K-I-T-A | Your Favorite Devil's Advocate

K-I-T-A

Senin, November 10, 2014

Adanya, pada tiap embus yang kuhela
Adanya, mengubah sesak yang perlahan melega
Adanya, yang mengulik indah dalam tumpukan luka
Adanya, yang setia pada bongkah es rapuh menjelma wanita
Adanya, genggam semu yang selalu berupaya nyata

***

Sayang, pada lembar digital ini kuselipkan sebuah salam. Salam cinta dariku yang jauh di mata. Lagi-lagi, kita berada dalam sebuah ruang gelap. Kutau, tirai jendela itu sedang kauupayakan terbuka agar terang menyapa kita. Aku tak sabar, mengadu pandang pada binar matamu yang cerah. Tak dapat tertahan, menyentuh dua belah pipimu yang lembut kenyal. Dan tak terelakkan, aku merindukan semua getar yang timbul di antara kita.

K-I-T-A

K

Kala amarah mulai meraja, aku hilang tertelan ego yang menggila. Maaf atas segala salah yang pernah menyapa. Kesayanganku, aku khilaf. Segala kata, sakit, semua. Kita manusia, salah adalah takdir yang akan selalu menemani kita. Sayang, aku yakin kita masih sanggup melewati hari-hari berat selanjutnya.

I

Itulah manusia. Cinta meraja, logika sirna. Dan kita, Sayang, harus menjadi manusia baru yang bisa saling mencinta dengan logika. Iya, supaya bodohnya emosi beserta ego tidak lagi dapat berkuasa. Jangan lagi, jangan menjadi sakit untuk seseorang yang disayang. Sayang dan sakit mungkin memang berdampingan, tapi aku yakin kita bisa menyingkirkan sakit dengan saling menggenggam. Sakit, pahit, jerit.

T

Tak ada dia. Tak ada mereka. Hanya kita. Cara terbaik untuk tetap menjadi kita adalah dengan menonaktifkan semua indera. Dalam keadaan tertentu, indera hanyalah menerjemah yang buruk. Fakta dan kata-kata bertukar tempat, berganti peran, menjadi tokoh-tokoh yang begitu menyedihkan. Tutup mata dan telinga, tanyakan pada celah kecil terang dalam hati tentang yang sebenarnya. Sayang, kamu akan kembali pada jalanmu menuju kita yang sempurna.

A

Alangkah bahagia mereka yang bisa saling bertatap kapan pun ingin menyapa. Alangkah senang hatinya yang selalu mendapat usap lembut saat dibutuhkan. Tapi kita berbeda, Sayang. Ruang gelap ini membelenggu ingin kita untuk selalu bersama. Takut seringkali datang menuntut untuk dimenangkan. Dan takut seringkali berhasil mendapatkan tempat yang dia inginkan. Salahku, Sayang. Menghadirkannya yang hanya membuat luka dalam.

***

Mawar putihku mengering, meraung dan meminta digantikan dengan mawar yang baru. Sebentar lagi kamu selesai menggulung tirai itu. Cahaya akan menampar wajah kita masing-masing, memperlihatkan ekspresi malu-malu rindu yang tertahan beberapa waktu.


Tiada lagi upaya menganalisis gaung-gaung untuk tahu di mana kamu. Di hadapanku. Kamu. aku dan kamu. selalu. Selamat satu semester, Sayangku. 


You Might Also Like

4 komentar

  1. Satu semester penuh perjuangan... perjuangan merebut kemerdekaan.. #eh maksudnya merebut kelulusan

    BalasHapus
  2. Aduh so sweetnya aduuuuuh u,u

    BalasHapus
  3. Baru mampir udah suka sama tulisannya :)

    www.fikrimaulanaa.com

    BalasHapus

Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer