Menjalani hubungan jarak jauh memang bukan hal yang baru bagiku. Mulai dari Jakarta-Bogor sampai Jakarta-Melbourne pernah kuicip di masa putih-abu. Selepas itu, Jakarta-Jogja pun pernah begitu lekat denganku. Lalu sekarang, menggulung jarak antara Jakarta-Solo menjadi hobi yang begitu menyenangkan untukku. Kenapa, sih, suka sama yang jauh-jauh gitu, Tiw?
Sebenarnya, mah, ya bukan sengaja nyari yang jauh. Toh, jauh ataupun dekat bukan masalah asalkan pribadinya menyenangkan. Pernah ada, sih, yang dekat. Satu kampus, satu fakultas, satu jurusan, satu prodi, bahkan satu kelas, tapi posesifnya gak ketulungan. Ya gimana mau bikin nyaman? Lebih baik jauh dengan selipan kepercayaan yang utuh, kan? Kayak sekarang.
“My love for you was the most important thing in my life. For better or worse, it made me understand who I am.” – Carl G. Jung, A Dangerous Method.
Sebelumnya, aku seringkali mempertanyakan, “Gimana mau menyayangi orang lain kalau gak bisa menyayangi diri sendiri?” Dan, kali ini Semesta menjawab dengan begitu canggih. Memperkenalkanku dengan orang yang membuatku ingin mengenalnya lebih jauh sekaligus memahami bagaimana diriku. Sambil menyelam minum air. Bentangan kilometer bukan menjadi alasan untuk tidak memilih satu sama lain.
Sebagai pejuang LDR (lagi), bolak-balik Jakarta-Solo sudah menjadi hal yang rutin. Baru kali ini, sih, LDR dan bisa main ke kota lain. Dan ternyata, rasanya semenyenangkan ini. Kadang, aku suka berandai bagaimana jika aku memiliki pintu ke mana sajanya Doraemon. Namun kemudian, aku teringat bahwa seni dari hubungan berjarak ialah jarak yang terbentang luas. Bagaimana proses menunggu sembari menabung rindu. Dan bagaimana menghitung kilometer yang mulai tergulung untuk mencapai temu.
Beruntungnya, melipat jarak bisa kulakukan dengan begitu mudah. Pilihan transportasi umum yang beragam, pun dengan jalan yang terbilang lancar membuat urusan jarak menjadi lebih gampang. Jalan bebas hambatan, atau yang dikenal sebagai jalan tol, sudah ada di mana-mana. Membuat mobilitas dan aksesibilitas kita meningkat pastinya.
Ngomong-ngomong soal jalan tol, 5 Oktober 2017 lalu, aku beruntung bisa ikut ngobrol santai bersama Menteri BUMN, Ibu Rini Soemarno, dalam acara yang diselenggarakan oleh BUMN Untuk Negeri di Plaza Mandiri. Konsep ngobrol di taman tebuka dengan sajian live music dan aneka jajanan ini benar-benar membuat para hadirin berbaur dan menikmati acara tersebut. Apalagi… ada abang pemain saxophone yang bikin hati adek meleleh. Duh…
Ibu Rini Soemarno hadir dengan ditemani oleh jajaran direktur BUMN. Di dalam acara tersebut, Ibu Rini memaparkan peran BUMN dalam pembangunan yang berjalan di masa pemerintahan Pak Jokowi, khususnya jalan tol. Pembangunan infrastuktur, seperti jalan tol ini, merupakan suatu amanah langsung dari kepala negara kita dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian dan pengentasan kemiskinan.
Upaya BUMN untuk kembali menghidupkan pembangunan jalan tol Trans Jawa yang tak kunjung selesai sejak 1996 pun dibeberkan kepada awak media yang menghadiri ngobrol santai tersebut. “Setelah ditelusuri, ternyata selama ini terkendala banyak lahan yang belum bebas. Pihak swasta yang memegang akhirnya tidak mau menggarap lahan yang belum bebas. Kemudian, Dirut Waskita Karya menyarankan untuk membeli izin yang dibeli swasta. Akhirnya, kita garap,” jelas Ibu Rini Soemarno.
Bagiku pribadi, sih, progres penyelesaian jalan tol Trans Jawa ini berjalan dengan cukup baik. Kalau mengacu pada penjelasan Ibu Rini, jalan tol yang terbentang dari Merak sampai Jawa Timur sepanjang 1.270km ini akan siap di tahun 2018 mendatang. Alhamdulillah, ya, jalan untuk memangkas jarak jadi lebih mulus. Berbahagialah kalian, wahai sesama pejuang LDR!
Untuk kalian yang di luar Pulau Jawa, jangan khawatir. Sebab, pembangunan jalan tol ini tidak hanya berpusat di Pulau Jawa, tetapi pembangunan jalan tol juga diperluas dengan membangun jalan tol Trans Sumatera. Sesungguhnya, proyek jalan tol Trans Sumatera ini sudah ditender sebanyak tiga kali, tetapi belum ada yang mau membelinya karena keekonomian proyek tersebut tidak tampak.
“Kalkulasi sampai 2015, IRR (Internal Rate of Return) tidak cukup. BUMN ditugaskan ambil ini dengan Hutama Karya dan didukung karya lain. Insya Allah, Bekauheni-Palembang bisa dilalui pada Agustus 2018. Setelah itu, kita juga kita bangun jalan tol Trans Sulawesi dan Trans Kalimantan,” papar Ibu Rini Soemarno. Aamiin. Semoga semuanya lancar sesuai dengan target ya, Bu!
Sumber: pexels.com |
Oh iya, tujuan dan manfaat dari jalan tol—selain membahagiakan para pejuang LDR sepertiku, wk—bisa kita rangkum menjadi poin-poin di bawah ini.
Tujuan jalan tol:
- Memperlancar lalu lintas di daerah yang telah berkembang.
- Meningkatkan pelayanan distribusi barang dan jasa guna menunjang pertumbuhan ekonomi.
- Meningkatkan pemerataan hasil pembangunan dan keadilan.
- Meringankan beban dana pemerintah melalui partisipasi pengguna jalan.
Manfaat jalan tol:
- Pembangunan jalan tol akan berpengaruh pada perkembangan wilayah dan peningkatan ekonomi.
- Meningkatkan mobilitas dan aksesibilitas orang dan barang.
- Pengguna jalan tol akan mendapat keuntungan berupa penghematan biaya operasi kendaraan (BOK) dan waktu dibanding apabila melewati jalan non-tol.
- Badan Usaha mendapatkan pengembalian investasi melalui pendapatan tol yang tergantung pada kepastian tarif tol.
Nah, tujuannya baik sekali, kan? Manfaatnya pun bisa menguntungkan masyarakat banyak. Jadi, yuk dukung dan bantu terus kinerja pemerintah dalam membangun infrastruktur negara. Aku senang, kamu senang, kita semua senang.
By the way, aku suka sekali melihat pembawaan dari Ibu Rini Soemarno ini. Tampak sangat fun, ramah, suka bercanda, pokoknya menyenangkan. Kalau kebanyakan imej pemimpin itu serius, Ibu Rini Soemarno menampilkan pribadi yang lain. Suka sekali melucu dan tampak berbaur tanpa pandang bulu. Pribadi pemimpin yang patut untuk dijadikan contoh, nih, yang begini. Santai, tidak menegangkan, tetapi tetap serius mencapai tujuan.
Untuk menutup tulisan ini, aku mau kasih kutipan terakhir dari Ibu Rini yang cukup menampar untuk membuat kita berpikir dan berusaha lebih giat lagi.
“Indonesia ada di urutan ketiga dalam jumlah populasi dunia, maka seharusnya Indonesia memiliki perusahaan-perusahaan berkaliber dunia.” – Ibu Rini Soemarno, Menteri BUMN.
Tabik!
Pertiwi