ALIVE MUSEUM dan ALIVE STAR: Persinggahan Apik Penikmat Seni | Your Favorite Devil's Advocate
review

ALIVE MUSEUM dan ALIVE STAR: Persinggahan Apik Penikmat Seni

Minggu, Maret 05, 2017

ALIVE MUSEUM dan ALIVE STAR: Persinggahan Apik Penikmat Seni
Original illustration by Henn Kim
“Tiw, lo kenapa gak kuliah jurusan matematika aja, sih? Nilai matematika lo, kan, bagus.”

“Dari SD maunya sastra Indonesia, emang kenapa?”

“Mau jadi apaan lo kuliah jurusan kayak gitu?”

“Penulis.”

Beradu argumen perihal kuliah-mau-jurusan-apa sudah menjadi hal lumrah untuk siswa kinyis-kinyis yang berada di ujung masa mengenakan seragam putih-abunya. Banyak yang bingung, tak sedikit yang mantap, dan ada pula yang ditentang. Sepertiku, dahulu. Hingga kini, saat menyandang status sebagai mahasiswa akhir jurusan sastra Indonesia, masih ada pula yang mempertanyakan hal macam demikian.

Sedih? Iya, sih, saat suatu ketika mendengar jokes dari sekelompok anak teknik yang berisi:

“Sastra Indonesia? Emangnya belum lancar baca sama nulis? Hahaha!”

Miris.

Padahal, berada di dunia sastra membuatku lebih paham perihal seluk-beluk kehidupan. Kok bisa? Ya, dari banyaknya kajian yang kami lakukan. Puisi doang? Cerpen doang? Novel doang? Mungkin tampaknya iya, tapi tidak jika ditelusuri lebih dalam. Banyak cabang keilmuan yang dipelajari dalam kajian kesusastraan. Filsafat, psikologi, kajian budaya, dan masih banyak lagi. Kalau dijabarkan, kubisa ngoceh ngalor-ngidul gak berhenti-berhenti.

ALIVE MUSEUM dan ALIVE STAR: Persinggahan Apik Penikmat Seni

Fakultas Bahasa dan Seni.

Aku berada di sebuah fakultas dengan nama yang sangat cantik, Fakultas Bahasa dan Seni. Kubilang cantik karena dua unsur yang meramaikan kehidupanku sejak dulu kala ada di situ, bahasa dan seni. Di kampus hijau itulah aku mulai menyadari bahwa kecintaanku sebenarnya bukan sekadar pada bidang sastra, tapi lebih kepada dunia seni yang lebih luas.

Sastra itu seni, lho. Seni merangkai kata. Banyak yang salah tafsir mengira kumau jadi guru bahasa Indonesia soalnya. Enggak. Gak mau. Maunya jadi editor, biar kejam-kejam ngangenin gitu.

Di dunia kampus, kulebih bisa mendalami aku dan duniaku. Ya, aku bukan mahasiswa yang aktif di kampus sebetulnya. Apalagi aktif ikut demo sampai melakukan animal abuse, sangat tidak berperikehewanan. Dan, memalukan. Belum lagi bikin macet jalan. Jakarta sudah ngetop sekali macetnya tanpa ada demo, mahasiswa mestinya berpikir untuk menanggulangi itu. Bukan malah menambah masalah yang sudah ada menjadi lebih besar. Di mana “maha”-mu, wahai mahasiswa?

Di dunia seni, pemberontakan-pemberontakan untuk segala lini banyak sekali dilakukan. Dan yang pasti, caranya jauh lebih elegan daripada turun ke jalan tanpa benar-benar paham apa yang sedang mereka lakukan. Kusangat jatuh hati pada mural-mural yang dibuat anak-anak seni rupa di kampusku. Satir yang sangat bisa untuk dinikmati. Dengan kenikmatan itulah banyak kesadaran yang mulai bermunculan. Kesadaran-kesadaran itulah yang nantinya menjadi modal besar dalam melawan.

“There is ART in your heART.”

Salah satu ciri anak sastra Indonesia yang nyeleneh itu tiap hari ke kampus bukannya bawa KBBI malah bawa sketch book. Dari kecil memang sudah suka gambar, sih, tapi baru mulai melirik realism sketch mulai 2013. Semakin ke sini semakin menjadi-jadi, apalagi setelah semakin dekat dengan CorelDRAW. Mulai dari line art, vector art, hope style, akan menyusul pop art dan WPAP. Satu yang pernah kucoba tapi belum kunjung berhasil, menggambar tiga dimensi.

ALIVE MUSEUM dan ALIVE STAR: Persinggahan Apik Penikmat Seni
Hi, my biggest enemy! 
Sejak zaman masih rajin bikin realism sketch, ke rangkaian gambar digital, sampai sekarang balik manual bikin handlettering, belum juga berhasil. Entah berapa video Youtube yang sudah kutonton sebagai panduan. Sulit, memang. Sebab itu kuselalu terkesima melihat banyaknya teman yang mengunggah foto mereka yang berkunjung ke museum tiga dimensi.

Dari kekaguman dan rasa penasaran, akhirnya Semesta berbaik hati memberikan kesempatan kepadaku untuk berkunjung ke Alive Museum dan Alive Star yang ada di Ancol Beach City Mall, Jakarta. Dengan memasang label sebagai wahana liburan keluarga, Alive Museum dan Alive Star menyajikan pengalaman yang menarik dalam menikmati gambar-gambar tiga dimensi dan pertemuan ala-ala dengan tokoh idola.

ALIVE MUSEUM dan ALIVE STAR: Persinggahan Apik Penikmat Seni

Pertama kali menginjakkan kaki di wilayah Alive Museum dan Alive Star, aku langsung mencuri-curi pandang pada lukisan baby Van Gogh yang ada di dinding. Konyol. Biar yang lain berfoto dengan Elsa (Frozen) dan Putri Salju beserta para kurcacinya, lukisan baby Van Gogh lebih tampak artsy buatku. Menggelitik sekali melihat penampakkan pelukis The Starry Night dalam bentuk mungil dengan pose yang sungguh tabok-able.

ALIVE MUSEUM dan ALIVE STAR: Persinggahan Apik Penikmat Seni
Opa, mau disisirin, gak?
Bukan hanya baby Van Gogh, patung lilin penemu teori relativitas pun sudah siap menyambut sebelum masuk ke Alive Museum dan Alive Star. Sebagai seorang pengidap disleksia yang dulunya dipandang sebelah mata, Albert Einstein mampu membuktikan kepada dunia bahwa dirinya berbeda dan luar biasa. Budaya popular kini mengenal namanya bersinonim dengan kejeniusan. Sungguh sesuatu yang sangat mengagumkan! Ada satu quote-nya yang paling kusuka, yaitu:

“Imajinasi lebih berharga daripada ilmu pengetahuan. Logika akan membawa Anda dari A ke B, imajinasi akan membawa Anda ke mana-mana.” – Albert Einstein.

ALIVE MUSEUM dan ALIVE STAR: Persinggahan Apik Penikmat Seni

And welcome to the imagination world!

Sebelum masuk ke berbagai macam zona di dalam Alive Museum, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar hasil foto yang kita ambil nanti bisa maksimal. Pertama, mengambil foto dari titik yang disediakan. Kedua, memastikan jarak antara kamera dan lukisan. Dan yang ketiga, jangan sampai kameranya goyang supaya hasilnya apik dipandang. Ya, PR untuk mengambil gambar ilusi tiga dimensi memang demikian adanya. Susah-susah gampang. Kalau perkiraannya salah, jadi gak tampak tiga dimensinya.

Di dalam Alive Museum, kita dapat merasakan sensasi tersendiri melalui tampilan ilusi optik dan media seni yang dibangun dengan ide cemerlang dengan menggabungkan berbagai kegiatan interaksi yang mampu membuat kita merasakan langsung pengalaman spesial yang unik. Sebagai bagian dari kaum milenial kekinian, museum ini jelas tidak boleh dilewatkan. Selain bisa menikmati kesenian dengan cara yang berbeda… ini Instagramable banget! Hasrat OOTD-ku membuncah pecah di sana.

ALIVE MUSEUM dan ALIVE STAR: Persinggahan Apik Penikmat Seni
Mau OOTD tapi kakiku lepas :(

ALIVE MUSEUM dan ALIVE STAR: Persinggahan Apik Penikmat Seni
Mau OOTD tapi kelibet-libet, gimana ini? :(
Nah, kalau di Alive Star, kita bisa menemui tokoh-tokoh dunia. Aku, sih, tetap paling histeris saat ketemu figur Batman di Alive Star. Teriak dan jingkrak seketika. Kuingin punya senter pengecilnya Doraemon, kukecilkan Batman yang gagah itu, lalu kumasukkan ke dalam tas tanpa wajah berdosa, kubawa pulang, dan aku bahagia. Dongeng singkat yang aduhai, bukan?

ALIVE MUSEUM dan ALIVE STAR: Persinggahan Apik Penikmat Seni
Abang ke mana aja? Kangen tau! Pulang, yuk.
Serius, ah.

Sempat pegang-pegang bewok tipisnya Christiano Ronaldo, sih, tapi gak begitu berkesan. Ya, karena kubukan pengagumnya juga kali, ya. Jadi, biasa aja. Lebih masuk ke dalam… Pablo Picasso menyambut lengkap dengan atribut lukisnya. Pelukis beraliran kubisme ini sudah sangat menarik perhatianku sejak zaman putih-biru. Selain Affandi dan Van Gogh, Picasso begitu pandai merenggut hatiku dengan karya-karyanya.

ALIVE MUSEUM dan ALIVE STAR: Persinggahan Apik Penikmat Seni
IDOLAAAAA! :'D
Apalah daya seorang pencinta seni jika disuguhkan karya-karya yang apik? Meleleh.

Ada banyak tokoh yang dapat kita jumpai di dalam Alive Star. Kalau mau tau siapa aja tokoh yang ada di sana, kamu bisa datang sendiri dan rasakan sensasi bertemu idolamu. Peluklah sesuka hati sepertiku memeluk Batman, genggamlah tangannya sepertiku menggenggam Steve Jobs, duduklah berdampingan dengannya sepertiku dan Abraham Lincoln. Bahagia mana lagi yang akan kamu dustakan?

ALIVE MUSEUM dan ALIVE STAR: Persinggahan Apik Penikmat Seni
Sepatu samaan aja aku mau, apalagi frekuensi hati?

ALIVE MUSEUM dan ALIVE STAR: Persinggahan Apik Penikmat Seni

Untuk mengunjungi Alive Museum dan Alive Star, kamu hanya cukup merogoh kocek masing-masing Rp100.000 saja. Atau, untuk tiket terusannya bisa kamu dapatkan dengan harga Rp150.000! Untuk keseruan yang hadir di dalamnya, kurasa angka tersebut worth kok.

Oh iya, aku ke sana gak sendiri. Iya LDR tapi gak segitu kesepiannya, kok. Yang jomblo aja gak kesepian. Ya gak, Nur? Egimana? Pada kesempatan tersebut aku mengunjungi Alive Museum dan Alive Star bersama beberapa bloger lainnya. Nah, kamu bisa ajak keluarga, teman, sahabat, pacar, gebetan, mantan, atau sahabatnya pacar kamu buat main-main di zona tiga dimensi dan sensasi ketemu idola sambil peluk-peluk manja.

ALIVE MUSEUM dan ALIVE STAR: Persinggahan Apik Penikmat Seni
Photo by: suaminya Mbak Mira
Oh iya, kumau kasih tau beberapa hal yang paling kamu butuhkan saat bekunjung ke Alive Museum dan Alive Star, antara lain:
  • Kamera. Kamu harus bawa kamera, minimal kamera telepon genggam dengan kualitas yang bagus. Karena, sayang sekali kalau main ke Alive Museum dan Alive Star tapi gak diabadikan. Sungguh janganlah menjadi kaum yang merugi di kemudian hari.
  • Memori yang cukup luang. Kubisa pastikan kamu akan ambil lebih dari sepuluh foto di dalam Alive Museum dan Alive Star. Atau mungkin lebih dari dua puluh? Atau tiga puluh? Atau lima puluh? Aku, sih, tujuh puluhan aja kok.
  • Ekspresi. Yak, untuk menunjang fasilitas gambar tiga dimensi dan patung para tokoh yang tersedia, ada baiknya kalau kita berbekal ekspresi yang cukup beragam agar hasil foto bisa lebih hidup dan membuat iri teman-teman.
  • Kuota. Untuk mengunggah hasil fotonya.

Udah, ya, gitu aja. Ada yang mau ngajak aku main lagi, gak?

ALIVE MUSEUM dan ALIVE STAR: Persinggahan Apik Penikmat Seni
Duet Senja ❤





Tabik!




Pertiwi



Photo doc. by @ranurri
Makasih, lho, mau handphone-nya penuh fotoku. Mwah!

You Might Also Like

58 komentar

  1. Wuedyaan.. Apan van Gogh jadi kek gitu anjer. Tapi untunglah itu cuma artwork saja. Bukan kloningan. Btw, semua aja dipelukin, Non. Sayangnya keras ya? Padahal kalau denganku ada glenyuk-glenyuknya dikit.

    Btw, gak ah 150 dapet segitu worth it. Elu aja gratisan. Huahahaha.

    Dan satu lagi. Kampusmu mengaku sebutannya kampus hijau? Kampusku kok juga? Bedanya lu ijo cat tembok. Kampusku ijo daun. Suara dengarkanlah aku.. Apa kabarnya pujaan hatiku..

    BalasHapus
    Balasan
    1. BGST! Wakakakak.

      Nanti denganmu ada waktunya sendiri dan tidak untuk dipublikasi. Itu privasi. :p

      Apaan semua-muanya aja disama-samain. Almetmu itu ijo telor bebek. Gurih-gurih gimana gitu~

      Hapus
  2. Wah itu bayarnya berapa sih? Tempatnya seruuuuuuu bisabuat ngerusuh dan ndusel-ndusel ke saudara sepersisiran gue. Muahahaha. \:p/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masuk Alive Museum dan Alive Star masing-masing 100k, Di. Tapi kalau beli tiket terusan langsung untuk keduanya, harganya jadi 150k. Ajak Riska coba ke sana wkwkwk

      Hapus
  3. keren banget tempatnya. itu yang badannya misah gitu gimana caranya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayo gimana hayoo? Main dong ke sana biar tau.

      Hapus
  4. yokkk masuk FBS lebih bisa ngerasiin nikmatnya hal hal diluar logika..hahaha

    BalasHapus
  5. eh ternyata ada di jakarta ya, kukira ada diluar kota.

    BalasHapus
  6. Tiw, aku agak mirip-mirip sama Tiwi. Bedanya aku justru di SMA maksa harus masuk jurusan bahasa. Dulu SMA tempat aku masuk ngejanjiin bakal ada jurusan bahasa, pas di kelas 2 akhir ternyata dibatalkan. Aku ngotot maksa pindah sekolah demi jurusan itu. Sayangnya kuliah ambil komunikasi massa, mulai lupa deh sahabatan sama KBBI sampai akhirnya keja di hotel. (ehhhh curhat!)
    Ngunjungin Alive Museum sama Alive Star emang seru ya. Bebas berkreasi. Bisa pelukan sama idola.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahaha ayuk temenan sama KBBI, seru lho. Eh tapi Mbak Dian udah sahabatan sama KBBI sejak jadi satpam di grup WB kayaknya hahahak
      PELUK BATMAN!

      Hapus
  7. Huaaaa, alive museum seru beuudddd..... Aku juga udah ke sana dong..
    Btw, aku ngeri-ngeri sama Alive Star. Isinya patung-patung gitu, aku taku dikedipin :3

    BalasHapus
  8. Pantesaaaan blogger2 sebelah juga pada bahas alive star. Duh, pengen ikut deeeeeh

    BalasHapus
  9. Oh tidak! Setelah nuri lalu tiwi. Minggu depan aku akan ke sana. Wkwkwkkwwk..
    Oh ya tiwi, poto yang versayap kamubkurang ke bawah. Jadi keliatannya kayak kamu punya sayap di pinggang hihihi.. Ah, antimainstream sih

    BalasHapus
  10. Wqwqwq. Ketawa ajalah sama yang suka meremehkan bahasa Indonesia. Lagian, itu semua soal pilihan hidup mau apa pun jurusannya dan gimana kariernya kelak. :))

    Anjir, bagus-bagus amat itu. Tapi lumayan mahal, yak. Jauh pula kalau naik motor. :(
    Eh, ada patung Joker gak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ngeselin emang, tapi yaudahlah ya :))

      Gimana yang udah ke sana? Wkwkwk

      Hapus
  11. haahahaaa.. lucu-lucu foto n captionnya si mba. EH itu sepatu endorse ya wkwkwk

    BalasHapus
  12. wah ini bagus2 ya, kaya di jogja tapi dijakarta belum pernah nyoba. Mau ah kapan2 kesana

    BalasHapus
  13. edan museumnya bagus banget buat nyari object foto dan stock dp foto profil. Jadi pingin kesana nih penasaran

    BalasHapus
  14. Kampus ku juga ijo ijo lho tapi jurusannya ngga sama. Etapi museum 3D nya itungan murah klo masuknya cuman 100K. Di tempat lain bisa berkali kali lipat sik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya lumayan untuk memanjakan gairah gonta-ganti profile picture mah hahaha

      Hapus
  15. Di Medan juga ada museum 3d, karenabaru buka bad I masuknya didiskon 50%, tapinggak ads patung lilinnya.

    BalasHapus
  16. Wah ini namanya jalan-jalan sambil edukasi sejarah dan kesenian ya. menarik juga ulasan mengenai museumnya.
    Saya jadi tertarik mengunjungi Alive Museum dan Alive Star.
    Terima kasih sharing pengalamannya Mbak Tiwi

    BalasHapus
  17. Aaaaaaakkkk. Keren kaliiikkk. Most recomended museum ya. Idih, ga boleh absen kesini nih kalo ke Ancol.

    Btw, sampe segitunya meluk Batman. 😂😂😂

    BalasHapus
  18. jadi tau kl tiwi kuliahnya sastra Indo ☺️����
    bs belajar bahasa Indo sesuai EYD yak, hehe inget tiap senin di wb.


    bagus nih di Indo ada patung lilin ya, jd pingin kesana gak ada beda hrg tiket masuk kan kl wiken sama wikdey

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada kalo gak salah, beda 20ribu. Tapi lagi ada promo katanya, tuh. Bisa dapat gudibeg pun. Heu.

      Hapus
  19. Hmm, sama kayak aku, masuk Sastra Inggris malah dikira mau jadi guru bahasa inggris, kadang juga dibilang engga cinta Indonesia karna milih sasing padahal kan bukan gitu:(

    Btw. Masya'Allah, Alive Museum sama Alive Star kereeennn banget! Bisa dijadiin spot foto yang instagram-able. Aku kapan bisa kesana ya? Huhu u,u

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan hanya aku yang merasakan keresahan ini :(

      Ayuk dong ke sini hahaha seru tau.

      Hapus
  20. Seru museumnya nampaknya. Oh iya, anak2 seumuran balita boleh masuk tdk ya? Dan apa bayar tiket jg? thx

    BalasHapus
  21. Alive musium ada patung lilinnya jugaaa, kirain gambar 3D doang!

    Btw, dl aku belain masuk IPA gara2 suka MTK. Ternyata pasionku malah ke bahasa dan sastra, hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga gini wkwkwk suka matematika sama fisika makanya masuk IPA, tapi pas kuliah maunya sastra.

      Hapus
  22. Serunya....
    Lihat gambar bayinya agak gimana tapi ya, hehe

    BalasHapus
  23. Maaf yaa, dek Pertiwi...*jiaa...panggil-panggil "dek" sok kenal banget yaak..?!


    Heehe..
    Aku agak gak setuju sama statement tentang, "Mana ke Maha siswaanmu, kalah bisanya cuma demo?"

    Emm,
    Karena menurut aku...setiap jurusan punya sumbangsih dan caranya sendiri dalam menyampaikan ilmunya.

    Mungkin kalau mahasiswa politik, yaa...begitu.
    Kritis dan lebih vocal menghadapi isu-isu yang sedang hangat diperbincangkan.


    Kalo mahasiswa seni, yaa..berteriaknya melalui karya seninya.


    Btw,
    Bangga jadi mahasiswa.
    Hiihhi...tapi yang pasti mesti seat the goals.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan itu yang kubidik, Mbak huehehe tapi tentang mereka yang "tidak paham" apa yang mereka lakukan di tengah teriak-teriak di jalan. Itu dia. Kalau yang memang paham goal-nya apa, jelas tidak ada yang salah sama sekali.

      Hapus
  24. Ih kok lucuuuu,

    Mau mau diajakin ke siNi kalo ke jiketi nanti,
    Bayarnya brapa ya? Itu cuma masuk museumnya aj?

    BalasHapus
  25. Hehehampir mirip de mata eye trick museum kalau di Jogja ya Kak Tiw. Aku menyukai cara menulismu, awalan sampai akhirannya.
    Btw ada anggita temen Nuy ya ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang di Jogja belum pernah :(

      Huehe terima kasih, Mbak Rini. :D

      Hapus
  26. Lagi musim ya museum kayak gini. Di Bandung juga ada sekarang :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaa seru dong :D

      Aku baru yang ini doang, belum coba yang lain.

      Hapus
  27. Keren nih ya! Jadi pengen ke Alive Museum-nya biar bisa foto-foto banyak :))

    BalasHapus
  28. fokus ke bahasa tulisannya masa :( kereeen bahasa anak sastra beda sama bahasanya anak ekonomi haha ajari aku merangkai kata dong buu mueheheh..

    pinjami aku buku2 sastra hahah

    BalasHapus

Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer