JATUH CINTA: Hegemoni yang Diremehkan | Your Favorite Devil's Advocate
musik

JATUH CINTA: Hegemoni yang Diremehkan

Kamis, Januari 19, 2017

JATUH CINTA: Hegemoni yang Diremehkan

Banyak orang yang berkata bahwa cinta itu buta. Sementara, aku masih dalam kondisi menerka-nerka, apa itu cinta? Sebab, yang kutau hanya dua: untuk Tuhan dan orangtua. Sedangkan mereka? Terlalu mengumbar kata cinta hanya untuk hal-hal yang fana. Karenanya, cinta seringkali kehilangan makna. Bukan salah cinta, tapi tudinglah mereka.

Banyak orang yang berkata bahwa cinta itu buta. Kebutaan yang, katanya, seringkali membuat mereka menghalalkan segala cara. Hanya untuk satu kata, c-i-n-t-a. Banyak kegilaan yang dianggap lumrah dengan berdasar atas kebutaan akan cinta. Lalu, mereka berdiri di mana? Ruang gelap kembali terbuka.

Banyak orang yang berkata bahwa cinta itu buta. Benarkah?

***

Kupernah tersentak, nyengir-nyengir sinis saat menonton sebuah film yang menayangkan adegan tanya jawab antara abang-adik. Dikisahkan seorang adik yang masih duduk di bangku sekolah dasar mulai jatuh cinta pada teman sekelasnya yang bernama Putri. Kemudian, abangnya—yang sudah berumur tapi tak lekas dapat pacar—menganggap hal tersebut merupakan suatu kelucuan yang layak ditertawakan. Si abang menanyakan alasan adiknya mencintai Putri. Kemudian, dengan polosnya si adik malah balik bertanya, “Emang cinta butuh alasan, Bang?” Abangnya bangkit dari duduk dengan pandangan yang seolah tersadarkan akan sesuatu. Lalu pergi.

Jika kalian bisa menebak ada di film apa adegan tersebut, maka kalian sukses menjadi generasi milenial yang sungguh kekinian. Namun, bukan film tersebut yang akan kubahas di dalam tulisan ini. Ya, bukanlah anjir! Yakali Tiwi bahas film gituan bhahahak!

Mari kita sorot kembali pertanyaan si adik: Emang cinta butuh alasan, Bang?

Sebagian besar orang setuju dengan pernyataan bahwa cinta tidak membutuhkan alasan. Termasuk aku, dulu. Aku sempat berdiri di kubu yang sama dengan kebanyakan orang itu. Aku pernah ada di antara mereka yang menuhankan kebutaan cinta. Aku telah melewati masa di mana cinta menjadi alasan kuat atas perilaku yang tidak layak. Aku sudah merasakan bagaimana meyakini ketiadaan mengapa dan karena dalam sebuah rasa yang disebut cinta.

JATUH CINTA: Hegemoni yang Diremehkan


Namun, perkenalanku dengan Efek Rumah Kaca membawaku pada perspektif lain. Aku mulai jatuh cinta pada band yang digawangi oleh Cholil dkk. ini lewat lagu yang berjudul Jatuh Cinta Itu Biasa Saja yang diambil dari album pertama mereka, Efek Rumah Kaca. Terima kasih untuk Nurul Lathifah yang sudah memperkenalkanku pada Efek Rumah Kaca. Lagu-lagu mereka sungguh bermakna dalam hidupku. Selalu membantuku bangkit dan kembali kokoh dalam menjalani hidup. Membantuku untuk tetap menjadi aku.

Kita berdua hanya berpegangan tangan, tak perlu berpelukan
Kita berdua hanya saling bercerita, tak perlu memuji
Kita berdua tak pernah ucapkan maaf, tapi saling mengerti
Kita berdua tak hanya menjalani cinta, tapi menghidupi

Generasi milenial kekinian dan cintanya.

Maraknya penggunaan media sosial yang sejak beberapa tahun terakhir membawa perubahan yang cukup besar dalam hubungannya dengan cara berkomunikasi masyarakat modern membuat sebagian besar dari mereka mengekspos gaya hidupnya untuk dipamerkan ke banyak orang. Salah? Tidak, karena telah dianggap lumrah. Salah satu yang seringkali menjadi bahan untuk dipamerkan adalah cintanya yang begitu entah.

Baru monthversary sudah belikan cincin segala. Baru anniversary pertama sudah hambur-hamburkan uang untuk sewa café mewah. Iya, tak apa jika yang digunakan bukan uang orangtua. Kemudian, ribut sedikit sudah pusing hapus foto mesra di Instagram. Ribut sedikit main no-mention di Twitter yang membuat orang lain (mungkin) akan tertawa terbahak-bahak. Sungguh, sebuah cinta yang begitu fana.

Bukan hanya sebatas maya, tapi pada kenyataannya pun perilaku mereka seringkali mengundang gelengan kepala. Merujuk pada lirik yang terlampir di atas, Efek Rumah Kaca mencoba untuk memberikan pandangan lain perihal cinta. Bahwa jatuh cinta bukanlah alasan untuk kita kehilangan logika. Bahwa jatuh cinta bukan sepenuhnya kunci dari hidup yang sedang berjalan. Tak perlu menganggap putus cinta sebagai akhir dunia. Cukup dengan sikapi sewajarnya.

Sebab, kita tak hanya menjalani cinta, tapi menghidupi. Di dalam lagu ini, kita diajak untuk hidup bersama cinta dengan lebih bersahaja. Tepat pada porsinya. Dan indah yang akan kita tuai setelahnya. Bukan sekadar putus-balikan ala remaja labil yang mendamba dewasa.

JATUH CINTA: Hegemoni yang Diremehkan

Ketika rindu menggebu-gebu, kita menunggu
Jatuh cinta itu biasa saja
Saat cemburu kian membelenggu, cepat berlalu
Jatuh cinta itu biasa saja

Seringkali kita mendengar istilah posesif dalam hubungan demikian. Banyak yang beralasan melakukan hal tersebut atas dasar cinta yang mendalam. Cinta tidak semestinya membebat. Cinta, bagaimanapun juga, membutuhkan jeda. Karena cinta ada di antara dua pribadi yang berbeda. Tetap berbeda, sampai kapan pun juga.

Katanya, cinta itu buta. Maka, mereka menghilangkan alasan-alasannya dalam mencinta. Selepas itu, akan muncul pula yang dinamakan cemburu buta dan buta-buta yang lainnya. Sehat? Jelas tidak. Bukankah kita semua tau bahwa apa pun yang berlebihan tidak akan menjadi sesuatu yang mengarah pada kebaikan? Begitu pula dengan cinta. Biasa saja.

Hegemoni cinta.

Menurut Gramsci, hegemoni merupakan suatu situasi di mana yang dikuasai mematuhi penguasa.Yang dikuasai tidak hanya harus merasa mempunyai dan menginternalisasi nilai-nilai serta norma penguasa, lebih dari itu mereka juga harus memberi persetujuan atas subordinasi mereka. Perihnya, ternyata masyarakat umum menganggap hegemoni di dalam hubungan percintaan sebagai suatu hal yang lumrah.

Seringkali di dalam sebuah hubungan ada yang disebut dengan pihak dominan. Ini bisa dipegang oleh laki-laki maupun perempuan. Pihak yang membuat peraturan yang harus dipatuhi oleh pihak lainnya. Pihak yang memberikan sanksi atas kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh pihak lainnya. Pihak yang memegang kuasa atas hubungan yang mereka sebut berdasar atas cinta. Entah cinta yang seperti apa.

Keadaan yang demikian sesungguhnya adalah tindakan menginjak yang disamarkan dengan rangkulan.

“Ya, aku kan pacar kamu. Aku sayang sama kamu, makanya aku pengin kamu lakuin ini buat aku. Mau, kan?”

“Kamu sayang gak, sih, sama aku? Kalo kamu sayang sama aku harusnya kamu nurutin permintaan aku.”

“Aku gak mau jadi pacar kamu lagi kalo kamu masih main sama dia!”

Gengs, please, tinggalkan yang demikian. Karena sesungguhnya kalian hanya sedang dalam kepura-puraan. Banyak orang yang ada di dalam posisi demikian namun enggan melepaskan. Katanya, sayang dengan usia hubungan yang sudah sekian lama. Sayang dengan usia hubungannya, ya? Lalu membiarkan hati kalian tersiksa? Sungguh bijaksana.

JATUH CINTA: Hegemoni yang Diremehkan

Jika jatuh cinta itu buta, berdua kita akan tersesat
Saling mencari di dalam gelap
Kedua mata kita gelap, lalu hati kita gelap
Hati kita gelap, lalu hati kita gelap…

Jadi, jatuh cinta itu buta?

Jika benar jatuh cinta itu buta, maka bagaimana menjabarkan tentang perpisahan? Sebuah hubungan percintaan yang kandas biasanya punya dasar yang cukup kuat, entah dari dalam maupun dari luar. Jika jatuh cinta memang buta, semestinya dasar-dasar untuk membuat kandasnya suatu hubungan pun tidak akan terlihat. Maka, tidak akan ada perpisahan.

Efek Rumah Kaca menegaskan bahwa cinta tidak buta. Karena jika ya, maka kita akan tersesat di dalam ruangan yang gelap. Meraba-raba apa saja untuk mencari jalan keluar. Terantuk, jatuh, sakit, takut. Sementara, kurasa cinta jauh lebih indah dari sekadar berada di ruang gelap. Cinta itu, bahkan, menerangkan. Tentunya jika kita jatuh pada orang yang tepat.

Untukku pribadi, sekarang, mencinta jelas memiliki alasan. Begitu pun dengan meninggalkan yang satu untuk memilih yang lain. Semua punya alasan. Karena aku sudah tidak lagi buta. Cacat karena cinta? Tidak. Sebab cinta yang menyempurnakan kekurangan.

Kamu, masih jadi kaum proletar di bawah kuasa hegemoni cinta?





Tabik!




Pertiwi

You Might Also Like

67 komentar

  1. Gambarnya serem anjir. Hahahaha. Mantaaps!

    DAN TERNYATA PASANG SKRINSYUTAN TWIT SENDIRI. SUNGGUNG UNPREDICTABLE. HAHAHAK. Bagoos ini. Saya suka dengan cara pandangmu. Lho nek ra suka yo gak mungkin kita memadu asmara. Wahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sereman aku mesti.

      Lha kamu kira skrinsut siapa? Bhahahak. Itu bukti aku pernah mikir kek gitu muehehe.

      Terima kasih, terima kasih, kasih asmara, asmara roda dua. Apasih. Hahaha.

      Hapus
    2. @Jarot: yang baru putus mah gitu, ya~

      Hapus
    3. udah baca dari awal sampai akhir, udah siap mau komen apa, baca komen pertama langsung buyar semua :( mendadak setuju kok narsis sih majang ss twit sendiri haha, tapi lucu. tapinya aku lupa tadi di pikiranku tadi mau bahas apa, hhhhh ~~~~

      Hapus
    4. Ya maaf, Un hahaha
      Itu kan untuk membuktikan bahwa aku pernah ada di pikiran yang sama bahwa cinta gak butuh alasan :p

      Hapus
  2. Cinta Brontosaurus. Yeay, aku milenial~ :))
    Berusaha nahan ketawa yang pas diatur-atur. Nggak boleh maen sama ini-itu. Wqwqwq. XD

    Syukurlah selama ini nggak pernah cinta buta. Selalu melihat yang cantik. Apaan! Cinta beda agama termasuk buta nggak, sih? Udah tau kalau itu bakalan ribet nantinya, tapi perasaan kan tetaplah perasaan. Memaksa pergi ketika lagi sayang-sayangnya itu susah, Kak. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silakan ketawa, bebas. Itu memang ditulis berdasar pengalaman pribadi hahahak.

      Ini nyindir apa gimana? Taek! Bhahahak!

      Hapus
    2. Gue juga punya pengalaman pacaran beda agama. Cuma emang gak pernah ditulis atau diceritain kayaknya. :))

      Hapus
    3. Iya betul yog, itu dialog di atas, dialog di pilem itu, antara si edgar dengan si dika wkwkw

      Hapus
  3. Tp sebaiknya cintanya sesuai umur, maksudnya cintanya anak2 ya kaya gitu. Jgn kalo udah gede baru pacaran dg "cinta monyet" bisa repot semua :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cintanya anak-anak? Hem, yakin kalau anak-anak memang sudah paham makna cinta? :/

      Hapus
  4. Tulisan kali ini sedikit banyak udah bisa gue cerna. Maklum gue paling susah mencerna tulisan Tiwi. Barangkali efek kasmaran dengan kasus baru yang gue alami sekarang. Mantap-mantap, semoga yang cintanya buta cepat beli tongkat.

    Ayo Wi, siapa diantara kita yg bakal nikah duluan? Wahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anjir ini gak nyastra yak hahaha

      Siapa yang duluan? Ya elo sih kayaknya, Jis. Yang udah makan pagi bareng, bikin ibunya Sukma seneng wkwkwk langgeng, Jis. Undang-undang yak, sekalian tiket PP jangan lupa.

      Hapus
  5. Beruntunglah bagi mereka yang tak pernah tunduk pada cinta. Lebih beruntung lagi mereka yang 'baru' mencintai ketika halal. Karena cinta tanpa ikatan rentan dg rasa sakit yang mutlak.

    BalasHapus
  6. Lagu-lagu efrk rumah kaca emang keren dan filosofis sekali...
    Nanti aku dengar lagu ini juga ah.. liriknya bagus.

    BalasHapus
  7. Lum pernah denger lagu efek rumah kaca.. yang katanya band indie

    Tapi kalo sketsa vilm itu kaya di film raditia dika ... Manusia setengah homo ehhh salmon

    BalasHapus
  8. Belum pernah denger lagunya Z^_^ , coba nanti saya dengerin, kalau membaca tulisan Tiwi, kayaknya liriknya bagus ya...
    Lebih baik enggak mengalami cinta buta, karena cinta itu harus jelas dan terang benderang #eh

    BalasHapus
  9. aku sering dengar nama band efek rumah kaca mbak. tapi yo malah belum pernah ngupingin lagu-lagunya.

    btw, itu filmnya judul opo mbak?! aku yo ora tau film apa itu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dicobain, bagus itu. Gak akan rugi hehehe

      Apa hayo? Itu udah ada yang sebut di komentar atas :p

      Hapus
  10. Nah itu.. pacaran artinya harus udah pinter bawa diri.
    Kalau ada perempuan ditinggal pacarnya karena alasan ngga diturutin (buat berbuat yg enggak2, atau krn gaya superior si pria thdp wanitanya), perempuan itu harus ikhlas.
    Harus ridho.
    Jangan tanamkan mental mahluk terjajah perasaan.
    Kesian soalnya.. :D

    BalasHapus
  11. Balasan
    1. Bingung mau komen apa, ya? Hahaha~

      Hapus
    2. Kan jatuh cinta itu biasa saja. Jadi tulisanmu biasa saja. 😆

      Hapus
    3. Intinya jatuh cinta sama tulisanku, oke sip. Tengs~

      Hapus
    4. Padahal situ pencinta Payung Teduh.

      Hapus
  12. Sepertinya setiap org pernah nglewatin masa-masa meledak2 saat jatuh cinta, trus lempeng2 aja saat jatuh cinta, biasanya seiring tingkat kedewasaannya #imho hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, kujuga pernah kok. Makanya kubilang juga di atas udah lewatin fase-fase demikian hehehe

      Hapus
  13. pernah tahu nama bandnya, tapi lom pernah denger sepertinya, dan sekarang lagi gak suka dengerin lagu.
    ..
    Kalau masalah cinta, selama cinta kita di jalur yang benar, pasti gak buta. SOalnya cinta buta tu gak enak, hehe, gak bisa melihat yang baik n buruk

    BalasHapus
  14. Sering denger lagunya karena sering diputer diradio saat siaran hehe. Dalemmmmmmm dan pastinya lirik yang penuh perenungan

    BalasHapus
  15. Tiwww... Cinta itu ga buta, cinta itu nyata, dia adalah rasa yang penempatannya ada di ruang khusus, yaitu hati sanubari.

    #eaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yakan yang aku jelasin emang bilang gak buta muehehe

      Hapus
  16. Hegemoni itu aku baru tau artinya sekarang. Atau lebih tepatnya baru tau kata itu sekarang. Ini blog udah kayak KKBI. Santap jiwa, Tiw! Tengs!

    Jadi... dalam mencintai dan dicintai itu harus sesuai porsinya begitu ya, Tiw. Dan cinta itu tidak buta. Setuju. Karena cinta nggak membuat kita kehilangan arah. Cinta membuat kita berjalan di jalur yang benar, mengikuti arah yang tepat, dan sampai ke 'tujuan.' Mungkin kayak gitu. Ini aku nggak bisa nulis yang bijak-bijak gitu anjir. Huhuhu.

    Jatuh cinta itu biasa aja, pasti patah hati juga biasa aja ya, Tiw. :')

    BalasHapus
  17. ishh mantapp, pernah ngalamin juga yang namanya hegemoni-hegemoni itu waktu masih abg hihi polos banget dulu nurut-nurut aja, sekarang mah ngga deh :P
    oiya aku gak tau itu adegan di film apa, omegot aku beneran kurang gahol nih kakak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Muahaha jangan sampai lagi, ya.
      Itu udah ada yang nyebut judulnya kok di atas.

      Hapus
  18. Jadi butuh alasan? Betul. Pantes Dika putus sama pacarnya di film selanjutnya. Gak pake alasan sih.

    BalasHapus
  19. Lalu, cinta yang sebenarnya itu bagaimana wi?
    Apakah begini? Jika ada orang yang bilang cinta itu buta, itu banyak yg bilang salah. Toh buktinya banyak yang jatuh cinta karena harta, tampang, dan tunggangannya. Cinta itu tidak buta, simpelnya gini, dia bisa bedakan antara Honda Vario dengan Honda Jazz RS. Ya simpel sesinis-sinisnya begitu kali ya X)

    Jika cinta bisa dimengerti, mungkin The Foreigner tidak bakal merilis lagu yg berjudul I want to know what love is? Ya kali ya bisa begitu..
    Tapi ya jaman sekarang, cinta tanpa hegemoni itu non-sense wi haha tiada hegemoni ya nanti dianggap yang tidak-tidak, ada yg dikatain lemah, bego, tolol atau sejenisnya. Gini loh, masa iya cinta kok ngebebasin gitu... tapi bukankah cinta seharusnya membebaskan ya? Urusan soal selingkuh, jalan bareng temen cowok, belum move on atau ditikung temen itu sih semua kembali pada perspektif masing masing ya :)))

    BalasHapus
  20. seneng deh kalo baca postingannya tiwi, selalu menemukan kata2 baru wkwkwk

    BalasHapus
  21. Cinta itu gak baik x berlebihan gak baik (negatif x negatif)
    Kalo cintanya berlebihan berarti baik dong hahaha :D

    BalasHapus
  22. Kalau seumuran kita, mungkin bisa ngomong begini. Tapi kalau zaman masih SMA, wuuu... baru pacaran sebulan udah kayak mau menikah sama dia dan sehidup-semati.

    Ya lagi2 tergantung orangnya.

    Tapi aku pernah kok mengalami fase seperti itu. Dan kurasa wajar. Telpon2an lama, monthverssary, couple-an. Alay ya. Asal gak kebablasan. Gpp lah.. Suatu saat itu bakal jadi kenangan lucu dan bisa ditertawakan.

    :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kujuga pernah hahaha lucu banget emang. Cuma ya kalo inget sekarang geli juga hahaha

      Hapus
  23. kisahnya kek difilm raditya dika yaaaa, yang cinta brontosaurus itu wkwkw, persis banget... kek yang adiknya bilang itu juga sama wkkwkw

    BalasHapus
  24. Kenapa ya gambarnya aku kurang suka.. hehe

    Penasaran aku lagu efek rumah kaca. Langsung cari di youtube, penasaran nih.. he

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gapapa gak suka gambarnya, asal baca isinya hehe

      Hapus
  25. Jujur buat aku yang nggak punya basic sastra suka keder baca tulisan mbak tiwi, bahasanya itu gimana gitu lo...ah sulit diungkapkan dengan kata2. Jadi banyak belajar tentang tulisan dari mbak tiwi

    BalasHapus
  26. Bagiku, cinta tetaplah butuh alasan....
    Karena alasan juga butuh cinta...

    :)

    BalasHapus
  27. Semakin dewasa, (seharusnya) kita bakal ngerti kok kalo jatuh cinta itu pasti ada alasan :3 Gue setuju banget lah sama kamuh, Tiwi. Suka banget ah sama tulisan-tulisannya. Berisi. Kayak L Men. Btw gue nggak tahu film yang dimaksud itu film apa, walau nama karakternya itu sama kayak nama gueh :( Aku gagal jadi makhluk milenial kekinian :(

    www.magellanictivity.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Entah kenapa gue ngerasa aneh baca komentar kayak gini dari temen sekelas wkwkwk. Timaaci, Uti. :3
      Itu filmnya Raditnya Dika yang Cinta Brontosaurus, Ti.

      Hapus

Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer