Cappuccino Rasa Rindu | Your Favorite Devil's Advocate
flash fiction

Cappuccino Rasa Rindu

Jumat, Februari 13, 2015

Cappuccino Rasa Rindu


“Mas, kayak biasa, ya!” katamu sembari duduk di tempat favoritmu.

Lagi dan lagi, kamu memanggilku. Hanya aku. Mengabaikan keberadaan teman-temanku yang seakan entah di matamu.


Setelah lama kamu tak tampak di situ, akhirnya tatap kita akan kembali pada temu. Aku bersiap. Harus selalu istimewa untuk wanitaku. Di balik meja bar itu kulihat kamu. Masih dengan posisi yang sama seperti yang terdahulu: di dekat jendela, menatap senja yang menyeruak malu-malu.

Hitam mulai datang. Beriringan. Menutup jingga kesukaanmu dengan kelam. Ah, ya. Kamu mulai kedinginan. Kamu mengusap sendiri dua lenganmu. Seandainya bisa, sekali saja kuingin daratkan peluk. Untukmu. Pujaanku.

Tapi kutau, seperti kesukaanmu: kamu tangguh. Selalu ringan dalam menikmati hidup, semuanya bisa kamu bereskan hanya dengan kamu. Kemandirianmu. Kecerdasanmu. Bagaimana tak luluh hatiku?

“Silakan, Nona.”

Hai, kamu. Aku sampai di mejamu. Ah, akhirnya! Senyummu tampak lagi di hadapanku.

“Terima kasih.”

Kamu menyentuhku, membisikkan doa-doa dengan lirih sebelum bibirmu menyentuhku.


Wanitaku, semoga hangatku meredakan gigilmu. Agar kamu takkan berpaling dari aku. Selamat menyantap aku: Cappuccino-mu.


***

Sebagai penikmat kopi, gue suka sekali sama tema #memfiksikan kali ini. KOPI. Terima kasih, Rima! Huahaha! Kali ini buat FF aja, di kampus lagi ribet-ribetnya. Pffth. Yang mau ikutan, ayuk doong! Ditunggu, lho! Kalo mau dikritik lebih dalem bisa Line atau WhatsApp. :)






Salam fiksi,



Pertiwi

You Might Also Like

41 komentar

  1. Ah, gak mau komen lebih dalem. Line gue aja gak pernah dibales. -_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Line lagi banyak teror mantan, makanya pas mau buka agak-agak gimana gitu hahaha
      Udah dibales, ya.

      Hapus
  2. Bacanya sambil nelen ludah gini.. bayangin nyeruput cappuccino.

    BalasHapus
  3. Aku lebih menyukai cappucino rasa pilu, namun ceritanya sama :)

    BalasHapus
  4. Kurang. Bukan kurang panjang. Tapi ya, nggak tau kenapa. Nulisnya kayak bukan 100% Tiwi yang biasa bikin tulisan kece. :))

    BalasHapus
  5. Aku, rasanya cappucino itu gimana sih?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Manis dan pahit dalam hangat yang menjaga hati agar tetap stabil. :p

      Hapus
  6. Sama-sama, Kak Tiwi~ :3
    FF-nya bagus.. :) Aku pernah nyoba, tapi malah berakhir jadi cerpen. Kan sedih. Hahaha. Pengen belajar juga bikin FF.

    BalasHapus
  7. Oh... ini kopinya yang ngomong. Itu kalo cappucino-nya dalam bentuk es, pasti kalimat terakhirnya gini:

    "Eh, tapi aku kan dingin. Dasar pelayan somplak! Endingnya jadi salah kan."

    BalasHapus
    Balasan
    1. Imajinasimu tinggi, Nak. Tapi dikau sungguh ngeselin! :/

      Hapus
  8. menyantap cappucino? kok berasa makanan ya. tapi, mungkin pemahaman gua yang salah.

    enak banget ya itu gelas pake dicium bibirnya. jadi pengen

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cek KBBI, deh. Menyantap bisa berarti memakan dan meminum hehehe
      Jadi gelas, gih. Diem aja dapet ciuman, yekan? Wahahaha

      Hapus
  9. Wah endingnya cappucino. Aku nggak bisa nebak awal-awalnya. -__-
    Keren nih temanya kopi. Topik banyak peminat \:D/

    BalasHapus
  10. Boleh aku jadi gelasmu?
    #Alahapansihta

    BalasHapus
  11. akau akan menjadi cappucino mu, asalkan engkau mau ku kenalkan dengan barista ku. if you know what i mean :)

    BalasHapus
  12. Segelas kopinya bisa ngomong, mau juga dong jadi kopimu, biar bisa menghangatkanmu saat kedinginan, menemanimu begadang saat belajar. tsaah

    BalasHapus
  13. Tiwi jujur aku bingung di kalimat kedua itu maksudnya apa ya? Yang, "Lagi-lagi kau hanya dst", Aku bingung di situ.

    Eh aku numpang tanya dong sekalian. Gimana sih cara nulis di dan ke pada angka? Dulu dosen aku bilang kalau angkanya adalah kelompok, tulisannya disambung tapi kalau urutan dipisahkan. Contohnya gini:

    - Kedua perempuan yang sedang duduk itu cantik sekali.
    - Perempuan yang duduk di bangku ke dua itu lebih cantik.

    Tapi ada yang bilang dua-duanya tetap disambung. Mohon pencerahanmu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. *abis baca lagi*
      Gak ada yang kalimat begitu, Dit. Yang kamu bingungin yang mana, ya? PM aku aja, siniiiiih~~~

      Dua-duanya disambung. Pokoknya, "di-ke-dari" hanya dipisah dengan kata yang mengikutinya dan berperan sebagai kata depan jika kata yang mengikutinya adalah keterangan berupa tempat atau waktu. Selebihnya penulisan tersebut digabung.

      Hapus
    2. Yang ini loh yang aku maksud, "Lagi dan lagi, kamu memanggilku. Hanya aku. Mengabaikan keberadaan teman-temanku yang seakan entah di matamu."

      Aku sempat bingung di situ maksudnya apa hehe.

      Hapus
    3. Ketika saya tidak bisa mengartikan maksud penulis, di situ kadang saya merasa sedih.

      Hapus
  14. Rasa cinta akan semakin romatis jika kita mengaitkan benda dan minuman kesukaan dalam romansa yng indah.

    BalasHapus
  15. Mbayangin jadi cappuccinonya.. Wkwkwk.. :P

    BalasHapus
  16. Perlu belajar banyak dari "cerita-ceritamu"... Sukaaa... Ini bukan tulisan yang biasa aku tulis di blog..Oke ralat, ga pernah sih nulis fiksi begini :D. Coba ah ntar :) Beneran ih, awalnya ga kepikiran kalo "aku" di sini itu, ternyata si cappucino :)

    BalasHapus
  17. Pengen banget bikin gini tapi masih susaaaah. >..<
    Btw, ini keren!

    BalasHapus

Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer