Yang Tak Terlihat Bukan Berarti Tiada | Your Favorite Devil's Advocate
article

Yang Tak Terlihat Bukan Berarti Tiada

Senin, Januari 07, 2013

Sebab setiap tempat adalah sekolah kita...

Minggu, 16 Desember 2012, ini adalah kali kedua untuk saya mengunjungi tempat yang selalu dapat menghilangkan penat dan menyunggingkan senyuman. Rumpin. Perjalanan kali ini cukup berbeda dengan yang sebelumnya saya alami: lebih ramai dan jauh lebih terik.
Seperti biasa, kakak-kakak kita berkumpul di Stasiun Serpong sebelum kembali melanjutkan perjalanan menuju Rumpin. Kali ini ada saya, Kak Ana, Kak Jona, Kak Nuryadi, Heysa, Gea dan dua calon Kakak Kita Angkata II (Putri dan Gladys) yang siap bercengkerama bersama adik-adik kita.

Kali ini bukan saya enggan untuk bercerita, namun saya kembali kehabisan kata untuk mengungkap keindahan yang ada. Keasrian panorama alam dan kesucian hati penghuninya meluluh lantakkan gerak pena saya. Entah karena apa, kali ini saya hanya ingin mengabadikannya. Lihatlah, mereka yang saya kagumi.

Adik-adik kita yang siap menyambut kakak-kakak pengajar yang baru tiba dari perjalanan panjang. (teras musholla)

Suasana di dalam kelas (atau musholla tepatnya), ramai bukan? Dengan Bu Kepala Sekolah, Kak Ana, yang sedang mempersiapkan materi hari itu.

Kak Ana membuka kelas hari itu.

Kak Ana, Putri dan adik-adik kita :)

Seperti berada dalam kotak-kotak yang terpisah, adik-adik kita yang laki-laki sedikit enggan untuk berbaur dengan adik-adik kita yang perempuan. Dalam hal ini Kak Ana menjadi sedikit geram karena adik-adik kita yang terpisah itu agak ricuh. Jangan diulangi ya adik-adik :)

Kak Ana dengan wejangannya, perhatikan ya adik-adik :p

Pertanyaan tentang tema besar kita--sawah--dimulai! Siapa yang tau tentang rantai makanan? Cung!




 Adik-adik kecil kita di kelas Kak Gea :)


Dari teras sampai dalam musholla, penuh! Antusias sekali adik-adik kita kali ini :D

Ini kelas Kak Heysa dan Gladys yang bertempat di teras rumah Bu Neneng.


Gladys membagikan kertas kepada adik-adik untuk menggambar hewan yang termasuk dalam rantai makanan.

Kak Heysa membagi adik-adik kita ke dalam beberapa kelompok untuk mempermudah tugas yang dikerjakan.

Adik-adik di kelas Kak Heysa dan Gladys sedang mengerjakan tugas masing-masing :)

Jika pada kunjungan sebelumnya saya bertemu dengan Asri yang mahir membaca puisi, kunjungan kali ini saya menemukan bakat lain dari adik kita Herdi. Lihat lukisannya, bagus ya? :)

Seusai mengajar, PESTA RAMBUTAN! :D




Perpaduan hijau dan biru yang indah di sore yang menawan :)

Kawanan domba mengiringi kepulangan kami dari tempat yang indah itu.


Perjalanan pulang kakak-kakak kita yang indah :)

Ada beberapa hal yang saya ingat dari perjalanan kali ini:
Pertama, kekeluargaan dari warga setempat yang luar biasa indah. Ketika salah satu kelompok warga ingin mengadakan suatu acara, maka warga lain tanpa diminta akan senantiasa membantu bahkan menyumbangkan apa-apa yang sekiranya dibutuhkan. saya melihat langsung kejadiannya ketika saya dan kakak-kakak lainnya sedang berada di rumah Bu Neneng tiba-tiba ada dua orang perempuan muda yang datang berboncengan dengan sepeda motor dan menyerahkan sumbangannya berupa aqua gelas untuk suatu acara yang saya lupa itu apa :)
Kedua, kurang lebih pukul 3 sore waktu itu, ada seorang adik kita yang bertanya pada saya, "Kakak, sekarang jam berapa?" Dan saya segera melihat ke jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiri saya lalu menjawab, "Jam 3." Tiba-tiba serempak beberapa adik kita menyerukan kata, "Yaaaah..." seperti koor pada paduan suara hahaha. Saya penasaran dan bertanya, "Emang kenapa?" Dan dilanjutkan dengan jawaban salah satu dari mereka, "Mau liat Coboy Junior, Kak." hahaha ini sangat anak-anak. Saya langsung dapat menebak, "Pasti mau liat Iqbal! Hahaha" dan mereka hanya tersipu malu mendengar tebakan saya yang saya yakin pasti benar :p
Ketiga, ketika ada beberapa adik kita yang masih berusia sekitar 4 tahunan ingin bermain bola, Kak Nuryadi menemaninya. Lucunya, Kak Nuryadi yang saat itu menjaga gawang bisa kebobolan oleh tendangan adik-adik kita itu hahaha dan Kak Nuryadi berkata, "Ayo kalo sekali lagi bisa gol nanti kakak traktir beli es!" Daaan... GOL! Satu tendangan lagi sukses mendarat di dalam gawang Kak Nuryadi! Cukup geli perut saya melihat kejadian itu. Janji adalah janji, maka meluncurlah mereka ke warung terdekat untuk ditraktir es oleh Kak Nuryadi :)

Sempat Kak Heysa bertanya di kelasnya tentang cita-cita adik-adik kita ini, ada yang menjawab: guru, pramugari, pemain sepak bola, pelukis, bahkan presiden! Gapailah semua yang kalian inpikan dengan usaha serta keriangan. Jangan hanya mengandalkan faktor "luck" yang sebetulnya tidak berpengaruh besar menurut saya. Potensi itu ada, dan kalian pasti bisa. Semangat!

Bahagia itu sederhana, sesederhana Sekolah Kita dan adik-adik kita :)













You Might Also Like

2 komentar

Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. - Pramoedya Ananta Toer