Meski hanya berjibaku di
lingkungan rumah dan tidak menghasilkan uang, bukan lantas hal-hal yang
dikerjakan seorang istri adalah pekerjaan ringan. Barangkali ringan jika hal tersebut
dilihat satu per satu pekerjaan. Akan tetapi, ketika kita melihat semua itu
dalam himpunan pekerjaan, tentu ini menjadi sulit. Maka konyol saja jika dewasa
ini masih ada lelucon ora lucu macam, “Wong wadon kui mung perlu macak, masak,
manak.”
Dalam
sebuah tulisan hasil olahan Disparitas (diskusi paradoksal dan realitas) yang saya dan Ilham lakukan beberapa
waktu lalu, lelaki humanis tersebut menyebutkan hal di atas yang membuat saya
mengangguk setuju dengan begitu mudahnya. Konstruksi masyarakat dominan yang
ada sejak dahulu—hingga entah kapan—seringkali menyebutkan perempuan hanya
berada di posisi remeh-temeh yang jauh di bawah laki-laki.
Namun,
dalam program FEED Mobile (Financial
Education and Empowerment goes Digital and Mobile) ternyata tidak memandang
demikian. Program pendidikan keuangan dan pengembangan usaha bagi masyarakat
petani, petani pemilik usaha, serta pengusaha mikro-kecil yang diusung oleh
Citi PeKa (peduli dan berkarya)—yang merupakan payung kegiatan kemasyarakatan
Citi Indonesia—bersama dengan Mercy Corps Indonesia ini memberikan perhatian
khusus terhadap kaum hawa.
Berangkat dari hasil survei mengenai tanggung jawab
pengelolaan keuangan rumah tangga yang sebelumnya telah dilakukan, tampak bahwa
responden perempuan lebih banyak merasa melakukan tanggung jawab pengelolaan
keuangan keluarga. Di antara seluruh perempuan yang disurvei, terdapat lebih
dari 60% penerima manfaat terlatih dan langsung mengakses tabungan. Keberadaan
perempuan sebagai pengelola keuangan rumah tangga mendasari pula keputusan
suatu rumah tangga untuk memiliki tabungan. Perannya besar dong, ya?
"Peran Gender dalam Kehidupan Rumah Tangga di Desa Liang Kabutapen Maluku Tengah" oleh Risyart Albert Far Far |
Seperti yang jelas tergambar dalam tabel di atas,
lelaki secara pribadi tampak tidak mengambil begitu banyak peran di dalam
aktivitas domestik yang ada di lingkup rumah tangga, sebaliknya dengan
perempuan yang bertindak aktif mengambil bagian. Aktivitas domestik yang
dilakukan tersebut bisa jadi merupakan sebuah penjabaran dari pengelolaan keuangan
rumah tangga yang dilakukan. Oleh sebab itu, pelatihan yang dilakukan oleh FEED
Mobile dirasa dapat memberikan hasil yang baik—khususnya dalam perubahan
perilaku pengelolaan keuangan—jika sasarannya diperbesar pada kaum perempuan.
Saya rasa, sasaran yang dibidik oleh program FEED
Mobile khususnya untuk kaum hawa ini benar-benar tepat. Sebab, sangat terlihat
pada hasil penerima manfaat yang telah dilatih dalam literasi keuangan dan
pengembangan usaha yang mencapai angka 12.950 orang dengan 50% dari jumlah
tersebut adalah perempuan. Nah, gitu kan seimbang jadinya. Biasanya, agak
jarang ya program serupa yang menyasar perempuan sebagai pelaku aktivitas domestik
yang dominan?
Maka itu, perhatian saya cukup terkuras saat
mendengar penjelasan lebih rinci yang dipaparkan mengenai program FEED Mobile
pada acara Workshop Nasional Inklusi
Keuangan yang bertema “Road Towards a
Financially Literate Generation” kemarin (17/05/2017) di Aston at Kuningan
Suite, Jakarta. Saya selalu senang mendengar usaha-usaha yang dilakukan oleh
berbagai pihak untuk mencerdaskan
perempuan. Seperti dalam kalimat terakhir Simone de Beauvoir dalam esainya yang
berjudul Perempuan dan Kreativitas,
“Perempuan tidak boleh membiarkan dirinya diintimidasi oleh masa lalu karena
dalam bidang ini, sebagaimana di semua bidang lain, masa lalu tak pernah dapat
berdusta pada masa depan.”
