REFLEKSI | Your Favorite Devil's Advocate
personal

REFLEKSI

Selasa, Januari 02, 2018

REFLEKSI
Source: pexels.com

Kamu tau bagaimana rasanya jatuh?

Kalau ya, kamu semestinya pun tau apa yang disebut dengan terpuruk.

***

Selamat datang, 2018! Banyak hal yang dapat dipelajari dari yang datang sebelummu, 2017. Ada 12 bulan dengan berbagai macam kisah di dalamnya yang kami ukir bersama. Ada 48 minggu dengan suka dukanya yang membuat genggam tangan kami semakin erat. Ada 365 hari dengan pahit manis yang membuat kami menumbukkan rasa yang sama. Sepeninggalnya, aku menitipkan harap agar kamu bisa menjadi pendamping yang lebih baik daripadanya.

Mungkin, untuk saat ini, mengembangkan senyum bukanlah hal yang mudah. Ya, masalah memang tidak pernah ingin melihat kita sendirian. Dia selalu datang untuk menemani sepi yang hinggap. Baik, ya? Pun dengan saat ini di kehidupan kecil yang kubangun perlahan-lahan.

Beberapa hari lalu, aku merasakan takut yang sedemikian takut. Takut kehilangan orang yang selama ini membantuku menopang hidup. Ketakutan yang belum pernah kubayangkan akan kurasakan sebelum hari itu. Rasa takut yang membuat airmataku turut jatuh. Takut, sebab ada segumpal pilu yang tetiba hinggap di dadaku.

Namun, ya, dari ketakutan itu aku tau bahwa ada manusia-manusia hebat yang setia mendampingiku. Ada mereka yang bersedia menampung keluh kesahku. Dan, untuk mereka yang berharga di kehidupanku, kuingin mengucapkan terima kasih yang tak terhitung…

***

Kepada, masa kini dan masa depanku, Ilham Bachtiar.

Hai, kamu yang baru saja membuatkan susu putih hangat untuk menemaniku yang sibuk sendiri di balik laptop ini, aku gak akan pernah bosan untuk mengatakan bahwa kamu adalah yang terbaik yang pernah aku miliki. Bagaimana tidak? Di setiap susah senang yang kulalui semenjak adanya kamu di sisi, aku selalu merasa punya kekuatan lebih.

Walaupun kamu memang seringkali jadi lelaki menyebalkan, tapi aku tetap dan akan selalu sayang.

Semoga, kita akan terus berprogres bersama untuk mengumpulkan puing impian yang ada di kepala.

Kamu, banyak peran yang kamu ambil di dalam hidupku. Selain menjadi kekasih terbaik dan ternyebelin, kamu pun selalu jadi sahabat paling mengerti, kakak yang selalu ingin melindungi, dokter yang sedia merawat ketika aku sakit, jadi orangtua dengan segala nasihat untuk membuatku bangkit, dan bahkan kamu bersedia menjadi kunci buku harian yang menyimpan banyak sekali rahasia yang selama ini selalu aku simpan sendiri.

Kamu sudah tau bagaimana kamu begitu berarti?

Terima kasih banyak untuk kamu yang sudah sejauh ini berjuang. Terima kasih banyak sudah membantuku meniupkan kehidupan yang sempat hilang. Terima kasih untuk semua waktunya untuk banyak diskusi, perdebatan, dan cerita-cerita yang menyenangkan. Terima kasih selalu mencoba menghibur walau kadang failed juga. Terima kasih semua dukungannya atas keinginanku yang tidak biasa. Terima kasih sudah datang untuk jadi calon mantu idaman ibu bapak. Dan, terima kasih sudah mengikrarkan janji untuk terus bersama.

Dan, ini penting, terima kasih sudah membiarkanku menjadi aku sebagaimana apa yang aku mau. Termasuk memakai pakaian hitam-hitam terus.

Adamu, memerdekakan aku.

REFLEKSI


***

Kepada, Abdul Aziz Ramlie Adam.

Sebentar, ubah mode. *klik

Satu hal yang sejak zaman sekolah gue yakini, jangan mudah percaya sama orang yang gak begitu dikenal. Sementara, gue bukanlah orang yang akan meluangkan banyak waktu untuk benar-benar mengenal orang lainnya. Jadi, gue memang sulit buat percaya sama orang. Sekalinya percaya, hampir selalu dikecewakan. Miris, sih, ini.

Gue juga gak tau kenapa di setiap masalah yang gue punya, semenjak saling kenal, gue selalu nyari bocah begajulan kayak lo. Biarpun saat itu lo lagi terisolasi di dalam hutan Kalimantan yang dapet sinyal aja mesti naik menara dulu di malam minggu, masih tetap gue tunggu. Mungkin, karena gue dengar banyak sekali cerita dari mulut lo tentang persahabatan lo dan teman-teman lo sejak zaman orok. Literally, banyak.

Sebagai orang yang gak percaya sama keberadaan sahabat, lo cukup mengubah apa yang gue percaya sejak lama.

Baik buruknya gue, mungkin udah banyak banget yang lo tau. Dan, gue percaya lo bisa simpan semua itu. Biarpun lo banyak banget ngomong kalo ketemu orang, tapi yang gue tangkap selama ini adalah lo hanya banyak membicarakan tentang diri lo sendiri. Bukan tentang orang lain, kecuali cewek-cewek yang lo taksir sih. Bagi gue, itu hal yang baik. Daripada banyak omong buat menggunjing orang lain.

Thanks, Bro, di saat lo bisa ada lo selalu menjadikan wujud lo benar-benar nyata. Bukan sekadar kata-kata. Dan, gue masih percaya, lo adalah salah satu teman baik yang gue punya.

Ubah mode lagi. *klik

***

Kepada, Jamaah Anak Baik.

Ada beberapa nama di dalamnya yang beberapa tahun belakangan meramaikan hidupku di tengah dunia perbloggeran yang semakin gempar dengan banyaknya saling sikut dan sindir-sindiran. Dari yang awalnya hanya grup kecil tempat ngomongin event blog sampai jadi wadah untuk curhat yang paling nyaman dari grup lainnya.

Untuk Uni dan Teh Dewi, terima kasih banyak buat sharing dan nasihatnya. Kemasan galak kalian memang hanya kemasan belaka. Banyak sekali belajar dari kalian tentang hal-hal di dunia tulis menulis, media sosial, skin care, hubungan dengan orang lain, dan segala hal lainnya yang menyangkut kehidupan. Kalian banyak mempengaruhi pola pikirku saat ini. Banyak membuka hal-hal baru yang belum aku tau.

Untuk Rudi dan Nurri, terima kasih banyak udah selalu ngajak solat kalau lagi jalan bareng. Makasih udah bersedia jadi teman duduk dan cerita yang baik sejauh ini. Rudi enggak, sih, Rudi mah masih suka ngecengin aku sama mantan. Kzl. Terima kasih udah bikin aku lebih peduli sama persoalan halal dan haram. Btw, udah lama gak ketemu sama Nurri kayaknya.

Untuk Ko Gio, terima kasih udah banyak banget kasih informasi ini itu. Kadang heran ini orang makannya apa kok ya kayak bisa tau segala hal. Paling responsif juga kalau ditanya apa-apa. Gak pelit juga buat berbagi walaupun kadang apa yang dijelasin panjang lebar tetap gak ngerti. Tapi sabar banget tetap dijelasin lagi wkwkwk. But, plz, gak usah bahas mantan lagi aku lelah…

Last but not least, bos geng: Almahyra Imanadi. Terima kasih, Alma, sudah jadi anak yang begitu ramah dan baik hati sama banyak orang termasuk aku. Anak kecil biasanya kalau kudekati suka takut, mungkin auraku gak bagus, tapi Alma enggak. Alma suka ngajak main sambil ketawa-ketawa. Menyenangkan sekali anaknya. Terima kasih juga buat ibu bapak Alma, Teh Dewi dan Kak Percha, yang sudah mendidik Alma jadi gadis cilik yang membuat hati orang-orang sekitarnya bahagia. Semoga Alma tumbuh jadi perempuan mandiri yang solehah. Aamiin.

Semoga di tahun 2018 ini kita bisa kumpul lengkap, ya!

REFLEKSI

***

Masih banyak orang lainnya yang meramaikan, dan maaf jika tidak disebutkan.

Sayang kalian semuanya.

Semua.

Terima kasih banyak sudah bersedia ada untuk seorang Pertiwi Yuliana.

Semoga segala kebaikan kalian dibalas setimpal oleh Tuhan.

Khusus untuk 2017, terima kasih banyak sudah menghadirkan dua orang yang begitu berarti di dalam kehidupanku—Ilham dan Aziz—hingga kami bisa menghirup udara dari langit yang sama.

Siap untuk petualangan baru di 2018?







Tabik,




Pertiwi

You Might Also Like

5 komentar

  1. Dan postingan kali Ini sukses bikin hidung gue gak berdarah~

    BalasHapus
  2. Belum lengkap ada Aziz kalau gak ada Yoga. Yang satu begajulan, yang satunya lagi diam-diam absurd. Wkwkwk

    Makasih juga ya buat 2017 yang kamu beri. Ayo ayo 2018 buat lebih melesat lagi! Btw, itu nyebelinnya kiasan saja kan? Wkwkwk

    BalasHapus
  3. Pdhal tulisan ini bukan buatku, tp kok aku yg klepek2 bacanya yah?? Ini soswiitt bgttt looohh.. Serius. Apalagi buat ilham bach, buat bang aziz jg sih yg ganti mode, sm yg lainnya. Haha. Smuanyaaahhh! :D

    Selamat membuka lembaran baru di 2018! Smga lebih baik dari tahun kmarin :))

    BalasHapus
  4. so sweet banget.. selamat tahun baru 2018


    www.ayosurabaya.online

    BalasHapus

Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer