Jadi, Apakah Kuharus Hijrah ke Xiaomi? | Your Favorite Devil's Advocate
sponsored

Jadi, Apakah Kuharus Hijrah ke Xiaomi?

Jumat, Juni 23, 2017


Jadi, Apakah Kuharus Hijrah ke Xiaomi?

Ada kata jatuh di dalam jatuh cinta. Maka dari itu, wajar saja bila seringkali kita merasa sakit hati karenanya. Ya, namanya juga satu paket. Sudah menjadi hal yang lumrah bila bahagia diiringi duka. Perihal hati tentu akan sangat luas. Bukan melulu mengenai seseorang yang sudah, sedang, atau akan menjadi pasangan kita. Pun tentang segala sesuatu yang ada di sekitar.
Beberapa waktu lalu, aku sempat patah hati habis-habisan mendapati hasil pemungutan suara untuk pemilihan kepala pemerintahan ibukota. Bagaimana tidak? Sebab sejak beliau menjabat, kudapat rasakan betul kerja nyatanya. Bukan sekadar omongan belaka. Namun benar-benar bergerak. Mungkin angka menyatakannya kalah, tapi di hati orang-orang yang tau jasanya beliau tetaplah juara.
Jika ingin mundur lebih jauh, ada patah hati yang lebih dalam dari itu. Saat di mana aku baru melepas seragam putih-abu. Saat di mana aku harus memendam mimpiku sementara waktu karena perihal yang sungguh tak masuk dalam pikirku. Melepas kesempatan melanjutkan studi di negara yang menjadi anganku karena terpentok restu ibu. Katanya, “Kamu perempuan, bahaya sendirian di negeri orang.”
Dan patah hati lagi. Patah lagi. Masih banyak lagi.
Lepas dari berapa banyak patah yang sempat kuderita, aku selalu mencoba untuk bergerak dari keadaan yang membuatku tampak tak berdaya. Sejauh ini, kurasa aku selalu berhasil melakukannya. Atau paling tidak, menutupi kegagalan yang kupunya. Namun, ya, patah hati selalu memiliki celah untuk masuk ke dalam kehidupan kita. Kali ini, kegalauanku datang dari patah yang disebabkan oleh sebuah benda yang selalu denganku di mana dan kapan saja.
Smartphone.
Jujur saja, aku hampir tidak bisa lepas sama sekali dari benda itu. Sebab kalau dihitung-hitung, sebagian besar hal yang kukerjakan dalam hidupku ada di dalam situ. Maka, aku membutuhkan smartphone dengan performa yang kuat untuk menemani keseharianku.
Dua tahun lalu, saat pertama kali menggenggam smartphone yang kugunakan sekarang, rasanya bahagia sekali. Ya, seperti jatuh cinta pada genggaman pertama. Namun seiring berjalannya waktu, kumesti sering-sering mengelus dada. Hingga pada masa sekarang, di saat aku sedang butuh-butuhnya teman kerja (smartphone) dengan performa maksimal, dia malah membuatku kecewa. Seringkali dia mati tiba-tiba, meninggalkanku dengan setumpuk task yang mestinya kukerjakan saat itu juga dengannya.
Pada akhirnya, keinginan untuk hijrah pun meletup-letup di kepala.
Ke beberapa grup WhatsApp aku sempat curhat dan bertanya, “Enaknya ganti apa, ya?”
Dari semua jawaban yang terkumpul, banyak sekali yang menyebut brand Xiaomi. Aku dikelilingi banyak sekali Mifans rupanya, ya. Untuk memantapkan hati, aku bertanya kepada seorang teman yang juga merupakan seorang techno blogger yang cukup sepuh. Dengan budget yang kupunya, dia menyarankan aku untuk membeli Xiaomi Redmi 3 Pro
Jadi, Apakah Kuharus Hijrah ke Xiaomi?
Kemudian, langkah selanjutnya yang aku lakukan adalah membuka peramban dan mulai mencari detail spesifikasinya. Ternyata, Xiaomi Redmi 3 Pro ini memiliki bentangan layar 5 inchi yang dibekali dengan kebutuhan fotografi yang superior. Oh iya, aku ingat. Aku pernah minta tolong Dian untuk foto OOTD di salah satu event dengan menggunakan Xiaomi Redmi 3 Pro-nya. Dan aku langsung suka dengan hasil jepretan beningnya.
Resolusi kameranya mencapai 13 megapiksel dengan fitur Phase Detection Autofokus + LED Flash. Nah, kalau untuk keperluan selfie, kamera depan Xiaomi Redmi 3 Pro yang memiliki resolusinya sebesar 5 megapiksel ini bisa menjadi solusi. Wah, lumayan ya untuk produk yang memang ditujukan untuk mengisi persaingan kelas menengah.
Selain itu, untuk menyembuhkan patah hatiku pada smartphone yang kuugunakan sekarang, aku membutuhkan kapasitas baterai yang berukuran besar. Baiknya, Xiaomi Redmi 3 Pro ini juga punya jawaban dengan menyodorkan kapasitas baterai sebesar 4100 mAh yang dilengkapi dengan fitur fast charging! Kalau kayak gitu, sepertinya kubisa lebih tenang jalan ke mana-mana. Gak perlu waswas kehabisan baterai atau smartphone-nya mati tiba-tiba lagi.
Isi hati, kepala, dan kantong tampaknya sudah sinkron. Kegamangan selanjutnya adalah… malas cari ke toko fisik. Sebab, mesti sedia waktu dan tenaga lebih untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Yha, manusia zaman sekarang maunya serba cepat dan instan. Kemudian, kuteringat bahwa Dian membeli Xiaomi Redmi 3 Pro-nya secara online. Langsung saja kutanya-tanya.
“Dian pakai Xiaomi Redmi 3 Pro kan, ya?”
“Iya, Wi, kenapa?”
“Beli online, kan? Di mana itu?”
“Di MatahariMall.com, Wi.”
“Wah, aman gak? Lama gak sampainya?”
“Aman-aman aja, sih. Gak lama juga. Pas bayar malam, lusa sampai barangnya. Belilah, Wi. Kameranya bagus. Hahaha.”
“Mau, makanya tanya-tanya dulu. Yaudah, makasih, ya.”
“Yoo.”
Sepertinya modal searching dan tanya-tanyaku sudah cukup. Untuk menggantikannya yang sudah membuatku kecewa dan hatiku patah, Xiaomi Redmi 3 Pro seolah mengulurkan tangannya dan mengajakku beranjak untuk hijrah. Jadi gimana, nih? Ya, tinggal beli. Yeay~



Salam,

Pertiwi Yuliana

You Might Also Like

0 komentar

Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer