Dari Cinta Untuk Cinta | Your Favorite Devil's Advocate
poem

Dari Cinta Untuk Cinta

Kamis, Juni 27, 2013


Cintaku tercipta karna sedih
Ceritaku yang terindah hanya lukisan bayang semu
Kini ku sendiri tanpa teman
Bagai debu aku terbawa angin lalu lalang kian kemari
Laksana hujan, aku adalah embun malam
Larut dan sepi bayang-bayang sebelumnya kembali muncul
Entah mengapa selalu saja ada perkara walaupun tak pernah kuinginkan hal itu
Harapanku pun pupus bersama senja berpaling ke peraduan
Dan hanya bulan yang kini menemaniku bernyanyi di tengah heningnya detiran angin malam
Langkahku kini tenggelam di cerita kelam
Aku tak mampu menahan air mata ini
Dan hanya mimpilah yang bisa menghiburku
Anganku terbang jauh ke khayalan sana dan hanya sepi yang kini menemaniku menyanyikan lagu cinta
Aku benci aku!
Atas nama cinta kumencoba berdoa menitip harap penuh makna
Akankah kita kembali dalam tawa dan canda
Ku merindumu, teganya kau mendua tinggalkan cerita cinta kita
Kau yang selama ini kucinta menggantungkan cintaku padanya
Seseorang yg terbaik
Kamu tawa, senyum, canda, duka, lara kini menghiasi dinding hati atau bingkai lain yang harus diisi
Haruskah cinta berakhir duka?
Haruskah berakhir dengan nestapa?
Atau hanyalah aku yang berduka di atas nama cinta yang bermakna
Ingin kubawa lari duka ini
Pergi bersama pilu yang menderu
Dan kemudian kusadar telah terbelenggu di dalam duka yang membeku
Kini sepi lagi yang menemaniku merajut cadar yang tabu dalam gemerlapnya
Puing-puing cintaku berserakan di sepanjang cerita cinta ini
Tak ada yang mau mengambilnya
Teganya kau menginjak-injak aku
Aku ini lemah bagai anak burung yang tak bisa terbang
Tapi biarlah segala derita aku yang hadapi dan hanya engkau dengan satu cintaku bisa melindungi dan menjagamu
Kenanglah aku
Taburkan bunga di setiap kenangan yang pernah kita jalani
Selamat jalan cinta
Kini ku pergi menjauh sendiri
Jangan pernah tanyakan lagi cintaku
Karna kaulah cinta sejatiku

***

Senja di hadapanku telah menjadi saksi, bahwa aku telah memilihmu sebagai tambatan hati. Senja di hadapanku yang mengetahui, bahwa ketulusanku hanya untuk kamu nikmati. Senja di hadapanku yang setia di sisiku, menemaniku untuk menunggumu.



With love,



Pertiwi Yuliana

You Might Also Like

22 komentar

  1. Kalo gue cewek, mungkin gue udah mewek baca ini. Untung cowok. Gue cuma jerit-jerit..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini antara dua sih opsinya:
      1. Lo cowok yang berhati lembut
      2. Kelelakian lo perlu dipertanyakan

      Hahaha

      Hapus
  2. Pasti waktu nulis puisi ini, air matanya udah se-ember.
    Daleeeeeeeeem bgt :') hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Engga dong. Sebagai seorang Kartini muda, saya selalu mencoba kuat hahaha

      Hapus
  3. ciye..senja jdi saksi bisu ne..
    selamat..selamat..hehe :D

    BalasHapus
  4. bagus nih,ni puisi apa curhat?

    BalasHapus
  5. kalo dr tulisanmu pasti waktu km buat itu km lg hopeless bgt ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. apaan tuh retoris?

      Hapus
    2. Pertanyaan yang ga butuh jawaban. Anda tau kok jawabannya. Kalau masih belum jelas, scroll lagi ke atas :)

      Hapus
    3. oh retoris tu majas ya? Habis googling.hehehe,
      kok ak tau jawabanya?

      Hapus
    4. Jelas, karena saya adalah bagian dari yang saya tuliskan :)

      Hapus
    5. maksud anda? Saya bertanya kepada anda,kenapa saya tau jawabanya. Dan anda menjawab karena saya adalah bagian dari yang saya tuliskan. So confusing

      Hapus
    6. Ya jelas tau jawabannya karena Anda telah membaca tulisan saya dan saya adalah bagian dari tulisan saya.

      Hapus
    7. dan tulisan anda itu sangat bagus dan mengandung perasaan di dalamnya. Seems like I can feel it. :)

      Hapus
    8. Terima kasih atas apresiasinya terhadap tulisan saya :)

      Hapus
    9. saya adalah bagian yang sama dari tulisan anda yang berjudul tentang rasa. Saya andrea. :)

      Hapus
    10. yang memberi komentar pada tulisan tentang rasa.
      Yang bernama anonim itu saya juga. Itu maksud saya

      Hapus

Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer