Hujan Punya Cerita tentang Kita [Book Review] | Your Favorite Devil's Advocate
review

Hujan Punya Cerita tentang Kita [Book Review]

Senin, Juni 24, 2013


Identitas Buku

Judul : Hujan Punya Cerita tentang Kita
Penulis : Yoana Dianika
Ukuran : 13 x 19 cm
Tebal : 284 halaman
Penerbit : Bukune
Harga : Rp 36.500,-







Jatuh cinta kepadamu begitu menyenangkan, seperti meringkuk dalam selimut hangat pada malam yang hujan. Seperti menemukan keping terakhir puzzle yang sedang kau susun. Cinta ini sudah berada tepat di tempat yang seharusnya, di ruang hatimu dan hatiku. Namun, mengapa resah justru yang merajai kita? Padahal, katanya cinta sanggup menjaga. Aku ingin kau tahu, diam-diam, aku selalu menitipkan harapan yang sama ke dalam beribu-ribu rintik hujan: aku ingin hari depanku selalu bersamamu.
Aku mencintaimu. Selalu. Dan, mereka tak perlu tahu....
Itu adalah penggalan sinopsis yang tertera di belakang novel tersebut. Aku sedang menyusuri sebuah toko buku Gramedia di bilangan Kelapa Gading saat itu. Ya, hanya untuk memenuhi peraturan yang telah kubuat sendiri: setiap bulan harus membeli minimal 1 buku baru.

Aku begitu suka dengan hujan, bagiku hujan selalu memiliki makna yang entah itu baik atau pun buruk. Entah sejak kapan aku mulai menyukai hujan, untukku hujan merupakan sebuah melodi ketenangan yang sungguh nyaman di hati. Perpaduan rintik hujan dan bau tanah yang menyeruak setelahnya adalah hal yang selalu kutunggu.

Hujan Punya Cerita tentang Kita.

Pertama aku melihat judul tersebut, aku tersenyum. Hujan memang selalu punya cerita, bagiku. Sekian menit aku berdiam diri di hadapan rak buku untuk membaca sinopsisnya dengan saksama yang pada akhirnya menghasilkan keputusanku untuk membelinya.

Buku ini berkisah tentang cinta yang begitu rumit. Ini adalah Kie--Kinanthi--gadis manis berambut panjang yang sayangnya memiliki kepribadian yang introvert. Dia tidak suka dengan keramaian, tidak suka dengan orang baru dan bahkan dia tidak suka dengan datangnya hujan. Dia punya phobia terhadap hujan yang selalu diiringi dengan petir, ketakutan yang sungguh berlebihan terhadap hujan.

Cerita ini dimulai saat para tokoh mengikuti KKN ke sebuah daerah bernama Bojonegoro. Jika Kie dapat memilih, dia akan memilih untuk berdiam diri di dalam kamarnya yang hening dengan akses internet yang cepat daripada mengikuti KKN bersama orang-orang yang tak satu pun dikenalnya ke sebuah tempat yang bad signal. Sayangnya, ini adalah kewajiban. Beruntung bahwa ternyata dia satu kelompok dengan Krisanti, teman satu fakultas ekonomi.

Krisan adalah tipe ekstrovert yang jelas berbeda dengan Kie, namun di sana mereka mulai mengakrabkan diri satu sama lain. Krisan mengenalkan Kie pada Rangga yang satu kelompok KKN dengan mereka dan kebetulan adalah sahabat kecil Krisan. Azar yang ternyata adalah anak dari sahabat mama Kie, mereka pun dipertemukan di sini. Sungguh, dunia hanyalah selebar daun kelor.

Kisah rumit itu pun dimulai. Tentang Kie dan Rangga yang saling mencintai. Tentang Krisan yang memendam rasa pada Rangga dan selalu dibakar cemburu karena keberadaan Kie. Tentang Azar yang diam-diam memiliki rasa pada Kie. Tentang papa Rangga yang ternyata akan menikahi mama Kie. Semua bergelut satu sama lain, memainkan emosi pembaca yang sukses dibuat naik dan turun.

Senja di Malioboro.

Banyak part yang aku suka di dalamnya, namun satu kalimat yang sangat lekat dalam benakku dari Kie adalah: 
"Senja itu seperti rasa cinta, Ngga. Ada banyak warna yang tersimpan di dalamnya." - Kie

Senandung rindu.
"Ada yang percaya bahwa di dalam hujan terdapat lagu yang hanya bisa didengar oleh mereka yang rindu sesuatu. Senandung rindu yang dapat meresonansi ingatan masa lalu." - Rangga

Mungkin benar, mungkin inilah alasan mengapa aku begitu menyukai hujan. Tentang aku dan kerinduankku akan segala hal yang belum aku capai.

*** 
Bagiku, buku ini benar-benar menyentuh. Namun ada satu kesalahan kecil yang mungkin hampir tak terbaca. Satu part di mana Kie dan Azar sedang berbincang di akhir cerita yang mendekati ending, tetiba muncul nama Rangga. Sekali lagi, ini adalah kesalahan kecil yang hampir tak terbaca. Namun bagiku, ini cukup mengganggu klimaks yang sedang diceritakan.

Banyak buku bertema hujan yang bertebaran, namun baru satu kutemukan buku yang memandang hujan seperti aku memaknainya. Selain menyuguhkan cerita cinta, buku ini juga dibumbui dengan berbagai pengetahuan lain yang bagiku benar-benar menarik. Tentang alam dan budaya asli Jawa contohnya.

Akhir yang terbaca namun masih sanggup mengoyak pikiran pembaca. Terima kasih karena telah berkisah tentang hujan, Yoana Dianika. Keep writing!



Your reader,



Pertiwi Yuliana

You Might Also Like

7 komentar

  1. wuihh keren resensi bukunya mbak... jadi pengen baca dehh, apalagi penggambaran sosok Kie dengan pemeran bernama Rangga.. ada kisah tertera disana tentang aku dan rintik-rintik hujan^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayo ayo beli bukunya! ceritanya bagus banget plus banyak pengetahuan umum lain yang didapat. seru deh! harganya juga terjangkau kan? hihihi

      Hapus
  2. Recommended buat di baca nih kayanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayo beli Mas Wawan! kisah tentang hujan yang menawan, nanti kita share pendapat masing-masing setelah baca ya! :D

      Hapus
  3. serius, dari resensinya buku ini sangat menarik. jadi penasaran sama isi keseluruhannya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. wuhuhu emang menarik banget loh! ayo mampir ke toko buku terdekat! :D

      Hapus
  4. waaaaaaaaaah, ini buku yang sedang aku incar mbak. sudah masuk daftar buku yang harus aku baca di 2015. baca rivewnya, aku makin mupeng :)

    BalasHapus

Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer