Yang lama tergantikan dengan yang baru, yang baru digulir oleh yang lebih maju, begitulah seterusnya sebuah peradaban berjalan dengan seiring waktu. Katanya, orang-orang dari tiap generasi ini memiliki karakteristik yang berbeda. Mulai dari kepercayaan nilai, perspektif, minat, kegemaran, kemahiran, pekerjaan, kehidupan, sampai budaya. Saya, bagaimana?
Generasi Y, atau yang disebut juga The Echo of the Baby Boom oleh Don Tapscott di dalam bukunya yang berjudul Grown Up Digital, adalah tempat di mana saya berdiri. Orang-orang yang lahir dalam kurun waktu tahun 1977-1997 ini sudah mulai mengenal kemudahan yang disajikan oleh teknologi. Sebab, pada tahun-tahun itulah teknologi sedang gencar dikembangkan di sana-sini.
Tunggu, ada yang perlu saya luruskan. Saya gak lahir di tahun 70-an, ya. Saya gak setua itu. Saya lahir di ujung masa angkatan Generasi Y berlangsung, tepatnya tahun 1994. Dan, itu artinya sebagian besar hidup saya dihabiskan di masa angkatan generasi setelah saya: Generasi Z (1998-2010) dan Generasi Alpha (2010-sekarang). Dengan demikian, secara langsung maupun tidak langsung, karakteristik-karakteristik dari ketiga generasi tersebut melebur dalam diri saya.
Perkenalan dengan teknologi yang berlangsung di masa angkatan Generasi Y, menjalin persahabatan yang baik dengan internet beserta kebiasaan multitasking yang mengiringinya di masa angkatan Generasi Z, dan semoga masih bisa dikelompokkan ke dalam orang yang terpelajar sebagaimana Generasi Alpha. Perihal lain yang ada di sekelilingnya pun seringkali membuat orang-orang seperti saya menuntut segala hal menjadi serba cepat dan mudah.
Mau jalan-jalan keluar kota, gak perlu ribet antri tiket panjang hingga buang waktu dan tenaga. Jempol yang bergerak, urusan selesai. Mau makan tapi malas keluar, sudah banyak sekali layanan pesan antar. Tinggal tunggu, perut kenyang. Mau beli barang ini-itu tapi gak punya waktu, situs e-commerce bisa jadi pilihan tepat di mana dan kapan pun. Itu hanya segelintir contoh kecil di antara tumpukan hal-hal serba mudah dan cepat yang lainnya. Pun saya yakin, kamu juga adalah bagian dari apa yang saya sebutkan. Benar atau betul?
Mau jalan-jalan keluar kota, gak perlu ribet antri tiket panjang hingga buang waktu dan tenaga. Jempol yang bergerak, urusan selesai. Mau makan tapi malas keluar, sudah banyak sekali layanan pesan antar. Tinggal tunggu, perut kenyang. Mau beli barang ini-itu tapi gak punya waktu, situs e-commerce bisa jadi pilihan tepat di mana dan kapan pun. Itu hanya segelintir contoh kecil di antara tumpukan hal-hal serba mudah dan cepat yang lainnya. Pun saya yakin, kamu juga adalah bagian dari apa yang saya sebutkan. Benar atau betul?
Melihat perkembangan peradaban yang menuntut segala sesuatunya menjadi mudah ini, PT Sun Life Financial Indonesia (Sun Life) meluncurkan manfaat wakaf untuk polis produk asuransi jiwa syariah. Melalui manfaat inilah, Sun Life bukan hanya menjawab kebutuhan nasabah akan proteksi dan perencanaan keuangan yang lebih baik, tapi juga dapat memenuhi kebutuhan nasabah dalam beribadah, khususnya berwakaf. Kalau kata peribahasa, sambil menyelam minum air.
Dikatakan juga oleh Ibu Elin Waty selaku Presiden Direktur Sun Life bahwa peluncuran manfaat wakaf pada polis asuransi syariah tersebut merupakan penegasan komitmen dalam memberikan layanan dan produk syariah secara lengkap. Manfaat wakaf melalui produk asuransi merupakan solusi yang inovatif. Bukan hanya proteksi jangka panjang yang sesuai dengan prinsip syariah, tetapi nasabah juga bisa menjalankan ibadah dengan memperbanyak amal melalui kesempatan berwakaf.
Double attack! Jelas sekali Sun Life mengambil salah satu karakteristik yang kental di salah satu angkatan generasi tadi, yaitu Generasi Z dengan kebiasaan multitasking-nya. Mengikuti lajunya peradaban masa kini tidak serta-merta membuat kita melupakan tabungan akhirat, kan? Sun Life menjawab keresahan yang mungkin sempat terlintas di kepala kita.
Image source: pixabay.com |
Oh, iya. Sebelumnya, wakaf itu apa, sih?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa wakaf adalah benda bergerak atau tidak bergerak yang disediakan untuk kepentingan umum (Islam) sebagai pemberian yang ikhlas. Lalu, apakah pentingnya berwakaf untuk kita? Salah satu hadis mengatakan bahwa amalan manusia akan terputus ketika meninggal, kecuali tiga perkara: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak saleh. Jadi, seperti yang sudah sempat saya singgung sebelumnya, untuk tabungan akhirat.
Bagaimana, sih, cara berwakaf melalui asuransi syariah Sun Life?
Untuk yang satu ini, coba kita simak percakapan antara Sunny dan Liffy di bawah ini.
S: Lif, kamu tau gak kalau sekarang kita bisa berwakaf melalui manfaat asuransi dan manfaat investasi asuransi syariah Sun Life?
L: Ya, tau dong. Generasi milenial kayak kita gini kan mestinya lebih cepat dapat informasi ini itu.
S: Iya, sih. Duh, aku ketinggalan banget. Caranya gimana, sih, Lif?
L: Gampang, kok. Kita kan masih hidup, nih. Yang pertama, kita harus mengisi SPAJ (Surat Perjanjian Asuransi Jiwa) Syariah dengan mencantumkan nama penerima manfaat (ahli waris) dan lembaga wakaf yang ditunjuk, serta presetase jumlah yang akan kamu wakafkan.
S: Ada ketentuan khususnya gak untuk presentase yang diwakafkan itu?
L: Ada. Untuk manfaat asuransi, maksimal yang boleh kamu wakafkan adalah 45%. Sedangakan untuk manfaat investasi, maksimalnya 30%. Ketika masih hidup, kita dapat berwakaf melalui manfaat investasi. Sementara ketika sudah meninggal dunia, kita bisa berwakaf melalui keduanya.
S: Oh gitu. Oke, paham. Terus cara selanjurnya gimana, tuh, habis isi SPAJ Syariah?
L: Kamu harus mengisi form Ikrar Wakaf. Nah, form ini nantinya akan ditandatangani oleh kita sebagai peserta, penerima manfaat, dan ahli waris utama. Nantinya, Ikrar Wakaf yang asli dilampirkan beserta SPAJ Syariah dan salinannya disimpan oleh kita.
S: Udah, tuh?
L: Belum. Setelah pengisian dokumen-dokumen tadi selesai, Sun Life akan mengirimkan dana investasi langsung ke lembaga wakaf yang telah kita cantumkan sebelumnya. Selepas melakukan konfirmasi antara pihak peserta dan lembaga wakaf, lembaga wakaf akan mengirimkan sertifikat wakaf kepada peserta.
S: Wah, cukup mudah, ya? Terus kalau mau berwakaf ketika kita sudah meninggal gimana, tuh?
L: Enggak beda jauh, kok. Sun Life akan melakukan konfirmasi bayar klaim kepada ahli waris. Kemudian, Sun Life akan membayarkan klaim kepada ahli waris dan lembaga wakaf. Konfirmasi penerimaan dana wakaf akan dilakukan setelahnya. Habis itu, lembaga wakaf akan mengirimkan sertifikat wakaf ke ahli waris. Selesai.
S: Gak hanya menguntungkan kita berarti, ya? Kita bisa melakukan amal jariah selagi masih hidup maupun sesudah meninggal, tapi kita tetap bisa meninggalkan warisan demi kesejahteraan ahli waris kita. Ah, jadi mau deh.
L: Daftar asuransi syariah Sun Life dulu, dong, makanya. Manfaatnya dobel-dobel, lho. Dunia akhirat, insyaAllah.
S: Iya, deh, segera! Terima kasih, ya, penjelasannya.
L: Iya, sama-sama.
Nah, sepertinya apa yang dijelaskan oleh Liffy sudah cukup, ya? Iya, dong. Sunny aja langsung paham. Sebab, kemudahan yang ditawarkan oleh Sun Life dalam berwakaf melalui manfaat asuransi dan manfaat investasi ini benar-benar nyata adanya. Oh iya, sampai saat ini, Sun Life masih menjadi satu-satunya perusahaan penyedia jasa asuransi yang memungkinkan kita untuk melakukan wakaf melalui manfaat asuransi dan manfaat investasinya.
Kok bisa? Iya, bisa. Dan ini legal, kok. Sebab, Sun Life telah meminta kepada Dewan Syaiah Nasional Majelis Ulama Indonesia untuk mengeluarkan fatwa wakaf melalui asuransi yaitu Fatwa 106/DSN-MUI/X/2016.
Serba cepatnya segala perihal yang ada di masa kini seringkali tidak dibarengi dengan kemudahan dalam urusan-urusan krusial macam ini. Jadi, terima kasih Sun Life karena telah melihat celah yang baik untuk mengatasi masalah yang mungkin belum terdeteksi. Peradaban akan terus berjalan dan kita harus tetap menjaga baiknya kelangsungan hidup generasi setelah kita sebisa yang kita bisa.
Dari generasi ke generasi, kaya selamanya dengan berwakaf melalui manfaat asuransi dan manfaat investasi.
Tabik!
Pertiwi