Ternyata, program FEED Mobile ini baru dimulai pada tahun
2014 lalu. Diawali dengan anggapan miring terhadap petani yang dianggap hanya bisa itu-itu saja, FEED Mobile
muncul dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas petani dan pengusaha
mikro-kecil dengan memberikan pendidikan keuangan dan mengembangkan potensi
pengusaha mikro-kecil di Indonesia. Untuk saat ini, program FEED Mobile baru
dikhususkan kepada masyarakat di Kabupaten Indramayu, yang setelahnya baru akan
melebar ke wilayah lainnya.
Mengapa Kabupaten Indramayu menjadi yang pertama?
Selain sebagai wilayah terbesar di Jawa Barat dengan
31 kecamatan, Kabupaten Indramayu juga merupakan salah satu kabupaten yang menjadi
daerah sentra pertanian, di mana sektor pertanian menyumbang 43% dari total
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Terlebih lagi, pertanian juga merupakan
sektor usaha utama berdasarkan persentase jumlah penduduk, yaitu 8,8%. Jadi,
saya merasa lagi-lagi FEED Mobile memiliki bidikan yang cukup tepat.
Dalam pelaksanaannya, program FEED Mobile menggunakan
dua metode, yaitu pelatihan tatap muka dan penggunaan kanal digital sebagai
alat pendukung. Sementara, aplikasi Peduli
Keuangan (PEKA) Android dan Peduli
Keuangan (PEKA) SMS berfungsi sebagai sarana penyebaran informasi, artikel,
tips, anjuran pengelolaan keuangan dan pengembangan usaha, serta sebagai sarana
interaksi antarpengguna. Kalau dilihat dari fungsi, sebetulnya keduanya sama
aja, ya. Yang membedakan lebih ke pengguna layanannya. PEKA Android menyasar
pemilik smartphone berbasis android,
fasilitator lapangan, dan ahli keuangan. Sementara, PEKA SMS membidik petani,
petani pemilik usaha, pemilik usaha kecil, dll.
Doc. Arisman Riyardi |
Menghadiri acara tersebut bersama dengan ibu-bapak
petani dan pengusaha mikro-kecil dari Indramayu itu membuat saya sedikit banyak
berpikir, mereka yang tadinya dilihat sebelah mata aja bisa menunjukkan
eksistensinya hingga demikian, masa kita yang lebih memiliki akses terhadap
pengetahuan gini enggak, sih? Ya malu dong, ah. Gak boleh kalah semangat
belajar dari ibu-bapak itu. Ingat belajar kok jadi ingat kewajiban yang satu
itu ya…. YAUDAH, SKIP DULU, YA.
Kalau kata Efek Rumah Kaca dalam lagunya yang berjudul Sebelah Mata, “Tapi sebelah mataku yang
lain menyadari gelap adalah teman setia bagi waktu-waktu yang hilang.” Mulai
dari menghilangkan anggapan yang seringkali timpang perihal perempuan dan
menebas pikiran miring mengenai profesi petani, saya merasa program FEED Mobile
ini sangat patut untuk diberikan dua ibu jari. Kalau saya punya lebih dari dua
ibu jari tangan, saya kasih lagi deh.
Biarpun hal-hal yang terkesan gelap selalu ada
mengiringi langkah perempuan dan profesi petani, tapi percayalah bahwa gak
sedikit pihak-pihak yang mengusahakan keberadaan mereka agar lebih diakui
secara terbuka. Kalau kita masih belum bisa ikut berperan aktif dalam usaha
tersebut, setidaknya berikan dukungan semampunya.
Seperti program FEED Mobile ini, dengan diberikan
begitu banyak pemaparan dan contoh nyata keberhasilan kerja mereka, saya jelas
akan mendukung program ini agar lebih berkembang menjangkau daerah-daerah
lainnya. Kalau kamu, gimana?
Salam,
Pertiwi Yuliana