[FABEL] Permata Harapan | Your Favorite Devil's Advocate
dongeng

[FABEL] Permata Harapan

Sabtu, Maret 14, 2015

Permata Harapan

Alkisah sebuah cerita yang datang dari sebuah pulau indah di penghujung negeri, Pulau Harapan.

Suatu hari...

"Lihat! Apa yang aku temukan?!" teriak Tupai yang datang dengan setengah berlari dari arah hutan.

"Apa itu?" tanya Beruang pada Ular.

"Entah, lihat saja," jawab Ular dengan nada malas.

Tupai akhirnya sampai di hadapan dua temannya--Beruang dan Ular--dengan napas yang masih terengah-engah. Di kepalan tangan kanannya, dia menggenggam sesuatu yang tampak begitu berkilau.

"Apa itu?" tanya Ular yang mulai tertarik dengan apa yang ditemukan Tupai.

"Hosh! Hosh! Ini permata yang cantik. Kutemukan di bawah sebuah akar pohon di tengah hutan," jelasnya sembari memperlihatkan permata temuannya dengan kedua tangan kepada teman-temannya.

Ular mulai melata mendekati Tupai yang masih tampak lelah dengan peluh di sekitaran wajahnya. "Hey, Tupai, lebih baik kaubasuh dulu wajahmu itu. Kautampak lelah sekali. Biar kubantu menyimpan permata itu di tempat yang aman."

"Tidak. Tidak. Aku harus menemukan siapa pemilik permata yang indah ini. Dia pasti sedang mencarinya sekarang," jawab Tupai.

"Ah, sudahlah. Dia pasti sudah tidak membutuhkannya. Kalau memang permata ini penting bagi pemiliknya, mana mungkin dia membiarkan permata seindah ini ada di tengah hutan?"

Tupai mulai memikirkan perkataan Ular dan menimbang-nimbangnya. Kini, Beruang yang tampak geram.

"Tupai, jangan mudah terpengaruh oleh Ular. Kausudah mempunyai niat yang baik untuk mencari pemilik permata itu, lanjutkanlah niat baikmu. Tupai, aku akan membantu mencari orang itu."

"Beruang, munafik sekali kau! Kutahu, kau menginginkan permata itu juga, bukan? Lihat, begitu cantik dan menawan," Ular berkata sembari membelai permata di tangan Tupai dengan ujung ekornya.

Tetiba, seekor burung kecil datang membawa sebuah kabar. Hinggaplah dia di sebuah dahan di atas kepala Tupai, Beruang, dan Ular.

"Di tepi pantai Pulau Harapan, ditemukan kapal asing. Sepertinya, semalam ombak besar membawa kapal itu sampai ke sini. Kulihat, banyak barang-barang manusia di sana. Tetapi, tak kutemukan manusianya. Dia pasti ada di suatu tempat di pulau ini."

"Mungkin dia pemilik permata yang kautemukan, Tupai," kata Beruang.

"Permata apa?" tanya Burung.

Tupai kembali membuka tangkup telapak tangannya. Tampak kilau merah muda yang semakin cantik terkena pantulan sinar matahari dari atas sana. Semua kembali tertegun dengan pemandangan yang muncul dari telapak tangan Tupai.

"Lekas cari dia!" Tupai tersadar dari kekagumannya.

"Kau akan menyesal, Tupai. Permata itu bisa kaumiliki," Ular masih berusaha mendesak agar permata itu tak kembali pada pemiliknya.

Tupai bimbang. Dia memang sangat menyukai permata merah muda itu sejak pertama menemukannya di tengah hutan. Langkahnya kembali terhenti. Ditatapnya mata Ular yang begitu tajam dan begitu meyakinkannya untuk tidak memulai pencarian pemilik permata. Ular merasa menang.

"Tupai, mari kita basuh kembali permata itu agar tampak lebih memukau," ajak Ular.

Setelah kembali menimbang, Tupai pun mengikuti Ular yang sudah melata lebih dulu di depannya. Beruang dan Burung ditinggalkannya begitu saja.

"Bagaimana, Beruang?"

"Tupai payah! Plinplan sekali dia. Burung, maukah bantu aku mencari manusia dari kapal itu? Siapa tahu dia pemilik permata tadi."

"Baiklah, Beruang. Aku akan lebih dulu terbang mengelilingi hutan, akan kukabari jika menemukan sesuatu."

Burung pun terbang lebih dulu menyusuri seluk-beluk hutan. Beruang mengikutinya dengan langkah perlahan sembari melihat-lihat adakah pertanda di dalam hutan. Matahari mulai memerah, senja akan tiba. Namun, pencarian mereka belum menghasilkan apa-apa.

Di sisi lain, Tupai yang sedang tertidur memeluk permata merah muda tadi. Di sebelahnya, Ular mulai mendesis tak sabar ingin menguasai permata itu sendiri.

Aku harus segera mengambilnya sebelum Tupai terbangun.

Ular mulai menggerakkan ekornya untuk meregangkan pelukan Tupai pada permata temuannya. Tupai yang tampak sangat lelah begitu pulas tidurnya hingga tak menyadari bahwa permata itu telah berada dalam gigitan Ular. Untuk kedua kalinya, Ular merasa menang.

Saat Ular mulai pergi meninggalkan Tupai dengan membawa permata, Beruang datang.

"Benar dugaanku. Ambisimu hanya untuk memiliki permata itu sendiri."

Ular tidak memedulikannya. Mulutnya yang penuh dengan permata tak bisa menjawab Beruang. Ular melanjutkan perjalanannya dan berusaha meninggalkan Beruang. Namun sayang, beruang dengan sigap telah mengangkat tubuh Ular dan merebut permata itu dari gigitannya. Sebelum Ular berusaha melilit tubuh Beruang, Beruang sudah lebih dulu melempar tubuh Ular ke atas pohon. Beruang menyusul Burung yang masih dalam pencarian di dalam hutan.

***

"Beruang, itu dia," bisik Burung yang bertengger di bahu Beruang.

Mereka telah menemukannya. Manusia yang cantik tergeletak lemah di dalam hutan. Di kepalanya, ada sebuah mahkota yang kehilangan permatanya. Tidak salah lagi, permata yang ditemukan Tupai pasti miliknya.

"Kita harus kembalikan ini," kata Beruang sembari menunjuk permata di genggamannya.

"Iya, benar. Kasihan dia."

Beruang dan Burung mendekati manusia itu. Tak lupa, dibawakannya juga buah-buahan dan air untuk minum. Beruang menaruhnya di samping manusia itu dan memandangnya sejenak.

"Cantik."

"Pasti putri raja dari pulau seberang," tanggap Burung.

Beruang hanya tersenyum, kemudian memasangkan permata itu ke mahkota di kepala manusia yang cantik itu. Tugasnya selesai, mereka mengendap pergi dan memantau manusia itu dari balik pohon.

Permata di mahkotanya bercahaya, manusia itu terbangun dari tidurnya.




TAMAT.


You Might Also Like

15 komentar

  1. kirain bakal ada batu akik nya.. :p

    BalasHapus
  2. Kenapa permata? Kenapa nggak batu akik. Bacan, mungkin? Lalu bagaimana dengan tupai?

    Oke gue tebak, setelah bangun tupai bingung dan mengira permatanya jatuh ke sungai. Tupai menceburkan diri ke sungai dan didasar sungai dia menemukan kehidupan. Yaa, ada bikini bottom...

    Halah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena batu akik sudah terlalu mainstream :p

      Nice try, Bro!

      Hapus
  3. Wah bersambung cocok banget ini ceritanya buat adik aku yang masih SD, ini tentang cinderela itu kan, pasti kisah selanjutnya beruang jadi pangeran yang di kutuk sama Ratu jahat. itu permatanya batu akik bukan sih Tiw?

    BalasHapus
  4. Manusia itu gak melanjutkan tidurnya kak???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ndak, dia bangun dan pulang ke kerajaannya :')

      Hapus
  5. Pengen deh melihara burung dan beruang yang kayak gitu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gue juga pengin melihara, beli di mana, ya? Baik banget burung sama beruangnya. Kalo kamu ulernya kan, Fik?

      Hapus
  6. Batu ruby gitu ya, Wiiii :3
    Uda lama ngga baca fabel gini. Dulu seringnya di majalah Ino. :D

    BalasHapus
  7. Tiwiii typo di paragraf 14. "Ular berkata sembari membelai pertama di tangan tupai..."

    Ah kasian si Tupai, dia asik tidur sementara di sekelilingnya beruang sama ular lagi berantem rebutin permata -.-
    pasti bangun bangun si tupai udah linglung kaya org abis di hipotis uyakuya. "Permataku mana permataku?!"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maap, udah diedit, ya hahahaha

      Di manaaaa? Di mana? Di mana? *kemudian muncul Ayu Tingting*

      Hapus

Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer