Jadi, Bhinneka Tunggal Ika adalah... | Your Favorite Devil's Advocate
article

Jadi, Bhinneka Tunggal Ika adalah...

Senin, Juli 06, 2015

Jadi, Bhinneka Tunggal Ika adalah...

Hai, saya Manusia. Salam kenal. Saya hidup di sebuah Negara yang memiliki sistem pemerintahan yang demokratis, katanya. Negara saya begitu kaya, tapi orang-orang seperti saya biasanya terlalu nikmat dengan individualismenya sampai melupa bahwa kekayaan ini bisa dipergunakan lebih dan lebih lagi untuk kemakmuran dengan skala yang lebih besar.

Lupa.

Teramat banyak orang-orang yang lupa. Lupa bahwa keberagaman di Negara ini begitu sulit untuk ditepis. Bermula dari suku, agama, ras, sampai pada status sosial. Teramat banyak orang-orang yang lupa, bahwa kita semua adalah saudara.

Siapa saya? Saya Manusia, hanya seseorang yang begitu sakit hatinya ketika ada yang menyuarakan perang antarsaudara. Saya seringkali menulis—sebagai salah satu bentuk perjuangan saya di luar tindakan nyata—untuk mencoba membuka mata para pelupa. Kita sama, walaupun ada faktor-faktor nyata yang menampakkan bahwa kita berbeda.

Saya pernah datang ke sebuah lembaga bantuan hukum di kota saya atas sebuah undangan yang saya terima. Kami—kumpulan manusia dari kaum minoritas—banyak berbincang di sana mengenai segala seluk-beluk yang carut-marut di Negara. Di sana, salah satunya adalah seorang anak dari mantan orang nomor satu di Negara. Beliau bersuara, mengenai beda yang semakin menyesak.

Katanya lagi, Negara ini didominasi oleh penganut satu agama yang cukup besar di dunia. Yang saya tahu—sebagai salah satu penganut agama yang sama—kami diajarkan untuk selalu berprasangka baik pada apa pun dan siapa pun. Entah, tetapi agaknya miris hati saya sebagai manusia menyaksikan banyak perang yang mengatasnamakan agama. Perlukah agama dibela? Justru kita sebagai manusia yang mesti berlindung padanya, kan? Jadi, siapa yang butuh belaan?

Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya Manusia. Manusia yang kecil di antara sekelompok manusia yang mengagungkan dirinya sebagai makhluk beragama, tetapi melakukan tindakan yang tak pantas disebut patuh pada syariat yang “katanya” diyakininya. Saya menyaksikan dan tertawa kecil di sana. Menghujat dan menghakimi mereka yang berbeda. Sungguh, ada pertanyaan besar dalam diri saya: apakah pantas manusia menghakimi manusia lain sebelum Tuhan Yang Maha Segalanya?

Baiklah, saya Manusia dari kaum minoritas, masih meraba di mana letak kebenaran atas apa yang nyatanya ada di depan mata. Terakhir, sebuah kitab adalah panduan. Namun yang harus kita semua pahami adalah kita harus benar-benar memahami sebelum asal menerapkan.




Salam,





Yang Tersingkirkan

You Might Also Like

9 komentar

  1. Uwuwuwuu ibu guru tulisannya ngena banget. Minta ajarin ah :*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang ibu guru kan kamu, Nov ahahaha ayuk belajar bareng~~~

      Hapus
  2. Tulisannya berbobot... Cakep .

    BalasHapus
  3. Aku gangerti harus ngomong apa lagi ehe........

    BalasHapus
  4. Ini yang pernah ngobrol sama gue di WA. Mantaaappps! Gue sebagai minoritas merasa terwakili juga. :)

    BalasHapus
  5. setuju, hidup Bhinneka Tunggal Ika (y)

    BalasHapus
  6. memang jadi agak males sama orang yang nyela agama lain. Berdebat boleh, asal positif

    BalasHapus
  7. Sudah kuduga tulisanya enak dibaca..
    Meski gak ngerti ttp ku baca.

    BalasHapus

Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer