepat. Setelahnya, dana bisa segera dicairkan secara kilat. Enggak percaya? Coba aja mampir ke KreditCepat dan CashWagon untuk tau detailnya.
Dunia financial technology memang enggak hanya membawa hal positif. Seperti yang kita tau, ya, keseimbangan alam itu selalu ada. Ada baik , ya pasti buruk pun mengikutinya.
Persaingan dengan perbankan
Enggak heran kalau hadir dan meluasnya fintech ini bisa menjadi ancaman yang cukup membahayakan bagi perbankan. Sebab, bisa kita bandingkan, prosesnya lebih cepat dan mudah. Semisal kita sedang membutuhkan biaya mendesak, fintech bisa menyediakannya tanpa perlu banyak berkas yang harus disiapkan seperti proses peminjaman di bank.
Banyaknya start up fintech illegal
Kepercayaan masyarakat yang mulai tumbuh pada dunia financial technology ini ternyata membawa tangan-tangan nakal untuk mengambil keuntungan secara semena-mena. Pokoknya, kalau kamu ingin menggunakan jasa fintech yang terpercaya, periksa lagi apakah sudah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atau belum, ya.
Simpulannya, kembali ke pertangaan semula ya, perkembangan fintech ini sebenarnya menguntungkan atau malah merugikan, ya?
Well, jelas tergantung penggunanya. Enggak hanya dunia yang boleh bergerak semakin maju. Enggak hanya keadaan yang bisa berkembang sedemikian cepat. Namun, pikiran kita juga harus bisa melesat mendahului apa yang ada di sekelilingnya.
Tabik!
Pertiwi