Sudah lama rasanya tidak berlibur ke luar kota. Selain karena pekerjaan yang sedang menumpuk, biaya juga harus aku jadikan pertimbangan. Kalau kata orang-orang, berwisata itu ya tentang jalan-jalan ke segala tempat. Sampai lelah. Sampai jengah.
Namun, aku bukanlah tipe orang yang bisa dengan ikhlas merelakan waktu liburan untuk kelelahan. Bagiku, berwisata adalah kesempatan untuk memperoleh ketenangan bersama orang yang disayang. Oleh karenanya, ketika melancong ke luar kota, aku harus memperhatikan di mana akan tinggal.
Pilihan tempat menginap kini semakin banyak. Dengan harga terjangkau pun fasilitas yang mumpuni sudah bisa aku dapatkan. Pertanyaannya, penginapan mana yang paling cocok buat aku? Jawabannya adalah Airy! Kalau kamu?
Sebagai generasi digital yang segala urusan maunya diselesaikan secara virtual, Airy telah menyediakan perangkat yang benar-benar aku banget. Aku bisa dengan mudah melihat hotel mana yang tersedia melalui aplikasi secara real time. Transaksi pun dilakukan secara digital. Ya, tentu saja, bagi warga cashless sepertiku transaksi semacam ini membuatku bersuka cita.
Setelah selesai booking melalui aplikasi, aku tinggal meluncur ke hotel tujuan. Di sana aku sudah disambut dengan perangkat virtual check in yang lagi-lagi dapat diakses secara mandiri dengan teknologi digital. Check in hotel berasa semudah cetak tiket bioskop.
Melalui acara ini aku jadi tahu kalau Airy itu punya program bernama Airy Community. Eits, ini bukan komunitas pelanggan Airy. Bukan. Ini adalah program yang dirancang Airy untuk memberikan pelatihan tenaga kerja bagi mitra Airy. Jadi, pantas saja pelayanan Airy itu sangat bagus. Sebab pegawainya tidak asal comot, tapi benar-benar dilatih untuk bisa memiliki keahlian di bidang perhotelan.
Airy Community ini menurutku inisiatif yang bagus untuk memberdayakan masyarakat khususnya di sektor pariwisata. Sebab, hasil riset KataData menunjukkan bahwa banyak pegawai Airy yang merupakan lulusan SMA dan SMK non-pariwisata. Sehingga kemampuan mereka soal perhotelan butuh diasah lebih banyak lagi. Nah, di situ peran Airy Community ini bekerja.
Program ini nyatanya berhasil menyerap ribuan tenaga kerja yang ahli di bidangnya. Dan masih akan dikembangkan lagi cakupan program ini hingga seluruh Indonesia. Harapanku, sih, bukan hanya secara kuantitas saja, namun, kualitas tenaga kerja juga perlu jauh ditingkatkan sehingga mereka mendapat kesempatan yang lebar untuk meniti karir di bidang perhotelan secara profesional.
Selain Airy Community, ada juga inovasi lain yang diterapkan Airy, namanya Airy Ease. Airy Ease merupakan “kantor virtual” di mana pemilik hotel dan pegawainya mengerjakan administrasi perhotelan melalui layanan digital. Dengan cara ini, pekerjaan menjadi lebih efisien setidaknya 1,5 jam per hari.
Melihat bagaimana Airy berinovasi, mulai dari mempersiapkan tenaga kerja yang andal hingga akses administratif yang mudah, membuatku percaya bahwa Airy memberi dedikasi yang tinggi untuk meningkatkan perekonomian lokal. Tersebarnya cabang Airy di seluruh Indonesia tentu saja membuka lapangan pekerjaan yang besar. Penyerapan tenaga kerja ini menjadi kabar baik mengingat belakangan ini ramai dibicarakan di Twitter soal pemuda yang sengaja menganggur demi menagih janji Jokowi.
Acara diskusi yang formal itu ditutup dengan pertanyaan dari suamiku. Alih-alih ingat pertanyaannya apa, aku masih cekikikan kalau ingat dia disapa, “Silakan, Mbak.” oleh moderator. Untung aku tidak cekikikan sendiri waktu itu. Kurasa hampir satu gedung tertawa. Dasar, mas-mas gondrong.
Tabik
Pertiwi