Bersama Kakak | Your Favorite Devil's Advocate
flash fiction

Bersama Kakak

Jumat, Februari 20, 2015



Bersama Kakak


“Kamu Cinta. Kamu manusia. Kamu adikku. Ayuk, kita beli es krim.”

***

Pagi itu kamu menjelma hujan. Rintik-rintikmu jatuh beriringan. Di sana, kamu tampak ketakutan. Kembali tentang ditinggalkan dan kehilangan.
“Menurut kamu, aku harus pilih untuk membunuh pamanku atau ibuku?” tanyamu sembari menggunakan cutter itu untuk menyayat-nyayat pergelanganmu.

“Kak, stop it.”

“Kamu Cinta. Kamu manusia. Kamu adikku. Kamu bukan alien seperti mereka.”

“Iya, Kak. Ini Cinta. Ayuk, kita beli es krim.”

Sejatinya, aku tak pernah mengerti rasa apa yang menghinggapiku. Berada di dekatmu, selalu membuatku takut. Namun di balik itu, kenyamanan selalu turut.

Sedingin es krim, ialah kamu. kamu yang melulu menganggap mereka tabu. Membentuk halusinasi baru yang terlalu membelenggu. Berkali kukatakan, itulah semu. Namun kamu masih saja memercayai penglihatanmu.

“Dia selalu ada di ujung tempat tidurku, mengasah pisau dan siap membunuh,” jelasmu dengan tatapan kosong. “Cinta, mana yang harus kubunuh? Paman atau ibu?”

Kamu kembali menyayat pergelanganmu. Ah, aku mual dengan merah kental yang mengalir seperti itu. Namun di pundakku, ada janji yang harus kupegang teguh. Tiada hendakku untuk menjauh.

“Cinta, kurasa aku butuh dokter.”

“Mari kuantar. Sudah sejak berminggu lalu kukatakan, kan? Pergilah ke dokter, coba dengarkan kata-kataku.”

“Cinta, bunga di potmu mulai tumbuh. Kamu menyiraminya dengan sungguh-sungguh. Lihat, bungaku masih layu. Lebih kanak dari milikmu. Jangan tinggalkan aku.”

Sedetik kemudian mata kita bertemu. Kali pertama tatap kita berada pada satu titik temu. Pekatnya milikmu. 

***

Darah berceceran di mana-mana. Menggenang di sekitar tubuh seorang wanita. Tepat pada tanggal duapuluhdua. Saat di mana dia bertambah usia. Kak Frida, menghampiri ajalnya. Ya, setelah berkali dia menusukkan cutter itu ke jantungku sebelumnya.

***

Aku menggandeng tangannya, baru saja dia bangkit dari pusara yang basah.

“Kamu Cinta. Kamu manusia. Kamu adikku. Ayuk, kita beli es krim.”

Dan kami berjalan bergandengan, menembus kerumunan orang berbaju hitam yang terisak. Pada pusara kami berdua.



 Tamat



 

Pertiwi Yuliana




NB: #memfiksikan minggu kelima, nih! Temanya HANTU. Demi apa, gue blank! Baru dapat ide bikin FF ini setelah sesorean tadi ngobrol sama dosen dan salah seorang teman. Terima kasih :*


Skizofrenia adalah gangguan mental yang ditandai dengan gangguan proses berpikir dan tanggapan emosi yang lemah. Keadaan ini pada umumnya dimanifestasikan dalam bentuk halusinasi, paranoid, keyakinan atau pikiran yang salah yang tidak sesuai dengan dunia nyata serta dibangun atas unsur yang tidak berdasarkan logika, dan disertai dengan disfungsi sosial dan pekerjaan yang signifikan.

You Might Also Like

22 komentar

  1. oh jadi dia kena skizofrenia? tapi yang kena siapa? cinta atau kakaknya? menurut gua sih ini bukan horor. ini psikopat -_-. thriller.

    BalasHapus
  2. Baru mampir langsung ketakutan sama tulisannya. :)) *ifyouknowwhatimean~
    Serem. Aku bacanya sampe meluk guling. XD
    Kasihan orang yang menderita begitu, Wi.
    Meski nggak serem. Ceritanya manteplah! Gue udah paham ciri khas tulisan lu. Penuh diksi yang keren. Ahaha.

    BalasHapus
  3. Hoaaah. Baca dua kali baru paham. Ah, otakku loadingnya lama. -_-"
    Jadi, yang kena skizofrenia itu kakaknya, ya?
    Jahat kakaknya. Cemen nggak berani mati sendirian, jadi ngajak-ngajak adeknya. :(

    BalasHapus
  4. Tiw, hantunya dimana? :3 Tapi ini serem. Ngebayangin di depan lo ada yang mengidap skizoferania. "Mau tangan dulu apa kaki dulu yang aku potong? Matanya aku cungkil, ya? Pake tusuk gigi ini." :3

    BalasHapus
  5. Sungguh kakak yang kejam dan adik yang malang :(

    BalasHapus
  6. *bentar-bentar, gue nyusun kalimat berima dulu biar pas*

    Sepertinya, kamu deh, Tiw, yang mesti diperiksa. Deskripsi yang tertera, seolah menjadi pertanda kalo kamu psikopat di dunia nyata. Namun tak kusangka, hantu juga memiliki rasa takut yang sama. Laksana manusia, Makanya dia bangkit berdua. Minta ditemenin kan ya?

    Namun, meski fokusnya malah ke skizofrenia, alur ceritamu indah dicerna. Aku tak kuasa kalo melewatkannya. Tapi maukah di cerita lainnya, kau tidak menggunakan cutter sebagai senjata? Karena aku perih membayangkannya. Mending diganti pedang saja, biar semua orang melantunkan suara gema,

    "AWAAAS... NANCEEPPP..."

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gue mah kalem banget, Haw. Lo gak tau aja.

      Ini seninya :p

      Hapus
  7. hahahahaahahahaahahahahahahahahaahahaahahahahahahahahahahahahaahahahahahhahahahahahahahahahahahaahahahahahahahahahahahahahahahahahahhaahhaahahahahahahahahahahahahahahahah, komentar ke 2 sama ke 7 lucu :))

    BalasHapus
  8. Kayak efek orang dehidrasi akut. Sama-sama kena efek halusinosis. Ya, mirip orang ngelem atau nge-mushroom lah, ya. Bedanya ini berawal dari mindset. Gitu kan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, tapi efeknya jauh lebih parah kalo ini. Nyata, lho, cerita di atas.

      Hapus
  9. Kenapa sih kalau baca punya orang gue seneng, tapi kalau tulisan gue sendiri gue males -_-

    BalasHapus
  10. Cerita hantu yang beda dari biasanya :). Tapi tetep ada rasa bikin merinding pas baca ...

    BalasHapus

Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer