Saya ingat, olah fisik paling berat yang terakhir saya lakukan adalah ketika diajak ke Puncak, Bogor tanpa persiapan yang matang. Saya yang sejatinya memiliki gangguan pada pernapasan jelas merasa kelelahan. Oksigen rasanya lenyap begitu saja peredarannya. Untungnya, saya didampingi beberapa teman yang begitu sabar hingga saya berhasil sampai ke puncak.

Saya sadar, saya harus memperbaiki kinerja fisik saya perlahan-lahan. Maka sejak beberapa bulan silam, saya dan Ilham punya rencana untuk lari pagi sekalian menghirup udara segar. Namun, karena banyaknya kesibukan dan banyak pula alasan, hal itu belum juga kesampaian. Untung saja, ada kesempatan untuk datang ke event Allianz Sweat Challenge dan mendengarkan langsung petuah-petuah dari ahlinya.

Sabtu, 10 Maret 2018 lalu, saya dan beberapa narablog lain mendapatkan ilmu yang luar biasa dari Paulus Pasurnay—pelatih SEA Games 2017 di Kuala Lumpur—di Allianz Ecopark yang berada di kawasan Ancol, Jakarta Utara.

Pada tahun pertama kemitraan hak penamaan Ecopark Ancol menjadi Allianz Ecopark yang berlangsung selama lima tahun ini, Allianz ingin menawarkan Allianz Ecopark sebagai wadah bagi mereka yang ingin memulai hidup sehat dan ingin menghabiskan waktu yang berkualitas dengan keluarga. Ada kegiatan regular yang diadakan pada minggu kedua dan minggu keempat pada setiap bulannya, ada pula program tematik setiap dua bulan yang berhubungan dengan olahraga, kesehatan, budaya, konser, atau pertunjukan.


Hadirnya Allianz Ecopark yang merupakan perwujudan nyata dari komitmen Allianz sebagai perusahaan asuransi jiwa terbaik dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat ini saya rasa cukup berhasil diaplikasikan. Pengunjung dapat melakukan beragam altivitas dengan nilai-nilai edukasi dan hiburan melalui pendekatan green lifestyle di taman dengan luas total mencapai 34 hektar tersebut. Allianz Ecopark terbagi menjadi beberapa kawasan dengan fungsi dan fasilitas berbeda, yaitu Eco Nature, Eco Art, Eco Care, Eco Market, Taman Fitness, dan Learning Farm.

Sedangkan, Allianz Sweat Challenge itu sendiri merupakan acara yang dipersembahkan oleh Allianz untuk mengajak masyarakat agar dapat sehat bersama. Sejalan dengan niatnya sebagai sebuah “persembahan”, acara yang rutin dilakukan setiap dua minggu sekali ini tidak dipungut biaya untuk siapa pun yang ingin mengikutinya.

Pada setiap penyelenggaraannya, ada tema yang berbeda-beda. Nah, kebetulan saat saya dan teman-teman narablog datang itu temanya adalah “workshop beginner runner and running exercise”. Paulus Pasurnay, atau yang akrab disapa dengan Opa Paul—memberikan penjelasan dengan detail perihal kinerja tubuh dan latihan-latihan yang baik untuk tubuh manusia sebelum melakukan pemanasan dan running exercise-nya.


Dari workshop dengan Opa Paul itu saya mengetahui banyak hal. Termasuk soal jam-jam paling baik untuk kita melakukan latihan. Salah satu waktu terbaik untuk work out adalah pukul 14.00-18.00. Selanjutnya, pukul 19.00-22.00 adalah siklus menikmati hidup, bisa diisi dengan bersantai bersama keluarga, menonton TV, dan lain-lain. Lalu, waktu untuk pemulihan badan akan berlangsung pada pukul 22.00-02.00 ketika tidur.

Baiklah, ternyata pola hidup saya benar-benar kacau. Itu pun belum ditambah dengan makan junk food berlebihan.

Setelah berbincang-bincang dan mendapatkan pengetahuan yang cukup banyak dari Opa Paul soal teori latihan yang baik, Opa Paul mengajak kami untuk pemanasan dan latihan kecil. Baru bolak-balik berapa kali, saya sudah kelelahan, sehingga tidak ikut lari mengelilingi danau dengan yang lainnya.

Set your goals memang penting. Demikian yang disampaikan oleh Opa Paul agar kita terus berproses dalam mencapai apa yang ingin diraih. Perlahan, tapi pasti.


Malu, sih, umur masih jauh lebih muda, tapi ketahanan fisik kalah jauh sama seorang opa. Hhh. Kalau kamu mau ikut work out bersama-sama ahlinya kayak gitu juga, kamu bisa lihat jadwalnya di http://www.allianz.co.id/sweatchallenge dan daftarkan diri segera! Tanggal 24 Maret 2018 nanti ada lagi, lho. Ketemu di sana, yuk!

Credit: Mas Ono

Jika saya memiliki daftar untuk mereka yang tidak pernah berkhianat, maka musik pasti ada di dalamnya. Bagi saya, lagu-lagu yang selalu menemani saya adalah wacana paling indah yang dimelodikan dengan berbagai nada. Sebelumnya, terima kasih sudah selalu menemani pada setiap keadaan.

Bangun tidur dalam keadaan kepala yang begitu berat bukanlah hal yang menyenangkan. Namun, mengingat bahwa hari itu—9 Maret 2018—saya harus menghadiri peringatan Hari Musik Nasional bersama Detik.com dalam d’Hot Music Day 2018, saya jadi kembali bersemangat. Bahkan, mandi pagi yang biasanya merupakan ritual yang saya hindari pun saya lakukan dengan senang.

Sejak pukul 09.30 pagi, saya dan beberapa socmed agent lain telah sampai di venue acara yang berada di ground floor Kuningan City Mall, Jakarta.

Konser musik ini menghadirkan 25 musisi Indonesia yang, sejujurnya, banyak sekali nama-nama yang baru saya tahu ketika membaca daftar pengisi acara. Namun, hal yang lucu kemudian terjadi ketika acara sudah berlangsung. Karena ternyata, sebagian besar dari mereka adalah musisi yang lagu-lagunya selalu saya dengarkan. Setiap hari.

Acara ini dibagi menjadi beberapa sesi yang setiap sesinya diisi empat sampai lima musisi. Di sesi pertama, pagi itu kami disambut dengan permainan akustik dari sebuah band bernama Hi Friday. Kemudian, dilanjutkan dengan tampilan dari Ify Allysa, Angela Vero, dan Yakop Ferdinand.

Ketika membaca nama Ify Allysa di dalam daftar musisi yang hadir, saya sebetulnya berharap lebih bahwa mantan jebolan Idola Cilik angkatan pertama yang bersuara jazzy itu akan membawa serta Gerald Situmorang. Sebab, saya tahu single barunya yang berjudul “Gitar” itu dia nyanyikan dengan petikan gitar dari gitaris andal favorit saya. Ah, tapi ternyata Gerald tidak sedang ada di Jakarta.

Namun saya tidak sebegitu kecewa, sebab suara Ify sejak dahulu selalu saya suka. Sebetulnya saya pun berharap agar bisa melihatnya langsung bernyanyi dengan memainkan piano. Sayangnya, karena keterbatasan waktu yang hanya memungkinkannya menyanyikan tiga lagu saja, ya sudahlah. Semoga akan ada kesempatan yang lainnya.

Angela Vero dan Yakop Ferdinand merupakan nama baru yang saya tahu hari itu. Namun, Yakop bisa begitu menarik perhatian saya dengan lagu pertama yang dinyanyikannya. Mebawakan “Sementara” milik Float merupakan pilihan yang jenius, bagi saya. Sebagai pencinta musik indie, saya langsung girang dan turut serta bernyanyi bersamanya!

Bukan hanya itu, setelah menyanyikan single-nya yang bertajuk “Mendua”, dia juga menyanyikan lagu lama dari Lobow yakni “Kau Cantik Hari Ini” yang menutup penampilannya dengan indah. Seriously, Yakop ini musisi yang cerdas. Sangat tahu bagaimana caranya mengambil perhatian orang-orang yang, mungkin, masih begitu asing dengan namanya. Bagi saya, Yakop sangat berhasil dengan penampilannya.

Sesi kedua, bisa dibilang, adalah favorit saya. Jadi, mau saya bahas semuanya! Diisi oleh Dengarkan Dia, Nadya Fathira, Armand Maulana, dan Vidi Aldiano secara bergantian.

Lagu “Nurlela” aransemen Trio Lestari berhasil dibawakan oleh Dengarkan Dia dengan begitu apik. Ah, ya, saya suka melihat sepasang suami istri—Ayu dan Ditto—di atas panggung. Manis, tapi enggak berlebihan. Jadi, satu temannya yang juga ada di atas panggung enggak kelihatan kasihan-kasihan amat. Eh.

“Bosan itu pasti, tapi kita tak saling pergi…”

Single “Bersenyawa” dan “Teman Tapi Menikah” pun dibawakan dengan menebarkan kebaperan ke seluruh venue acara. Yang begini ini, nih, yang suka bikin pengin nikah segera. Ya, intinya mereka adalah salah satu relationship goals versiku. Kenapa? Karena pasangan yang berkarya bersama itu selalu tampak luar biasa.

Selanjutnya, panggung diisi oleh Nadya Fathira. Penyanyi yang lagunya enggak pernah absen di keseharianku itu pun wujudnya baru kuketahui di d’Hot Music Day 2018 beberapa hari lalu. “Lekas Pulang” adalah salah satu favoritku dari Nadya Fathira. Dan, beruntungnya, hari itu bisa mendengarkan langsung dari penyanyinya. Bahagiaku, sesederhana itu saja.

Siapa, sih, yang enggak tahu Armand Maulana? Vokalis band Gigi yang sudah berkiprah lama di Indonesia ini ternyata membuat solo project sejak beberapa tahun terakhir. Walaupun enggak bisa dibilang sering, tapi aku pun terkadang mendengarkannya. Ada aura yang berbeda, Armand Maulana tampak lebih kalem dalam solo project-nya.

Puncak kemeriahan di sesi kedua ini ada saat panggung dikuasai oleh Vidi. Penyanyi yang saat awal kemunculannya selalu saya mirip-miripkan dengan Joshua Suherman ini begitu berhasil membawa suasana dan mengajak semua yang hadir untuk bernyanyi bersama. Saya baru tahu kalau pembawaan seorang Vidi Aldiano ternyata seasyik itu.

Sesi berikutnya, ada Ardhito Pramono dengan keyboard-nya, Badai Romantic Project, Novita Dewi, dan Volmax.

Sejujurnya, saya agak mempertanyakan kenapa Badai memilih Julian untuk mengisi vokal di Badai Romantic Project. Kalau boleh mengkritik, Badai salah pilih. Sebab, lagu-lagu Badai yang memiliki kedalaman lirik itu tidak pas dinyanyikan oleh Julian. Baik dari segi karakter suara maupun stage act. Aduh, beda sekali dengan Sammy.

Mungkin, saya memang cukup sulit move on dari Kerispatih dan Sammy. Karena bagi saya, lagu-lagu Badai itu begitu lekat, cocok, pas, mantap, nge-blend dengan suara dan penjiwaan seorang Sammy Simorangkir. “Lagu Rindu” yang dinyanyikan oleh Julian dengan versi Badai Romantic Project benar-benar kehilangan rasanya, beda jauh dengan Sammy versi Kerispatih tentunya. Mahapatih patah hati. Duh, sedih saya kalau ingat.

Kalau Badai punya Badai Romantic Project, ternyata personel-personel Ungu Band juga punya side project nih. Enda dan Oncy membentuk sebuah grup baru dengan aliran yang berbeda jauh dengan Ungu. Volmax, namanya. Dengan mengusung musik EDM yang sedang digandrungi oleh jiwa-jiwa muda kekinian, Volmax menutup sesi ketiga tersebut dengan jedag-jedug yang meriah.

Sesi keempat kutebak akan jadi sesi kesukaannya Ilham. Sejak awal yang membuatku begitu excited menginginkan Ilham hadir adalah keberadaan Fade 2 Black sebagai pengisi acara. Okey, jadi sesi ini diisi oleh Rendy Pandugo, Adrian Khalif, dan Fade 2 Black.

Suasana musik di d’Hot Music Day 2018 ini dibangun dengan sangat baik, menurut saya. Dari yang awalnya slow, lama-lama jadi lebih nge-beat dan enak untuk bergoyang.

Rendy Pandugo menarik perhatian dengan kegigihannya belajar bernyanyi. Dia menyatakan bahwa pada awalnya, dia tidak bisa bernyanyi sama sekali, hanya bisa bermain gitar saja. Namun perlahan pelajarannya bernyanyi dimulai dari mengamen dan bernyanyi di kafe-kafe sampai dia bisa tahu, “Oh, begini toh caranya nyanyi.” Belajar dari sebuah proses, contoh nih, Gaes!

Adrian Khalif dengan hiphop-nya dilanjutkan dengan Fade 2 Black dengan rap-nya. Sesi ini benar-benar mengajak penonton untuk mulai rileks dan bergoyang!

Sejak awal Fade 2 Black menampakkan wujudnya, Ilham sudah salah tingkah duluan; nyenggol-nyenggol lalu melotot kesenangan. Pemandangan langka. Sementara saya, yang sejatinya enggak terlalu tertarik dengan rap, ya biasa saja. Sejujurnya, saya baru tahu belakangan kalau Fade 2 Black punya album sendiri. Karena, sejak zaman SMP, saya tahunya mereka featuring dengan Bondan Prakoso.

Album terbaru mereka berjudul “Tabik”. Sama, ya, kayak salam yang hampir selalu saya pakai untuk menutup tulisan di blog ini. Jadi, saya sebetulnya sudah tidak asing lagi. Dari sekitar tiga atau empat lagu yang dibawakan oleh Fade 2 Black, hanya lagu terakhir yang merupakan medley dari beberapa lagu lawasnya yang bisa ikut saya nyanyikan. Namun, pecahnya suasana benar-benar terasa. Meriah!

Sesi terakhir, diisi oleh NonaRia, The Overtunes, Virzha, Mulan Jameela, Orkes Moral Pancaran Sinar Petromak, Eka Gustiwana feat. Geng Ojol, Elek Yo Band, Institut Musisi Jalanan, Tanayu, Nev feat. Dea.

Welcome to the club, NonaRia! Saya sudah mengikuti NonaRia di akun Spotify cukup lama ternyata. Mereka menyuguhkan musik indie yang khas dan dengan cara yang menyenangkan. Lirik-lirik yang jenaka, tapi mengandung pesan tersirat. Nah, nah, itu yang membuat saya cinta mati dengan para musisi indie. Mereka selalu bisa mendapatkan cara terbaik untuk mengkritik dengan cantik.

Tiga lagu milik NonaRia—“Sayur Labu”, “Maling Jemuran”, dan “Santai”—seperti menghipnotis kami agar tidak melepas tatapan dari mereka. Dan, penampilannya ditutup dengan “Aksi Kucing” dari White Shoes and The Couples Company. Saya membayangkan, andai saja sang vokalis tidak memegang sner drum, pastinya aksinya akan lebih lincah berloncatan ke sana kemari. Huehehe.

Saya suka ketika melihat banyak dari penonton yang tampak tercengang dan senang dengan apa yang disajikan oleh NonaRia. Semoga musisi indie semakin mendapat tempat di hati masyarakat. Dan, semoga kritikan-kritikan di balik lagu-lagunya bisa lebih didengar dan dimaknai sebagaimana mestinya. Aamiin.

Sebenarnya, sesi malam tersebut bisa dibilang acara puncaknya. Namun, hanya NonaRia dan Orkes Moral Pancaran Sinar Petromak yang sanggup membuat saya tersenyum senang mendengarkan apa yang mereka sajikan.

Orkes Moral Pancaran Sinar Petromak merupakan sebuah grup orkes yang sudah berdiri lebih dari empat puluh tahun. Empat puluh tahun! Itu baru umur grupnya saja, ya, bisa terbayang kan bagaimana penampakan personel-personelnya?

Grup orkes yang penyebutannya disingkat dengan Om PSP ini digawangi oleh beberapa opa enerjik yang tampilannya tentu tidak kalah dengan yang muda-muda. Selayaknya grup orkes pada umumnya, musik yang digelar oleh Om PSP ini begitu ramai di telinga. Untungnya, kepiawaian mereka dalam memegang alatnya masing-masing tidak membuatnya tumpang tindih ketika dibawakan.

Hal yang kemudian saya perhatikan dari Om PSP adalah musik bisa menjadi jawaban jika kita ingin tetap sehat, awet muda, dan ceria.

Saya sempat kaget ketika mengetahui bahwa menteri-menteri negara ini pandai-pandai dalam bermusik. Beberapa kali di beberapa acara yang berbeda, memang, pernah ada beberapa menteri yang naik ke atas panggung untuk bernyanyi. Namun, keberadaan Elek Yo Band sebagai band yang digawangi oleh Pak Budi Karya Sumadi—Menteri Perhubungan—baru saya ketahui di d’Hot Music Day 2018. 

Selain Pak Budi Karya Sumadi, ada beberapa petinggi negara lainnya yang hadir. Termasuk juga di dalamnya Bapak Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno. Dengan pakaian putih-putih, bapak-bapak pejabat ini begitu membaur dengan kami.

Saya rasa, d’Hot Music Day 2018 yang mengusung tema “Musik untuk Semua” ini benar-benar menyuguhkan musik selama belasan jam untuk berbagai kalangan dan membiarkan semua berbaur di dalamnya, baik yang hadir di venue acara maupun yang menonton siaran langsungnya lewat DetikHOT.

Peringatan Hari Musik Nasional kali ini begitu menggembirakan bagi saya sebagai penikmat musik di Indonesia. Harapan saya, sama saja dengan yang sepanjang hari disampaikan oleh para musisi yang hadir di acara. Semoga musik Indonesia lebih bisa menjangkau pasar yang lebih luas, adanya supremasi hukum bagi musisi dan komposer Indonesia, dan tentunya agar kita semua lebih mencintai musik-musik dari musisi Indonesia.

Kepanjangan, ya? Maaf, ya. Sekarang, kamu bisa lihat seberapa cintanya saya dengan musik, kan?

Selamat Hari Musik Nasional!

Tabik!

Pertiwi

Terakhir kali saya berada di atas panggung teater adalah dua tahun lalu, dengan pementasan lakon “Robohnya Surau Kami” yang diadaptasi dari novel seorang sastrawan yang ternama Indonesia, AA Navis.

Kadang, rasanya rindu ada di dalam sebuah pentas dan memerankan tokoh lain yang jauh berbeda dengan diri saya. Olah tubuh, olah vokal, dan olah rasa selalu jadi latihan yang menyenangkan untuk memperkuat pendalaman karakter dari tokoh yang akan dimainkan.

Walaupun belum dapat kesempatan untuk ada di atas panggung lagi, tapi saya masih suka sekali menonton pementasan teater sampai saat ini. Rasanya jelas berbeda dengan menonton bioskop, apalagi menonton dari layar televisi.

Saya senang, walaupun Jakarta terkenal sebagai kota metropolitan, tapi Jakarta masih memiliki sisi kesenian yang begitu sayang untuk dilewatkan. Sebut saja tempat-tempat seperti Salihara, Galeri Indonesia Kaya, dan Taman Ismail Marzuki pastinya. Yang terakhir adalah yang paling sering saya sambangi tempatnya. Mulai dari berbagai pameran, diskusi kesenian, dan pertunjukan-pertunjukan ada di sana.

Saya ingat betul, pertama kali saya menjadi crew sebuah pementasan teater besar yang diadakan di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki. Rasanya begitu menyenangkan walaupun lelahnya tak terlupakan. Masih segar juga dalam ingatan, waktu terakhir saya hadir sebagai penonton sebuah pertunjukan teater yang digelar di Teater Jakarta. Tampak begitu megah hingga membuat saya menitikan air mata.

Teater Jakarta sendiri disebut-sebut setara dengan gedung-gedung pertunjukan yang ada di luar negeri. Dengan kapasitas 1.600 penonton di dalamnya, Teater Jakarta didesain agar seluruh penonton dapat menikmati pertunjukan dengan jelas dan nyaman di bangkunya. 

Dan senangnya, tepat pada 7 Maret 2018 lalu, saya tahu bahwa akan ada pertunjukan yang mencengangkan lainnya di Teater Jakarta! Kebetulan, saya diundang untuk menghadiri press conference dari pertunjukan musikal Mamma Mia! yang akan hadir di Tetaer Jakarta pada 28 Agustus – 9 September 2018 mendatang.

Mamma Mia! merupakan salah satu pertunjukan paling sukses di dunia yang telah tampil selama lebih dari sepuluh tahun di Broadway New York dan West End London. Usut punya usut, hingga kini pertunjukan tersebut telah ditonton oleh lebih dari enam puluh juta orang di seluruh dunia dan dipentaskan melalui enam puluh produksi dalam enam belas bahasa yang berbeda.

Pagelaran ini merupakan pagelaran musikal kelas internasional pertama yang akan diadakan di Teater Jakarta, lho. Dan, tau apa lagi nilai plusnya? Indonesia menjadi negara pertama dari rangkaian tur pertunjukan musikal ini! Wah, bangga!

Pertunjukan musikal Mamma Mia! ini datang bergandengan dengan lagu-lagu favorit dari musisi legendaris ABBA. Dengan total 22 lagu yang akan dimainkan sepanjang pertunjukan, Mamma Mia! dengan musiknya yang ceria dan nuansa Yunani yang cerah itu akan membuat penonton di Indonesia terlarut dalam alunan gembira dalam pementasan yang dibawakan.

Oh ya, omong-omong, ternyata penonton pertunjukan di Indonesia itu terkenal. Ya, terkenal dengan interaksinya yang baik dengan para penampil. Hal ini jelas menimbulkan efek yang sangat positif bagi para penampil yang hadir. Jadi lebih senang dan bersemangat untuk menyajikan yang terbaik yang mereka miliki. Salut!

Mamma Mia! sendiri mengisahkan tentang cinta lintas generasi yang berpusat pada kehidupan sepasang ibu dan anak. Mestinya, sih, ini sudah gak asing lagi. Karena selain ngetop sebagai sebuah pertunjukan musikal yang telah eksis sekian tahun di London dan New York, versi filmnya juga meledak sejak peredarannya di tahun 90-an.

Akan ada total enam belas kali pertunjukan di sepanjang pagelaran yang akan digelar dari 28 Agustus – 9 September 2018 mendatang ini. Mulai dari hari Selasa sampai Minggu, Mamma Mia! akan menghibur kamu dan keluarga di Teater Jakarta. Di akhir pekan, pertunjukan Mamma Mia! akan hadir dua kali.

Selasa – Kamis, pukul 20.00 WIB

Sabtu, pukul 14.30 dan 19.30 WIB

Minggu, pukul 13.00 dan 18.30 WIB

Berapa harga tiketnya, Tiw?

Tiket yang bisa dibeli di www.mamma-mia.com dan di bookmyshow ini harganya beragam, mulai dari Rp850.000 – Rp2.650.000 yang dibagi menjadi empat kelas.

Harga Presale 1

VIP mulai dari Rp1.987.500

Platinum mulai dari Rp1.762.500

Gold mulai dari Rp1.320.000

Silver Rp850.000

Harga tiket normal

VIP Rp2.650.000

Platinum Rp2.350.000

Gold Rp1.650.000

Silver Rp850.000

Kabar baiknya, kalau beli segera di bulan Maret – April ini dengan kartu kredit BCA, bisa dapat potongan harga sampai 25%, lho! Wah, lumayan banget, kan?

Bagi saya, liburan bersama keluarga itu gak perlu jauh-jauh. Contohnya, menonton pertunjukan musikal Mamma Mia! ini bisa jadi opsi yang bagus. Karena, kesehatan dalam kerekatan hubungan antata anak dan orangtua juga butuh asupan vitamin supaya ego tidak menggerus.

Oh iya, terima kasih dulu sama Sorak Gemilang Entertainment (SGE) yang telah menghadirkan pertunjukan musikal keluarga ini di Indonesia, khususnya Jakarta.

Duh, udah gak sabar nih nontonya!

Image source: pexels.com

Bagi kamu yang saat ini berencana akan melakukan pembelian perlengkapan make up seperti kebutuhan Eyeshadow, tentunya kamu haruslah pandai dalam melakukan pemilihannya hal ini sangatlah penting untuk kamu perhatikan dengan sebaik mungkin agar kamu tidak salah dalam melakukan pemilihan pada jenis Eyeshadow yang berkualitas dan terbaik, sedangkan untuk jenis Eyeshadow yang terpercaya dan mampu memberikan hasil yang terbaiknya yaitu Eyeshadow Sariayu yang memang memiliki banyak kelebihan yang tidak perlu diragukan lagi.

Meskipun di pasaran sudah ada banyak sekali jenis, macam dan merk dari Eyeshadow yang ada di pasaran, namun bukan berarti kamu asal dalam melakukan pemilihannya, sedangkan apabila kamu asal dalam melakukan pemilihannya, maka hal ini pun juga akan membahayakan pada diri kamu sendiri, karena diantara banyaknya Eyeshadow yang dijual di pasaran pun juga ada beberapa Eyeshadow palsu, sehingga hal inilah yang menjadikan diri kamu haruslah lebih jeli dalam melakukan pemilihannya agar kamu tidak menemukan Eyeshadow palsu yang mampu membahayakan diri kamu sendiri.

Untuk jenis Eyeshadow yang sudah terpercaya dan untuk hasilnya yang tidak diragukan lagi ini pun hanya Eyeshadow Sariayu yang memang dapat dijadikan sebagai rekomendasi bagi kamu yang saat ini sedang kebingungan dalam mencari Eyeshadow yang terpercaya dan tentunya aman digunakan. Untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan, maka kamu juga dapat untuk mengetahui pada beberapa kelebihan yang dimiliki oleh Sariayu Eyeshadow ini.

Inilah kelebihan yang dimiliki oleh Eyeshadow dari merk Sariayu, yaitu sebagai berikut:

• Tersedia palet dan liquid.

• Kemasan.

• Mudah dibaurkan dan diaplikasikan.

• Memiliki nama yang terkenal.

• Bebas bereksplorasi warna.

• Aman digunakan.

Itulah beberapa kelebihan yang dimiliki oleh Eyeshadow dari Sariayu yang dapat untuk kamu jadikan sebagai bahan perbandingan untuk melakukan pemilihan pada jenis Eyeshadow yang terbaik dan berkualitas dan tentunya aman untuk kamu gunakan pada setiap harinya, karena memang seorang wanita tidak akan terlepas dari yang namanya merias diri menggunakan produk kecantikan seperti Eyeshadow.

Masih ada banyak lagi kelebihan yang dimiliki oleh Eyeshadow Sariayu yang dapat untuk kamu rasakan pada saat kamu sudah menggunakannya. Bahkan untuk mendapatkan Sariayu Eyeshadow ini pun juga sangatlah mudah kamu jumpai di beberapa toko kosmetik disekitar kamu atau bahkan kamu juga dapat melakukan pembeliannya di beberapa toko online yang menyediakan berbagai macam warna dan jenis dari Eyeshadow yang terbaik dan berkualitas seperti Sariayu.