Tantangan dan Habitat yang Pas untuk Menulis di Internet | Your Favorite Devil's Advocate
review

Tantangan dan Habitat yang Pas untuk Menulis di Internet

Minggu, Juli 02, 2017

Tantangan dan Habitat yang Pas untuk Menulis di Internet

Mini, karena panjangnya yang sangat pendek. Langka, karena kegilaannya waras sekali. Istimewa, sebab ia hanya memiliki satu musuh bebuyutan: otak manusia. Susah, sebab tatkala mengkreasi, seseorang bisa menghabiskan waktu sehari, seminggu, sebulan, sedarsawarsa, bahkan di beberapa kasus hingga seumur hidup.

Mungkin, akan ada pertanyaan yang muncul perihal apa yang akan saya bicarakan ketika membaca paragraf pembuka di atas. Paragraf tersebut adalah paragraf pembuka yang saya ambil dari kata pengantar di sebuah buku kumpulan cerpen yang berjudul Rahasia Rindu.

Kurang terkenal, ya? Iya, mungkin. Namun yang jelas adalah… itu objek kajian skripsi saya. Hyak. Alasan utama saya menjadikan kumpulan cerpen tersebut menjadi objek kajian skripsi saya adalah keunikannya. Kumpulan cerpen itu menyuguhkan sesuatu yang tidak biasa untuk saya sejak pertama kali buku itu sampai di tangan saya.

Seseorang memperkenalkan saya pada sebuah cara baru menuliskan cerita dengan media yang kekinian di akhir 2012, fiksimini. Sebelumnya, mungkin saya akan menyinggung sedikit perihal sejarah awal fiksimini menjadi sesuatu yang booming di Indonesia.

Fiksimini sendiri, menurut Agus Noor, merupakan istilah yang dipakai untuk mengacu pada apa yang dalam khasanah sastra di dunia disebut dengan flash fiction atau micro fiction. Maka sesungguhnya, bentuk dan pengertian fiksimini bukan merupakan hal yang baru.

Namun kemudian, Agus Noor mengintrodusir istilah fiksimini tersebut melalui internet, blog dan Facebook. Hal tersebut dilakukan karena merasa bahwa tulisan di internet itu mestinya ringkas, sekejap, dan langsung menohok. Beliau merasa tidak pernah bisa berkonsentrasi ketika membaca tulisan yang panjang-panjang di internet. Membaca tulisan panjang di internet membuatnya lelah.

Tantangan dan Habitat yang Pas untuk Menulis di Internet

Sayangnya, fiksimini tidak mendapat respon yang bagus melalui media blog dan Facebook. Hanya beberapa penulis yang menyukai bentuk fiksimini tersebut. hal itu mungkin terjadi karena di blog dan Facebook masih memungkinkan kita untuk menulis panjang. Jadi, seakan-akan menulis sependek dan seringkas mungkin bukanlah menjadi suatu tantangan.

Nah. Ketika Agus Noor mengintrodusir istilah fiksimini tersebut ke Twitter, tampak ada tanggapan yang begitu hebat. Mungkin karena dengan media Twitter tersebut kita ditantang hanya menulis dalam 140 karakter. Tidak lebih. Di Twitter inilah fiksimini menemukan tantangan dan habitatnya yang pas. Kita dituntut untuk membuat cerita dalam 140 karakter dengan tetap memiliki tafsir yang luas dan dalam.

Sebagaimana diktum fiksimini yang utama, yaitu menceritakan seluas mungkin dunia dengan seminim mungkin kata.

Mencoba bermain dengan fiksimini membuat saya ketagihan, hingga sekarang. Menemukan formula yang pas untuk merangkum dan membuat bom pada cerita yang begitu singkat merupakan hal yang memusingkan sekaligus mengasyikkan. Itulah sebabnya, saya memilh kumpulan cerpen Rahasia Rindu untuk saya teliti. Cerita-cerita fiksimini di dalamnya yang berkembang ke bentuk cerita pendek menjadi begitu liar dan di luar batas wajar isi kepala manusia.

Meneliti fiksimini tentunya membawa saya untuk mempelajari penulisan yang begitu singkat secara lebih dan lebih dalam lagi. Ternyata, menulis cerita yang sangat pendek memang merupakan tantangan tersendiri bagi saya. Sebab, saya memang terbiasa untuk menulis dengan jabaran yang panjang. Berkali-kali saya mencoba dan masih dibilang, “Sudah bagus, tapi kurang meledak.”

Di tengah masa penelitian dan pelatihan untuk menulis pendek, saya berkenalan dengan sebuah portal online yang menyuguhkan tantangan yang serupa tapi tak sama. Namanya Opini.id, portal yang—menurut informasi—berisi kepedulian-kepedulian dan tindakan-tindakan baik orang Indonesia saat ini. Berdasar atas kepercayaan akan pribadi masyarakat Indonesia yang tidak egois dan apatis, Opini.id hadir untuk memfasilitasi kepedulian dan kebaikan mereka kepada khalayak luas.

Dengan komitmen menghadirkan konten dalam bungkus yang menarik, saya rasa Opini.id sudah cukup berhasil. Pasalnya, saya masih cukup jarang menemukan sebuah portal online yang semenyenangkan Opini.id ketika dibaca. Seperti yang dikatakan Agus Noor di awal tulisan ini, tulisan di internet mestinya ringkas, sekejap, dan langsung menohok. Sebab membaca tulisan panjang di internet membuat mata lelah dan berujung pada kesulitan berkonsentrasi.

Dalam hal ini, Opini.id jelas sudah mengeksekusinya dengan sangat baik. Tampilan yang dibuat swipe memudahkan kita untuk menyelesaikan apa yang sedang kita baca. Ditambah dengan tulisan per halamannya yang tidak terlalu banyak membuat aktivitas membaca jadi jauh dari penat. Bisa dibilang, Opini.id merupakan portal yang tepat untuk kultur baca kekinian.

Setelah puas membaca berbagai konten yang disuguhkan di Opini.id, gairah saya untuk belajar menulis pendek pun meletup-letup. Ternyata, membuat akun di Opini.id itu sangat mudah. Ada tiga pilihan seperti di bawah ini:

Tantangan dan Habitat yang Pas untuk Menulis di Internet

Untuk urusan login-login macam ini, saya terbiasa menggunakan akun Facebook. Maka, secara simsalabim saya sudah terdaftar di Opini.id dengan meng-klik Sign in with Facebook dan bisa turut membuat konten. Oh iya, kebetulan saya memiliki beberapa teman yang sudah berpengalaman membuat tulisan di Opini.id dan sedikit banyak mengetahui keluh kesah menulis di sana. Maka itu, saya berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalisasi hal-hal yang tidak diinginkan.

Apaan, tuh, hal-hal yang tidak diinginkannya?

Yang pertama, menulis panjang. Kalau menuruti keinginan yang biasa, saya jelas lebih ingin menulis panjang. Sebab, saya lebih leluasa menumpahkan apa yang ada di dalam kepala saya melalui yang saya tulis. Saya juga suka dengan kalimat bertingkat yang jelas akan membuat tulisan yang saya buat menjadi lebih panjang. Nah, ini harus saya hindari. Sebab ruang menulis di portal Opini.id seolah berkata “tidak” dengan tegas pada kebiasaan saya menulis panjang. Ya, sebentar-sebentar mentok soalnya.

Kedua, kesalahan mengetik. Oke, untuk poin yang pertama, saya menganggapnya sebagai sebuah tantangan. Namun pada poin kedua ini, saya menganggapnya sebagai sebuah kekurangan dari portal ini. Tak ada gading yang tak retak, begitu pun dengan penulis. Tak ada penulis yang tak salah ketik. Kekhilafan pasti terjadi, sayangnya Opini.id belum menghadirkan fitur edit yang sangat dibutuhkan oleh para content creator-nya. Jadi, mau gak mau ya jangan salah ketik.

Maka, untuk mengantisipasi dua hal di atas, biasanya saya membuat draft tulisan di Ms. Word terlebih dahulu baru kemudian memindahkannya ke laman Opini.id. Jangan salah, itu pun saya masih harus benar-benar memastikan bahwa tidak ada salah ketik di tulisan saya dan bolak-balik dari Ms. Word ke laman Opini.id untuk mempublikasikan tulisan. Hikmah yang bisa saya ambil dari menulis di Opini.id adalah… melatih kesabaran.

Jujur, saya sempat kesal menghadapi proses menulis di portal tersebut. Ternyata benar, apa yang tampak menyenangkan belum tentu demikian pula di baliknya. Membaca konten di Opini.id begitu nagih untuk membaca lagi dan lagi, tapi ternyata membuat kontennya sungguh benar-benar menguras energi. Setidaknya, bagi saya yang terbiasa menulis dengan jumlah kata minimal 1000 ini, sih.

Oh iya, kalau dilihat-lihat, Opini.id sepertinya belum memiliki konten fiksi. Menyambungkan semua yang sudah saya tuliskan di atas, muncul sebuah pertanyaan: bagaimana jika fiksimini merambah ke portal Opini.id?

Tantangan dan Habitat yang Pas untuk Menulis di Internet

Dengan jumlah karakter per halaman yang tidak beda jauh dari Twitter, Opini.id sangat mungkin untuk menjadi media lain untuk wadah mengkreasikan fiksimini. Jadi, konten di Opini.id pun bisa lebih sastrawi. Ehehe. Ehe. He. He.

Dalam satu topik mungkin bisa diisi dengan sekumpulan fiksimini yang setema. Untuk halamannya, saya rasa tipe voice your opinion lebih tepat digunakan daripada create article atau ask the crowd. Wah, sejauh ini saya juga belum pernah mencoba menuangkan fiksimini di Opini.id, sih. Jadi pengin, deh!

Buat kamu yang juga punya masalah yang sama dalam menulis pendek, Opini.id bisa membantu kamu berlatih dengan baik. Selain itu, ya hitung-hitung buat mengeksiskan diri di sana-sini. Yuk, coba! Saya jamin kamu akan menemukan tantangan dan habitat yang pas untuk menulis di internet!







Tabik!



Pertiwi

You Might Also Like

23 komentar


  1. Ntap! Gak cuma review aplikasi, tapi juga disertai wawasan nyastra, peringatan buat para pengguna baru, dan gagasan baru yang menyambungkan fiksimini dan opini.id.

    Bagus itu, selama ini kulihat opini.id banyakan ya tips-tips, rekomendasi, dan serba-serbi. Mungkin ranah mereka memang di situ. Tapi ya kalo mau revolusioner mustinya gagasan soal fiksimini itu berani diusung, bahkan disediakan fiturnya sendiri. Hahahahak. Duh, omongane nggaya tenan aku ki. Koyo-koyo aku nduwe 60% saham opini.id wae.

    Saham.

    Saham Bachtiar.

    BalasHapus
  2. Ini yempat menulis kaya Mojok atau Seword yah? Beloleh juga menulis di sana..
    Jadi ingat masa2 alay bermain fiksi mini heheh

    BalasHapus
  3. nice info sob,, sangat bermanfaat infonya

    BalasHapus
  4. aku sneneg nulis di opini, simple dan nyaman. Eh seneng juga ya sama agus noor, aku hampir setiap hari ketemu karena rumahnya hanya beda 3 rumah dari aku

    BalasHapus
  5. Menulis fiksi mini rasanya menarik dan perlu dicoba. Mencoba sesuatu yang baru, apalagi bisa dicoba di OpiniID juga ya sambil belajar.

    BalasHapus
  6. Ah jadi inget seneng banget main di fiksimini. Iya bener. Tantangan banget mengingat twitter hanya terbatas 140 karakter.
    Boleh nih nanti cobain opini.id
    Kepo kepoin duluuu

    BalasHapus
  7. ntabbb wi, dulu sering anet nyimak fiksi mini di twitter seru2 ceritanya.
    skrg ada opini.id sptnya layak untuk bikin akun ����

    BalasHapus
  8. Awalnya emang menantang nulis di opini. Tapi lama2 asyik juga. Soalnya gampang banget digunain.

    BalasHapus
  9. Awalnya emang menantang nulis di opini. Tapi lama2 asyik juga. Soalnya gampang banget digunain.

    BalasHapus
  10. Aku blm coba nulis di opini.id, pernah denger tp blm coba.
    Kadang nulis itu gk terasa tiba2 udah panjang aja, jadi gk tantangan juga nih kalo ada pembatasan karakter.

    BalasHapus
  11. Aku suka kagum sama penulis yang bisa masuk di semua ranah.
    Seperti ketika berkunjung ke fb mba Carra yaa...suka ada fiksi mini/flash fiction.

    Aku pikir sangat cerdas, orang-orang yang bisa menumpahkan ide dengan sediki kata namun luas makna.

    Keren!

    BalasHapus
  12. Fiksi mini itu sama dengan flash fiction yg akhir-akhir ini suka ditulis di status FB sama ibu-ibu penulis itu bukan sih mbak? Beberapa liat FF seliweran di timeline

    Aku blm pernah menulis di opini.id. Wah jadi kudu editing manual di words ya, dibaca berulang kali supaya enggak salah tulisannnya. Beberapa hari lalu temanku pernah posting juga soal opini tapi aku belum tertarik menulis di sana hehe

    BalasHapus
  13. Kok aku inget Steller yaa.. Mirip banget tampilannya. Foto dan cerita pendek. :)

    BalasHapus
  14. Baru tahu tentang fiksi mini. Seru sih baca opini.id ringkas, singkat dan jelas.

    BalasHapus
  15. Saya sering lihat video opini.id di Instagram.. biasanya mengajak orang² utk ikut beropini terhadap suatu hal

    Ternyata setiap orang bebas ya untuk menulis disana

    BalasHapus
  16. Geblek. Makin smooth. Ga tahu wi, ini postingan berbayar atau bukan. Kalau berbayar, kamu meramunya dengan luar biasa keren. Bayaran yang bermanfaat. Kalau ga berbayar, pahala kamu gede, ngasih edukasi yang bermanfaat dan promosi gratis buat orang.

    emm, opini.id itu satu gedung kantor sama akuh, tapi ga ada ngasih job ke akuh #cry

    BalasHapus
  17. Aku udah baca tulisan Tiwi di Opini.id
    Aku selalu salut sama yang sukses nulis pendek. Juga yang sukses nulis 140 karakter di twitter dan jadi buku. Kayanya memang harus belajar terus untuk bisa menulis singkat tapi menarik.

    BalasHapus
  18. Aku belum pernah nih nyobain nulis di opini.id apalagi nulis Flash fiction.. kayaknya menarik banget ��

    BalasHapus
  19. Wah, sepertinya opini bakalan jadi web yg beda dari yg lain ya. Kirain bakalan sama aja kaya wev pada umumnya yg gitu2 aja wkwkw

    BalasHapus
  20. Aplikasinya menarik untuk dicoba. saya sendiri selum pernah coba. ntar mau cobain menginstal akh. siapa tahu cocok

    BalasHapus
  21. Waahaa Tabik!
    jadi inget pram.

    Saya baru tau tentang opini.id, benar juga ini sebuah tantangan untuk orang orang yang suka nulis panjang dan bertele tele seperti saya . :D

    Skripsi meneliti fiksi mini?
    Wah kamu keren sekali, saya baru tau tulisan fiksi mini bisa di teliti dan dijadikan skripsi.

    BalasHapus

Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer