Berani Mengubah [Book Review] | Your Favorite Devil's Advocate
review

Berani Mengubah [Book Review]

Selasa, April 22, 2014

     
Berani Mengubah, Pandji Pragiwaksono
IDENTITAS BUKU

1.      Judul        : Berani Mengubah
2.      Penulis      : Pandji Pragiwaksono
3.      Penerbit    : Bentang Pustaka
4.      Ukuran     : 20,5 x 13 cm
5.      Tebal        : xiv + 198 halaman
6.      Cetakan    : Ketiga
7.      Tahun       : Maret 2013
8.      ISBN        : 978-602-8811-96-5
9.      Harga       : Rp 39.000,00


  BLURB DI BALIK SAMPUL BUKU

Banyak yang bertanya, setelah nasionalisme, lalu apa?
Ada orang yang skeptis bisa mengubah Indonesia.
Ada yang optimis.
Banyak pemuda yang selalu mempertanyakan kemajuan bangsanya. Padahal, semua sejarah menyatakan bahwa perubahan dibawa oleh pemudanya.
Coba lempar pertanyaan itu kepada diri kita sendiri, dan bergeraklah. Sekecil apa pun.
Saya memang gerah, dan saya memilih untuk tidak menyerah.

SINOPSIS DAN TANGGAPAN BUKU

Penulis mengemas buku ini dalam sembilan bab utama yang akan menuntun kita—para pemuda khususnya—untuk bergerak ke arah perubahan. Saya pribadi mengagumi penulis sebagai seorang yang berani dalam mengambil sebuah tindakan yang berbeda dari kebanyakan orang. Beliau yang seringkali menyelipkan pesan tentang nasionalisme melalui jokes yang menohok hati dan pikiran mereka yang masih nyaman dengan zonanya dan enggan untuk bergerak.

Di dalam buku ini, penulis mengajak kita untuk lebih dalam menyelami seluk-beluk negara kita, Indonesia. Mulai dari segi politik, ekonomi, hukum, problematika yang ada di dalam negeri ini, persatuan dan tentu saja tentang aksi perbahan.

Dalam bab pertama—“Belajar Politik”—penulis mengajak kita untuk tidak menutup mata akan praktik politik yang terjadi di sekitar kita. Jangan menjadi orang yang mau dibodohi karena kesalahan sendiri: enggan untuk mengetahui. Saya sendiri menjadi lebih antusias untuk mengenal calon pemimpin yang akan bertindak sebagai kepala di negeri ini. Karena saya sadar, rakyat adalah objek mutlak pemerintahan. Rasanya bodoh sekali jika kita tidak mau tahu tentang pemimpin kita sendiri. Jika hal pilih Anda saja bisa dibeli, jangan salahkan pemimpin jika mereka korupsi.

Lalu, di bab kedua—“Belajar Hukum”—penulis mengajarkan kita untuk menjadi lebih pintar lagi menghadapi hukum. Beliau mengambil contoh dari hal yang sangat sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, tilangan polisi. Harus menjadi catatan juga untuk selalu meminta slip biru ketika menghadapi tilangan polisi.

Kemudian, dalam bab ketiga—“Belajar Ekonomi”—kita akan belajar banyak tentang ekonomi, khususnya di Indonesia. Dan bahkan, kini saya tidak berani membayangkan lebih jauh bagaimana keadaan Indonesia 25 tahun lagi ketika cadangan BBM habis dan harus mengikuti harga dunia. Dapat terbayang harga yang akan melebihi batas kesanggupan warga Indonesia itu sendiri? Banyak kamuflase politik yang terjadi dengan mengatasnamakan perubahan harga BBM seperti di atas dengan rumusan seperti: Ekonomi membaik = rakyat lebih makmur = pendidikan lebih terjangkau = rakyat lebih cerdas = rakyat lebih kritis = pemerintah tidak bisa lagi membodohi rakyat = praktik politik yang benar = pembangunan yang baik = negara yang hebat.

Di bab berikutnya—“Memahami Indonesia”—dibahas sedikit tentang fenomena penggunaan produk Indonesia sebagai wujud kecintaan terhadap Indonesia. Tidak salah menggunakan produk Indonesia, yang salah adalah ketika yang tidak menggunakan produk Indonesia kemudian disalahkan. Terkadang, hal demikian malah membuat produsen produk Indonesia menjadi merasa di atas angin dan seolah mengabaikan kualitas dari produknya sendiri. Karena sesungguhnya, kecintaan kita terhadap suatu hal tidak dapat dilihat dari apa yang kita pakai. Mencintai sesuatu pun bisa dilakukan tanpa anti terhadap sesuatu yang lain.

Dilanjutkan dengan bab “Bersatu Bukan Jadi Satu”, penulis mengupas topik yang seringkali menjadi alasan dasar peperangan, yaitu agama. Ada satu istilah menarik yang saya dapat dari bab ini, agnostik. Agnostik adalah orang yang skeptis terhadap Tuhan—dan agama tentunya—tetapi tidak menepis kemungkinan adanya Tuhan. Kalau diberikan bukti yang kuat tentang adanya Tuhan, bisa jadi dia akan percaya Tuhan. Tanpa bukti, seorang agnostik akan terus mempertanyakan Tuhan dan agama. Esensinya adalah seorang agnostik tidak mau asal percaya. Inti dari bab ini adalah rakyat Indonesia harus terbiasa dengan perbedaan karena Indonesia adalah bangsa yang besar. Maka dari itu, tidak mungkin kita semua sama. Dituliskan di buku tersebut, “Bukan urusan kita membuat seisi Bumi menjadi seragam”.

Bab berikutnya adalah “Menciptakan Perubahan”. Bab ini mengarahkan kita untuk fokus ke suatu kegiatan sosial yang spesifik yang sesuai dengan panggilan jiwa kita. Kita akan dituntun untuk menggali dan tetap fokus pada apa yang menjadi passion dalam diri kita untuk selanjutnya memulai melakukan perubahan dari apa yang kita cintai tersebut.

Lalu di bab “Mendunia”, penulis mengajak kita untuk mengenalkan Indonesia di kancah dunia. Dan untuk melakukannya, kita harus terlebih dulu melakukan pengenalan mendalam akan Indonesia sendiri sehingga tahu apa yang bisa dibanggakan, melakukan pemahaman yang dalam akan persaingan dunia, dan berdedikasi terhadap passion yang kita tekuni.

Dan bab terakhir yaitu “Beraksi”, penulis hanya memberikan encouragement singkat bagi pembacanya untuk memulai perubahannya sendiri. Mendorong kita untuk mau mengucapkan apa yang ada di pikiran, melakukan apa yang dikatakan, dan mewujudkan apa yang ada di pikiran.

Kelebihan yang sangat jelas terlihat dalam buku ini adalah dari segi bahasa. Penulis menggunakan bahasa yang sangat santai dan biasa kita gunakan dalam kehidupan sehari-sehari. Terlebih karena penulis juga merupakan seorang comic yang sangat cerdas, di dalam buku ini pun penulis tetap meyelipkan jokes ringan tanpa mengurangi tingkat keseriusan dari isi buku ini.

Kemudian kelebihan lainnya adalah pada tiap bab, selalu ada quote menarik yang akan membantu kita membangun semangat untuk menanjak pada tangga-tangga perubahan.  Di akhir bab pun, penulis selalu mengajak kita untuk melakukan aksi-aksi perubahan.

Untuk kekurangan, saya belum menemukan kekurangan dari buku ini.

Dengan bahasan, gaya penulisan dan konten lainnya yang dimuat di dalam buku ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa buku ini bagus dan layak untuk dikonsumsi publik. Terutama untuk para pemuda yang merupakan alat perubahan.

You Might Also Like

12 komentar

  1. reviewnya bagus! jadi pengen baca :D

    BalasHapus
  2. thanks deh reviewnya.. Pandji emang salah satu artis yg paling nasionalis, dia cerdas. bukunya ttg nasional is me udah gw baca.. yg ini gw belum baca

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayuk jangan ragu baca, keren banget hihihi

      Hapus
  3. Menarik nih buku.. pengen beli kakak.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sila segera ke toko buku kesayangan Anda hahaha

      Hapus
  4. setelah membaca review dari kakak, jadi pengen beli buku nya nih wkwk

    BalasHapus
  5. bagus nih buat motivasi nih ya? lagi nyari-nyari buku motovasi nih -_-

    BalasHapus
  6. Lho, emang buku ini masih ada di pasaran ya?

    BalasHapus

Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer